Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERAN ORANG TUA MELALUI SOTH SEBAGAI UPAYA PENGENALAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK USIA DINI Badrus, Arkha Rosyaria; Ummah, Kholifatul; Khairoh, Miftahul; Purwitasari, Alief Ayu; Ganisia, Ainun; Imeldawati, Rakhmalia; Fathiyyah, Nurul
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 7, No 1 (2025)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia dini dirasa diperlukan dikarenakan adanya perubahan kebutuhan yang terus berubah, selain itu dianggap akan berdampak positif pada saat kehidupan remaja (S. Handayani et al., 2019).  Anak usia dini perlu mengetahui tentang dirinya dan alat kelaminnya, apa saja yang perlu dilindungi, dan bagaimana mereka dapat memberikan perlindungan sejak dini dari pihak-pihak yang akan melakukan kekerasan seksual. Selain itu, anak harus memiliki karakter yang kuat agar terhindar dari penyimpangan seksual (Soesilo, 2021). SOTH adalah singkatan dari Sekolah Orang Tua Hebat, yaitu program pengasuhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak.  hasil penelitian tersebut menunjukkan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan responden terhadap Peran Orang Tua dalam Upaya Pengenalan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Usia Dini setelah dilakukan Sekolah Orang Tua Hebat yakni sebanyak 78,6% responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 22 orang, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup yakni sebanyak 6 orang 21,4%.  Adanya kegiatan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) ini dapat memberikan edukasi seks sejak dini bertujuan untuk memberikan informasi dan mengenalkan kepada anak bagaimana ia harus menjaga dan melindungi organ tubuhnya dari orang yang berniat jahat terhadap dirinya.
Pengaruh imunoterapi sebagai upaya terapeutik wanita dengan endometriosis: Kajian Naratif Ganisia, Ainun; Kwarta, Cityta Putri; Imeldawati, Rakhmalia; Fathiyyah, Nurul
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 4 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i4.1564

Abstract

Introduction: Endometriosis is one of the most common gynaecological and systemic diseases, with a remarkable immune background. Patients suffer from pelvic pain and decreased fertility. Due to the different immune components, immunotherapy approaches may be necessary. In endometriosis, the immune system cell fraction shift is well known. In addition, hypoxia and inflammation cause a compromised immune response. Removal of endometriosis has a therapeutic effect, normalizes immune disorders, and remains the most effective causative treatment for pain and infertility. Treatment of endometriosis with immunotherapy is promising due to the significant contribution of immunological factors and the limitations of current treatment methods. The purpose of this study was to determine the effect of immunotherapy in improving fertility in patients with endometriosis. This research method uses a literature review and narrative method by collecting research results related to immunotherapy and endometriosis. Data sources were obtained from various international journals indexed by Scopus from 2018 to 2023. Results: Immunotherapy affects improving fertility in patients with endometriosis. Conclusion: Immunotherapy can improve the peritoneal immune microenvironment and inhibit the development of endometriosis lesions, working synergistically with hormonal therapy to fundamentally relieve disturbing symptoms and improve fertility in patients with endometriosis. Pendahuluan: endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi dan sistemik yang paling umum, dengan latar belakang imun yang luar biasa. Pasien menderita nyeri panggul dan penurunan kesuburan. Dikarenakan komponen imun yang berbeda, pendekatan imunoterapi mungkin menjadi penting di masa mendatang. Pada endometriosis, pergeseran fraksi sel sistem imun sudah diketahui dengan baik. Selain itu, hipoksia bersamaan dengan peradangan menyebabkan respons imun terganggu. Pengangkatan endometriosis memiliki efek terapeutik, menormalkan gangguan imun, dan tetap menjadi pengobatan kausatif yang paling efektif dalam hal nyeri dan infertilitas. Pengobatan endometriosis melalui imunoterapi cukup menjanjikan karena kontribusi signifikan faktor imunologi dan keterbatasan metode pengobatan saat ini. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh imunoterapi dalam meningkatkan kesuburan pasien dengan endometriosis. Metode penelitian ini  menggunakan literature review dan bermetode narative dengan mengumpulkan hasil-hasil penelitian tentang terkait imunoterapi dan endometriosis. Sumber data didapat melalui berbagai jurnal internasional terindex scopus dari tahun 2018 hingga tahun 2023. Hasil: Imunoterapi berpengaruh dalam meningkatkan kesuburan pasien dengan endometriosis. Kesimpulan: Imunoterapi dapat meningkatkan lingkungan mikro imun peritoneum dan menghambat perkembangan lesi endometriosis, bekerja secara sinergis dengan terapi hormonal untuk secara mendasar meredakan gejala-gejala yang mengganggu dan meningkatkan kesuburan pada pasien dengan endometriosis.
Factors Influencing Lecturers' Perceptions of the Use of Role Play Method in Postpartum Midwifery Teaching Using English Ummah, Kholifatul; Mustofa, Bilqis; Fathiyyah, Nurul; Ganisia, Ainun; Imeldawati, Rakhmalia
Journal of English for Academic and Specific Purposes (JEASP) Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jeasp.v8i1.32972

