Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TERAPI METADON DENGAN KEJADIAN DROP OUT PASIEN PTRM DI PUSKESMAS KENDALSARI KOTA MALANG Ristiana Irma Astuti; Kumoro Asto Lenggono; Apriyani Puji Hastuti
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol. 2 No. 4 (2014)
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Program Terapi Rumatan Metadon merupakan kegiatan memberikan metadon cair dalam bentuk sediaan oral kepada pasien sebagai terapi pengganti adiksi opioida yang biasa mereka gunakan. Tingginya frekuensi kejadian drop out pasien PTRM di Puskesmas Kendalsari kota Malang yang mencapai 90 orang pasien (69%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang terapi metadon dengan kejadian drop out pasien Program Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Kendalsari Kota Malang. Metode: Desain penelitian ini mengunakan desain penelitian korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang terapi metadon dengan kejadian drop-out pada pasien Program Terapi Rumatan Metadon di PKM Kendalsari Kota Malang.Populasi menggunakan pasien aktif yang mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon dengan tehnik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang yaitu pasien aktif, pada tanggal 15 Juni–8 Juli 2011. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan pasien tentang terapi Metadon dan kejadian drop out. Data pengetahuan diambil dengan kuesioner sedang data kejadian drop out diambil dengan mengunakan studi dokumentasi rekam medis. Kemudian data ditabulasi dan dianalisa mengunakan cross tabs. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien PTRM tentang terapi metadon adalah pada kategori baik yaitu 18 responden (46%) dan sedang 21 responden (54%). Kejadian drop out yaitu aktif sebanyak 38 responden (97%) dan drop out sebanyak 1 responden (3%). Dari analisa cross tabs diperoleh hasil bahwa responden yang drop out ialah responden yang pengetahuannya baik sehingga Ha ditolak berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian drop out pasien Program Terapi Rumatan Metadon. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengurangi resika kejadian drop out perlu diberikan konseling serta memberikan motivasi kepada pasien Program Terapi Rumatan Metadon ( PTRM ), karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran akan berlangsung lebih lama (langgeng) daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Kata Kunci: pengetahuan, program terapi rumatan metadon, kejadian drop out
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PEROKOK TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMA N 01 SINGOSARI, MALANG Kumoro Asto Lenggono
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Selama abad 20 ini merokok nampaknya sudah tidak menjadi sesuatu yang aneh lagi. Aktivitas merokok tidak hanya didominasi oleh laki-laki saja, bahkan merambah pada wanita dan remaja. Kita tahu bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa. Karakter mencari jati diri yang mendorong remaja untuk mencoba sesuatu yang baru. Dengan cara berinteraksi dengan kelompok sampai melakukan aktivitas bersama kelompoknya. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi para remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang merokok. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif Korelasional dengan tujuan mencari hubungan antara pengetahuan remaja perokok tentang rokok dengan perilaku merokok. Terdiri dari 2 variabel yaitu variabel pengetahuan remaja tentang rokok dan perilaku merokok. Populasinya adalah semua siswa laki-laki yang merokok yang berjumlah 36 orang. Metode sampling yang digunakan adalah Total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 36 orang yaitu semua siswa laki-laki yang merokok di SMA N 01 Singosari, pada bulan Februari 2009. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan kuisioner dan checklist. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Remaja yang mempunyai pengetahuan cukup baik tentang rokok, mempunyai perilaku perokok ringan sebanyak 11 responden (64,7%). Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan perlu adanya pemberian bimbingan pada remaja perokok tentang rokok terutama tentang kerugian merokok. Kata Kunci: pengetahuan, remaja perokok, perilaku merokok
INGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN ASMA SETELAH DIBERIKAN ALAT BANTU NAFAS SEDERHANA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAGIR KABUPATEN MALANG kumoro asto lenggono
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Alat bantu nafas sederhana di rancang secara sederhana dengan prinsip penghangat dan pelembab bagi penderita gangguan saluran pernafasan. Penderita asma sering mengalami keluhan sesak sehingga menyebabkan kebutuhan dasar/aktifitas sehari-hari terganggu seperti makan minum, aktifitas berjalan pemenuhan BAB atau BAK dan istirahat. Pemberian alat bantu sederhana di rancang secara sederhana dari bahan water pump aquarium dimodifikasi dengan humidifier yang berfungsi sebagai pelembab udara dan penghangat untuk mengurangi respon alergi dan sesak pada pasien asma. Kemudahan alat sederhana ini dapat dibawa kemana-mana serta bisa dipakai sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien asma. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kemandirian pasien asma setelah diberikan alat bantu nafas sederhana di Wilayah Kerja Puskesmas Wagir. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wagir Kabupaten Malang dengan responden sejumlah 30 orang penderita asma. Rancangan penelitian menggunakan diskriptif. pengukuran kemandirian menggunakan index barthel yang meliputi kemampuan pemenuhan aktifitas makan, mandi, perawatan diri, berpakaian , BAK/BAB dan mobilitas. Analisis data menggunakan prosentase dan disajikan dalam tabel distribusi frekwensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemandirian setelah menggunakan alat bantu nafas sederhana. Dari tingkat ketergantungan mandiri 3% meningkat menjadi 10% setelah menggunakan alat bantu nafas sederhana.Termasuk ada peningkatan aktifitas dari katagori ringan 17% menjadi 30%. Penurunan kategori aktifitas berat sebelum menggunakan 20 % menurun menjadi 17%. Rekomendasi berdasarkan pemberian alat bantu nafas sederhana dapat membantu untuk meningkatkan kemandirian pasien asma dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penggunaan alat bantu sederhana ini sangat efektif dan ekonomis dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi penderita asma. Keyword : tingkat ketergantungan, Pasien Asma, alat bantu nafas
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN PADA PEKERJA KONTRAKTOR SAAT SHUTDOWN DI PT INDO RAYA KIMIA Wendi Darmawan; Kumoro Asto Lenggono
The Shine Cahaya Dunia S-1 Keperawatan Vol 6, No 02 (2021): THE SHINE CAHAYA DUNIA S-1 KEPERAWATAN
Publisher : Universitas An Nuur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35720/tscs1kep.v6i02.313

