Nengah Bawa Atmadja
Faculty of Economy and Business, Ganesha University of Education, Bali

Published : 36 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

POWER BEHIND HARMONY: CRITICAL ETHNOGRAPHY OF RELATION BETWEEN CHINESE ETHNIC GROUP AND BALINESE ETHNIC GROUP AT PUPUAN VILLAGE, TABANAN, BALI Aryana, I Gusti Made; Wirawan, AA Bagus; Atmadja, Nengah Bawa
E-Journal of Cultural Studies Volume 10, Number 3, August 2017
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.439 KB) | DOI: 10.24843/cs.2017.v10.i03.p02

Abstract

The harmonious relation between the ethnic groups living at Pupuan Village can be evidenced by the inter-ethnic marriages. The problems of the present study can be formulated in three questions. They are why the Chinese ethnic people can live harmoniously with the Balinese ethnic people, how is the dynamics of the power behind the harmonious relation between the Chinese ethnic people and Balinese ethnic people at Pupuan Village, and how the educational model implemented by the Chinese ethnic people and Balinese ethnic people is developed to contribute to the harmonious relation between the two ethnic groups from the ethno pedagogic perspective. The descriptive and qualitative method was used in the present study. The data were collected through in-depth interview, observation, and documentary study. The data were analyzed using the interactive analysis method. The theories used include the Theory of Practice proposed by Bourdieu, the Theory of Discourse of Power/Knowledge proposed by Foucault, theory of Habernas Education, and so forth. The result of the study shows that there are several reasons why the relation between the Balinese ethnic people and Chinese ethnic people has become harmonious. They use power and capital. The Balinese ethnic people use the spiritual capital (the capital of cultural power) through the values of the local genius. The Chinese ethnic people use the socio-economic capital they have to make the domination of the Balinese people balanced. The dynamics of the power behind harmony shows that the relation between the two ethnic people at Pupuan Village is made to be diluted resulting from the power of the internal (local) people and the external (national) people which can be seen from the religious aspect, political aspect, socio-cultural aspect, and socio-economic aspect. The ethnopedagogic educational model is developed using different media such as the societal organization, the social activity in the forms of ngayah (doing voluntary religious things) and ngoupin (helping other people living in the neighborhood prepare and perform their traditional and religious activities).
Lulusan Sekolah Dasar (Sd) Menjadi Pembantu Rumah Tangga Dan Dagang Kopi Cantik (Dakocan) : Perspektif Dualisme Kultural Atmadja, Nengah Bawa
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol 43, No 2 (2010): Juli, 2010
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.061 KB) | DOI: 10.23887/jppundiksha.v43i2.1715

Abstract

Ratusan anak wanita lulusan SD di berbagai kecamatan di Kabupaten Buleleng tidak melanjutkan ke SMP. Padalah pemerintah telah menetapkan SMP sebagai sekolah gratis. Mereka lebih suka merantau ke kota menjadi pembantu rumah tangga (PRT) atau tetap tinggalKata kunci: Pendidikan, dualisme kultural, peminggiran wanita
Sertifikasi Guru : Memperkaya atau Menyejahterakan? (Perspektif Semiotika Komunikasi) Atmadja, Anantawikrama Tungga A; Atmadja, Nengah Bawa
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol 41, No 1 (2008): April 2008
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.653 KB) | DOI: 10.23887/jppundiksha.v41i1.1974

Abstract

Guru berperan amat penting dalam sistem pendidikan. Karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan sertifikasi yang bertujuan melahirkan guru profesional yang berlanjut pada perbaikan nasib guru. Masalahnya, apakah perbaikan nasib tersebut mengarah kepada memperkaya atau menyejahterakan guru? Berdasarkan perspektif ideologi dominan yang berlaku dalam masyarakat, yakni ideologi pasar, dikaitkatkan dengan hakikat manusia sebagai homo symbolicum sebagai titik tolak dalam perspektif semiotika, maka dapat dikemukakan bahwa sertifikasi guru tampaknya lebih banyak memperkaya daripada menyejahterakan. Berapapun besar gaji yang mereka terima, akan tetap dirasakan kurang, sehingga cita-cita menciptakan guru profesional tetap merupakan impian. Gejala ini memerlukan pemecahan antara lain menggunakan agama Hindu sebagai resep bertindak dalam kehidupan bermasyarakat.   Kata kunci : guru, budaya tontonan, konsumerisme, semiotika, agama Hindu
Pelembagaan Toleransi melalui Pendidikan pada SMA Multiagama di Bali Maryati, Tuty; Atmadja, Nengah Bawa
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol 47, No 2-3 (2014): Oktober, 2014
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.884 KB) | DOI: 10.23887/jppundiksha.v47i2-3.4865