Abstract

English is the primary language used in global communication. In the context of midwifery services, the application of English aims to equip students with communication skills that support international clinical practice. One instructional method considered effective in achieving this goal is role play, which enhances students’ clinical communication skills and critical thinking abilities. However, the success of its implementation largely depends on lecturers’ perceptions and readiness. This study aims to explore the factors influencing lecturers’ perceptions of using role play in postpartum midwifery care instruction delivered in English. Grounded in constructivist theory and the communicative language teaching approach, this research employs a qualitative design through in-depth interviews with midwifery lecturers at Dr. Soetomo University, Surabaya. Additional data were collected via questionnaires covering demographic backgrounds, teaching experience, English proficiency, and attitudes toward instructional innovation.  The findings reveal that lecturers’ perceptions are influenced by English language proficiency, previous experience using role play, positive attitudes toward active learning, and institutional support. This study contributes to a deeper understanding of the dynamics between English language integration and active learning methods in midwifery education. The novelty of this study lies in its qualitative approach, which uncovers pedagogical adaptation processes in bilingual instruction contexts and highlights implications for professional development and the design of supportive learning environments.
Korelasi Golongan Darah dan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Kwarta, Cityta Putri; Ummah, Kholifatul; Imeldawati, Rakhmalia; Fathiyyah, Nurul; Ganisia, Ainun; Rochmayanti, Shinta Nur; Susila, Ida
Lontara Journal of Health Science and Technology Vol. 6 No. 2 (2025): Juli-Desember 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53861/lontarariset.v6i2.597

Abstract

Anaemia occuring during pregnancy represents a significant public health issue, especially in developing countries. Multiple sources have indicated a correlation between blood type and haemoglobin levels, but local data remains limited. This study aims to assess the distribution of ABO and Rhesus blood types and haemoglobin levels in pregnant women in rural Lamongan, Indonesia, and to evaluate the relationship between them. A cross-sectional study was conducted on 60 pregnant women at Ida Susila's Private Practice (November 2024–May 2025). Blood type data were obtained from the KIA Book, while haemoglobin levels were measured using a digital haemoglobin meter. For the data analysisi, the chi-square test and Spearman’s rho were the chosen statistical tools. Blood type O was the most common (46.7%), followed by B (25%), A (20%), and AB (8.3%). Most respondents were Rhesus positive (96.7%). The highest average haemoglobin levels were found in blood type AB (11.6 g/dl) and the lowest in blood type B (9.9 g/dl). Anaemia was most commonly found in blood group B. Blood group was found to be significantly associated with haemoglobin levels (p=0.009). Blood group, particularly, showed a higher tendency towards anaemia in pregnant women. Early screening of blood group and haemoglobin levels is important for promotive and preventive efforts against pregnancy-related especially in rural areas.
HEMOGLOBIN, BODY MASS INDEX, AND POSTPARTUM BLUES BASED ON EPDS SCORES: A CLINICAL OBSERVATIONAL STUDY Ummah, Kholifatul; Susila, Ida; Hubaedah, Annah; Kwarta, Cityta Putri; Fathiyyah, Nurul; Pratiwi, Dessy; Novitasari, Prihatini Dini
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 17 No 2 (2025): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v17i2.2927