Abstract

Latar Belakang: Keselamatan karyawan merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai dalam dunia usaha, baik itu pengusaha, pekerja itu sendiri maupun instansi pemerintah dimana dalam tugasnya pekerja mengelola sumber daya manusia, dan pihak lain dari instansi swasta. Kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek sehingga perlu dilakukan analisa kecelakaan pada pekerja di dunia usaha.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode survey yang bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan kerja pada pekerja kontraktor saat shutdown di PT Indo Raya Kimia. Jumah sampel 104 karyawan dengan instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan pemodelan persamaan struktural model (SEM) dengan software SmartPLs.Hasil: Terdapat pengaruh faktor manusia, faktor teknis, dan faktor lingkungan secara keseluruhan terhadap kejadian kecelakaan kerja pada pekerja kontraktor saat shutdown di PT Indo Raya Kimia. Variabel faktor manusia, faktor teknis dan faktor lingkungan mampu menjelaskan variabel kecelakaan kerja sebesar 79,08% (33,41%, 22,95%, 22,72%).Kesimpulan: Faktor manusia merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kecelakaan kerja. Diharapkan pimpinan PT Indo Raya Kimia melakukan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan agar meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan karyawan diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan oleh perusahaan agar tidak merugikan diri sendiri, dan mengikuti shift kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Kata Kunci: Kecelakaan Kerja, Shutdown, Persamaan Structural Model (SEM)
ANALISIS KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA PADA KELELAHAN KERJA PERAWAT DI RUANG ISOLASI COVID-19 (STUDI KASUS RSI UNIVERSITAS ISLAM MALANG) Kuncoro, Wahyudi; Zuhriyah, Lilik; Putra, Kuswantoro Rusca; Lenggono, Kumoro Asto
Majalah Kesehatan Vol. 11 No. 2 (2024): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2024.011.02.3