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran SMA-SMA multiagama di Bali dalam melembagakan kehidupan bertoleransi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian adalah SMA-SMA multiagama di delapan kabupaten di Bali. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah, guru agama, dan siswa di SMA multiagama memiliki pemahaman yang baik tentang toleransi agama. Sekolah memiliki kebijakan yang sama bagi seluruh warga sekolah untuk melakukan kegiatan agama dengan menyediakan guru agama, buku-buku agama, ruang ibadah, merayakan hari besar keagamaan dan bersilaturahmi dengan seluruh warga sekolah. Pembelajaran agama berjalan baik di sekolah maupun luar sekolah. OSIS berperan penting dalam mengembangkan sikap toleransi agama yang tercermin dari struktur organisasi. Komite dan dinas terkait juga memiliki peran penting dalam mengembangkan toleransi agama di SMA multiagama ini. Kata-kata Kunci: pelembagaan toleransi, SMA multiagama, pendidikan multibudaya
Dewatanisasi Insani: Pemaknaan Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Hindu Atmadja, Nengah Bawa
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol 43, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.501 KB) | DOI: 10.23887/jppundiksha.v43i1.1702

Abstract

Kajian pustaka menunjukkan, bahwa hakikat pendidikan dalam perspektif Filsafat Pen-didikan Hindu adalah mendewatakan manusia atau dewatanisasi insani guna mewujudkan divine human (daiwisampat) yang sekaligus berarti mencegah kemunculan insan berkarakter keraksasaan  (demonic human, asurisampat). Agama Hindu kaya akan resep-resep divine human. Dewatanisasi menuntut penamanan resep-resep divine human di dalam pikiran dan kecerdasan manusia.  Manusia berkarakter kedewataan ditandai oleh pikiran, ucapan dan tindakan yang taat pada resep-resep divine human yang bersumberkan pada agama dan tata aturan lainnya yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Kata kunci: pendidikan, divine human, pikiran, ucapan dan tindakan
Penggunaan Internet Sebagai Sumber Belajar Sosiologi Siswa IPS di SMAN 1 Singaraja Safitri, Andela; Atmadja, Nengah Bawa; Mudana, I Wayan
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 1, No 3 (2019): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v1i3.26844

Abstract

Internet dikatakan lebih dinamik. Kebanyakan informasi dalam internet ialah informasi paling baru jika dibandingkan dengan informasi dalam bahan atau media cetak. Pada jenjang pendidikan menengah, penggunaan internet sebagai sumber belajar secara langsung dapat saja digunakan. Pertimbangannya, taraf kemampuan berpikir siswa sudah semakin berkembang dibandingkan jenjang pendidikan dasar. Hanya saja skita harus memastikan jika siswa telah memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis serta mengonstruksi informasi yang diingikan dengan berbekal kemampuan ini. Penggunaan internet dapat meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi internet tidak dapat mengganti peran guru secara keseluruhandalam pembelajaran. Hasil penelitian dalam pembelajaran sosiologi telah ditemukanadanya penggunaan sumber belajar selain dari guru maupun buku yaitu dengan menggunakan internet dalam sumberdan juga dapat menyimpan fitur-fitur yang tersedia didalamnya.Hal ini membuat mereka kecanduan bahkan dapat dikatakan sudah ketergantungan dengan handphone karena saat ini handphone bukan lagi sebagai untuk memanggil maupun menerima panggilan seseorang yang jaraknya berjauhan. Namun juga bisa mengetahui dan melihat apa saja yang terjadi pada jarak yang tidak bisa kita lihat dan fenomena apa saja yang terjadi pada suatu tempat tersebut.Kata kunci: internet, pembelajaran sosiologi
Pemertahanan Desa Adat Berbasis Kontrol Sosial Terhadap Sumber Daya Tanah ( Studi Kasus di Desa Tista, Abang, Karangasem-Bali ) Sriada, I Putu Gede; Atmadja, Nengah Bawa; Wirawan, I Gusti Made Arya Sutha
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v2i1.28049