Abstract

Postpartum blues was a common mental health issue experienced by mothers after childbirth, characterized by mood swings, feelings of sadness, and depressive symptoms. This study analyzes the influence of hemoglobin (Hb) levels and body mass index (BMI) on the risk of postpartum blues in postpartum mothers. If this condition is not recognized and addressed, it can develop into more severe postpartum depression.  This observational quantitative study was conducted at BPM Ida Susila Lamongan. The population in this study consists of all postpartum mothers who come for a check-up 1–2 weeks after delivery. The sample consists of 30 individuals selected using a purposive sampling technique. Inclusion criteria include postpartum mothers with a term pregnancy (≥37 weeks), spontaneous delivery, no history of mental disorders, and willingness to participate as respondents. Exclusion criteria include mothers who are currently using psychotropic drugs or have severe medical complications. Data were collected through the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) questionnaire and patient medical records, including Hb levels and BMI. Results: Pearson correlation showed a strong negative relationship between Hb levels and EPDS scores (r = -0.781, p < 0.05). Linear regression indicated that Hb and BMI significantly affect EPDS scores, with Hb having a greater influence. Pearson correlation between BMI and EPDS showed a moderate positive relationship (r = 0.573, p < 0.05). Conclusion: Low Hb levels and high BMI are risk factors for postpartum blues. This study emphasizes the importance of maintaining healthy Hb and BMI levels to prevent postpartum blues.
Perceptions and Attitudes of Women of Childbearing Age towards Cervical Cancer Screening: A Psychological Review Ganisia, Ainun; Imeldawati, Rakhmalia; Fathiyyah, Nurul; Kwarta, Cityta Putri
Buletin Ilmu Kebidanan dan Keperawatan Vol. 4 No. 02 (2025): Buletin Ilmu Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : The Indonesian Institute of Science and Technology Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56741/bikk.v4i02.1245

Abstract

In Indonesia, cervical cancer ranks as the second leading cause of death among women, coming in right after breast cancer, which holds the top spot. Early detection or screening is the primary modality carried out to overcome the high rate of cervical cancer deaths in Indonesia, but the number of screening participants is still low. One of the causes is the perception of women of childbearing age towards cervical cancer. This study aimed to explore the connection between the perceptions and attitudes of women of childbearing age towards cervical cancer screening. The research method used a cross-sectional design with a population of women aged 20-50 years in Sukorambi Village, Jember Regency. A total of 86 participants were involved, chosen through a cluster random sampling method. The findings revealed that the respondents' mean age was 34.66 year, with the majority having a high school education (62.80%), the majority being unemployed (72.09%), and the majority being married (95.35%). The outcomes of the data evaluation indicated a p-value of 0.002, which is less than 0.05, along with a correlation coefficient of 0.324. This leads to the conclusion that a significant connection exists between perceptions and attitudes towards cervical cancer screening among women of childbearing age in Sukorambi Village. In increasing awareness of WUS, it is hoped that health workers will actively and routinely hold cervical cancer screening socialization activities to influence WUS attitudes towards cervical cancer screening.
FACTORS INFLUENCING ANXIETY DISORDERS IN WOMEN OF PRODUCTIVE AGE WITH CHRONIC HEPATITIS B INFECTION Fathiyyah, Nurul; Ganisia, Ainun; Imeldawati, Rakhmalia; Kwarta, Cityta Putri; Sundjaya, Tonny; Rahmadani, Putri
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 35 No. 3 (2025): MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jmp2k.v35i3.3141