Abstract

Keseimbangan kehidupan kerja perawat perlu diperhatikan oleh manajer rumah sakit karena dapat menimbulkan kelelahan kerja yang mengganggu proses pelayanan, pembiayaan, dan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keseimbangan kehidupan kerja pada kelelahan kerja perawat di ruang isolasi COVID–19. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Responden penelitian berjumlah 73 orang perawat yang bekerja pada Ruang Isolasi COVID-19 Rumah Sakit Islam Malang. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner keseimbangan kehidupan kerja (Greenhauss-Collin) dan Maslach Burnout Inventory (MBI).  Data dianalisis menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan variabel work life balance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelelahan kerja (p < 0.028). Selain itu juga ditemukan bahwa variabel umur, pendidikan, kerja shift memiliki pengaruh signifikan secara statistik terhadap kelelahan kerja. Sebagian besar perawat yang mengalami kelelahan memiliki proporsi keseimbangan kehidupan kerja tidak seimbang yang lebih tinggi. Sedangkan pada perawat yang tidak mengalami kelelahan memiliki proporsi keseimbangan kehidupan kerja yang seimbang. menunjukkan risiko untuk mengalami burnout pada orang dengan Work Life Balance yang tidak seimbang adalah 3,8 kali lebih besar daripada orang dengan Work Life Balance yang seimbang setelah variabel confounding umur, pendidikan, jenis kelamin, kerja shift, dan waktu bekerja dikontrol. Perawat yang memiliki keseimbangan kehidupan kerja tidak seimbang memiliki risiko 3,8 kali lebih besar mengalami kelelahan daripada perawat yang memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang seimbang. Kesimpulan penelitian ini adalah keseimbangan kehidupan kerja memberikan pengaruh pada kelalahan kerja.
Membangun Lingkungan Kampus Responsif Darurat: Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi Basic Live Support bagi Civitas Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang Lenggono, Kumoro Asto; Badriyah, Lulu'ul; Irsyad, Muhammad Al; Pritama, Muhammad Atiq Noviudin; Ro'is , Rachmy Rosyida
Sasambo: Jurnal Abdimas (Journal of Community Service) Vol. 7 No. 4 (2025): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/sasambo.v7i4.3697

Abstract

Keselamatan komunitas kampus merupakan prioritas utama, khususnya di lingkungan dengan aktivitas fisik intensif seperti Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang. Rendahnya pemahaman Bantuan Hidup Dasar di kalangan non-medis berpotensi memperburuk outcome keadaan darurat. Pengabdian masyarakat ini bertujuan mengevaluasi efektivitas pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BLS) dan berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi civitas akademik yang mempunyai relevansi dengan SDG 3 (Good Health and Well-Being) atau SDG 4 (Quality Education pada peningkatan kesiapsiagaan darurat penyebaran kompetensi BLS di lingkungan akademik.Metode yang digunakan adalah eksperimen one-group pretest-posttest design terhadap 22 mahasiswa yang dipilih secara purposive sampling. Intervensi berupa pelatihan Bantuan Hidup Dasar AHA 2020 selama 8 jam yang mencakup modul teoritis dan sesi praktik dengan manikin QCPR. Data dikumpulkan melalui kuesioner pengetahuan dan penilaian keterampilan objektif sebelum dan setelah pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Rata-rata kesalahan per responden turun dari 2,09 pada pre-test menjadi 0,09 pada post-test, yang merepresentasikan peningkatan pemahaman sebesar 95,69%. Sebanyak 90,91% peserta berhasil mencapai skor sempurna pada post-test. Temuan ini membuktikan bahwa pelatihan Bantuan Hidup Dasar  berbasis simulasi efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam menangani keadaan gawat darurat. Kesimpulan bahwa pelatihan BHL merupakan intervensi yang strategis untuk membangun budaya keselamatan kampus. Oleh karena itu, direkomendasikan integrasi pelatihan ini ke dalam kurikulum non-formal, disertai dengan pelatihan penyegaran berkala dan perluasan cakupan ke seluruh unit universitas. Basic Live Support Training to Build an Emergency Response Campus The safety of the campus community is a top priority, especially in environments with intensive physical activity like the Faculty of Sport Sciences at Malang State University. Poor understanding of Basic Life Support among non-medical personnel has the potential to worsen emergency outcomes. This community service aims to evaluate the effectiveness of Basic Life Support (BLS) training and contribute to improving the competency of the academic community that is relevant to SDG 3 (Good Health and Well-Being) or SDG 4 (Quality Education) in improving emergency preparedness and disseminating BLS competency in the academic environment. The method used was a one-group pretest-posttest design experiment with 22 students selected by purposive sampling. The intervention was an 8-hour AHA 2020 Basic Life Support training that included theoretical modules and practical sessions with QCPR manikins. Data were collected through knowledge questionnaires and objective skill assessments before and after the training. The results showed a very significant improvement. The average error per respondent decreased from 2.09 in the pre-test to 0.09 in the post-test, which represents an increase in understanding of 95.69%. A total of 90.91% of participants managed to achieve a perfect score on the post-test. These findings prove that simulation-based Basic Life Support training is effective in improving knowledge and practical skills in handling emergencies. The conclusion is that BHL training is a strategic intervention to build a campus safety culture. Therefore, it is recommended that this training be integrated into the non-formal curriculum, accompanied by periodic refresher training and expanded to all university units.