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk 1) Menjelaskan alasan Mengapa Desa Adat Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem-Bali melarang jual/beli tanah pada orang luar desa.2) Menganalisis pengelolaan sumber daya tanah di Desa Adat Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem-Bali.3) Menjelaskan Aspek-aspek yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sosiologi mengenai permasalahan tanah di Desa Adat Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem-Bali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dengan tahap-tahap; 1) Teknik penetuan lokasi penelitian, penelitian ini berlokasi di Desa Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem-Bali.2) Jenis dan sumber data, melalui data primer dengan teknik purposive sampling, Data Skunder.3) Teknik pengumpulan data, melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumen.4) Teknik keabsahan data dengan cara tirianggulasi dengan sumber, trianggulasi dengan metode dan trianggulasi dengan teori.5) Teknik analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Desa Adat Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem-Bali melarang jual/beli tanah pada orang luar desa. Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi hal tersebut ialah pemertahanan budaya/agama, kemajuan ekonomi masyarakat lokal, pemertahanan keajegan desa/identitas desa, Adapun Strategi Pengelolaan Sumber Daya Tanah Yang Dilakukan di Desa Adat Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem-Bali adalah dengan Penetapan ayaahan desa, patokan jumlah tanah yang boleh dibeli. Surat tanah menggunakan pemohon/atas nama Desa Tista. Kemudian kasus yang diangkat dalam penelitian ini memiliki kelayakan untuk dijadikan sebagai sumber belajar sosiologi pada jenjang SMA.Kata Kunci: Fenomena, Kearifan Lokal, Identitas, Budaya.
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH AT-TAUFIQ DI KAMPUNG KAJANAN, SINGARAJA, BULELENG, BALI (Kesulitan Belajar, Manajemen Kelas dan Penanggulangannya) Urosyidah, Atiek; Atmadja, Nengah Bawa; Maryati, Tuty
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 1, No 3 (2019): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v1i3.26845

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang siswa yang kurang meminatii pada mata pelajaran sosiologi, (2) Manajemen kelas yang dilakukan guru sosiologi dalam pembelajaran sosiologi pada siswa kelas XI, (3) Penanggulangan rendahnya minat siswa dalam belajar sosiologi berdasarkan persepsi siswa dan berbagai pihak terkait. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Madrasah Aliyah At-Taufiq Kampung Kajanan, Singaraja, Buleleng, Bali. Teknik penentuan informan menggunakan Purposive Sampling. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Sedangkan keabsahan dilakukan dengan metode triangulasi dan analisis data interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) Latar belakang peserta didik kelas XI di Madrasah Aliyah At-Taufiq kurang meminati pembelajaran sosiologi dilihat dari (1) Faktor internal, : a) Kurangnya kemampuan dasar intelligensi siswa, b) Tidak ada bakat dalam belajar sosiologi, c) Kurangnya minat terhadap situasi pembelajaran yang tidak dapat memotivasi siswa, d) Tidak adanya perpustakaan. (2) Faktor eksternal, : a) Faktor orang tua, b) Faktor dari guru, c) Faktor lingkungan. (2) Manajeman kelas XI di kelompokkan menjadi tiga yaitu : mendikte, menegur dan mencatat, serta memberi skors, (3) Menanggulangi rendahnya minat belajar siswa dalam belajar sosiologi dari pihak yang terkait (a) Persepsi siswa, (b) Persepsi kepala madrasah, (c) Persepsi orang tua, (d) Persepsi guru sosiologi.Kata Kunci : pembelajaran sosiologi, kesulitan belajar, manajemen kelas, penanggulangannya
NYUNGSUNG DEWA JELEME PADA PURA KONCO DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA JURUSAN IPS (STUDI KASUS DI DESA ADAT KAYUPUTIH, BANJAR, BULELENG, BALI) Cahyani, Kadek Gita; Atmadja, Nengah Bawa; Mudana, I Wayan
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v1i1.26667

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui : (1) latar belakang masyarakat Desa AdatKayuputih mendirikan pura yang memuja Dewa Jeleme yang berbentuk Konco, (2)sistem ritual dalam konteks pemujaan Dewa Jeleme di Pura Konco, (3) nilai karakteryang terdapat dalam pemujaan Dewa Jeleme pada Pura Konco yang bisa diaplikasikandalam pembelajaran Sosiologi di SMA. Metode penelitian menggunakan pendekatankualitatif: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) penentuan informan; (3) pengumpulan datamengunakan observasi, wawancara dan studi dokumen; (4) penjaminan keabsahan data;(5) analisis data. Hasil penelitian menunjukan: latar belakang berdirinya Pura Konco adaenam faktor : kepercayaan akan penyakit, menetralisir perasaan berdosa, memperkuatsolidaritas keluarga, memiliki fungsi ekonomis, estetika dan etika, Pura Konco berdiripada tahun 1939 di Desa Adat Kayuputih. Ritual di Pura Konco dilakukan pada satu harisebelum Tilem atau dua hari sebelum Tahun Baru Imlek, dan satu hari sebelum Purnamaatau Cap Go Meh. Sarana persembahyangan di Pura Konco berupa masakan, buah,jajan, minuman, banten dan dupa. Upacara persembahayangan di pimpin olehPemangku yang berasal dari keluarga yang membunuh. Nilai karakter di Pura Koncoyang diaplikasikan kedalam pembelajaran Sosiologi di SMA : Nilai Religius, Jujur,Toleransi, Kreatif, Komunikatif, Cinta Damai, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab.Kata Kunci: Dewa Jeleme, Pura Konco, Latar Belakang, Sistem Ritual, Nilai-NilaiKarakter
Permainan Rakyat sebagai Sumber Belajar Sosiologi di SMA (Studi Kasus Tradisi Mageburan di Desa Adat Sekumpul, Sawan, Buleleng, Bali) Kurniawan, Made Ferry; Atmadja, Nengah Bawa; Mudana, I Wayan
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v1i2.26840

Abstract

Modernisasi dalam jangka panjang, bukan hanya diposisikan sebagai proses yang pasti terjadi, namun modernisasi dipandang sebagai sesuatu yang dibutuhkan. (Martono, 2014 : 137 – 138). Walaupun invasi modernisasi memberikan efek yang massif, tetapi tradisi lokal mageburan yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat (muda-mudi) Desa Adat Sekumpul tetap konsisten dilaksanakan. Tradisi ini mampu hidup dengan mempertahankan sifat autentik, originalitas, serta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Tujuan utama penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan latar belakang teruna-pesaren Desa Adat Sekumpul, Kecamatan Sawan, Buleleng melaksanakan tradisi mageburan, (2) mendeskripsikan sistem permainan yang digunakan pada tradisi mageburan dalam kaitannya dengan sistem ritual keagamaan di Desa Adat Sekumpul, (3) mendeskripsikan aspek-aspek yang terkandung di dalam tradisi mageburan yang berpotensi menjadi bahan ajar pada materi pelajaran Sosiologi di jenjang SMA. Dalam penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan tahap-tahap pengumpulan data yakni (1) purposive sampling, (2) observasi non-partisipatif, (3) in-depth interviewing, (4) studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) mageburan memiliki makna sebagai aspek penyucian diri bagi masyarakat (khususnya sekaa teruna-pesaren) yang terlibat langsung dalam aktivitas perang lumpur, (2) mageburan memiliki aturan permainan yang mengikat dan permainan ini berhubungan erat dengan aspek theogoni, (3) mageburan mengandung aspek sosiologis-pedagogis seperti wahana belajar kebudayaan, media solidaritas mekanik, sesuatu yang berpola, adanya unsur gemeinschaft, kompetisi konstruktif, arbitrasi dan mengandung nilai-nilai karakter sesuai dengan Kurikulum 2013.Kata kunci: mageburan, permainan rakyat (folklor), sumber pembelajaran, nilai-nilai karakter