Abstract

Infeksi Hepatitis B Kronik (IHBK) masih menjadi masalah kesehatan global yang signifikan, dengan prevalensi tinggi di kalangan wanita usia produktif. Dampak psikologis infeksi hepatitis B kronik, khususnya gangguan kecemasan, sering diabaikan, yang mana berdampak negatif pada kualitas hidup pada populasi ini. Kecemasan yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang lebih parah dan penurunan kesejahteraan. Meskipun penting, faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan pada populasi ini tidak dipahami dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan pada wanita usia subur dengan IHBK untuk memfasilitasi intervensi dini. Sebuah penelitian deskriptif-analitik, cross-sectional dilakukan dengan melibatkan 51 wanita berusia di atas 18 tahun yang didiagnosis dengan IHBK di Palang Merah Indonesia (PMI) di Surabaya. Diagnosis IHBK dikonfirmasi oleh adanya HBsAg selama lebih dari enam bulan. Pemilihan sampel dilakukan secara total sampling. Gangguan kecemasan diukur menggunakan kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Data tentang usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan dukungan sosial dikumpulkan melalui wawancara dan catatan medis. Analisis chi-square digunakan untuk menguji hubungan antar variabel dan regresi linier untuk mengukur nilai risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia (p = 0,005), status perkawinan (0,007), pendidikan (0,016), dan dukungan sosial (0,001) berhubungan secara signifikan dengan gangguan kecemasan. Sebagai kesimpulan, wanita usia subur dengan IHBK memiliki prevalensi gangguan kecemasan yang tinggi. Deteksi dini dan intervensi yang tepat sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
PERAN ORANG TUA MELALUI SOTH SEBAGAI UPAYA PENGENALAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK USIA DINI Badrus, Arkha Rosyaria; Ummah, Kholifatul; Khairoh, Miftahul; Purwitasari, Alief Ayu; Ganisia, Ainun; Imeldawati, Rakhmalia; Fathiyyah, Nurul
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia dini dirasa diperlukan dikarenakan adanya perubahan kebutuhan yang terus berubah, selain itu dianggap akan berdampak positif pada saat kehidupan remaja (S. Handayani et al., 2019).  Anak usia dini perlu mengetahui tentang dirinya dan alat kelaminnya, apa saja yang perlu dilindungi, dan bagaimana mereka dapat memberikan perlindungan sejak dini dari pihak-pihak yang akan melakukan kekerasan seksual. Selain itu, anak harus memiliki karakter yang kuat agar terhindar dari penyimpangan seksual (Soesilo, 2021). SOTH adalah singkatan dari Sekolah Orang Tua Hebat, yaitu program pengasuhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak.  hasil penelitian tersebut menunjukkan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan responden terhadap Peran Orang Tua dalam Upaya Pengenalan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Usia Dini setelah dilakukan Sekolah Orang Tua Hebat yakni sebanyak 78,6% responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 22 orang, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup yakni sebanyak 6 orang 21,4%.  Adanya kegiatan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) ini dapat memberikan edukasi seks sejak dini bertujuan untuk memberikan informasi dan mengenalkan kepada anak bagaimana ia harus menjaga dan melindungi organ tubuhnya dari orang yang berniat jahat terhadap dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore primer terhadap kualitas hidup wanita: Tinjauan pustaka Fathiyyah, Nurul; Kwarta, Cityta Putri; Imeldawati, Rakhmalia; Ganisia, Ainun; Kusumawardani, Lentera Afrida
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 6s (2024): Mewujudkan Indonesia Sehat: Transformasi Sistem Kesehatan di Era Baru
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i6s.1277

Abstract

Disminorea merupakan nyeri haid yang menganggu aktifitas fisik wanita, sehingga seringkali saat menstruasi wanita mengalami nyeri sehingga terganggunya aktifitas dan menurunya kualitas hidup, afaktor-faktor yang berisiko terhadap dismenore primer dari berbagai literatur baik yang bersifat ginekologi, patologis sel imun maupun faktor non-medis lainnya sebagai bahan pembelajaran wanita khususnya wanita remaja untuk peningkatan kualitas hidup dengan memperbaiki faktor-faktor yang berisiko tinggi terhadap kejadian dismenorea. Tulisan ini akan membahas tentang faktor-faktor penyebab terjadinya dismenore primer berdasarkan tinjauan pustaka/literatur review. Kami menggunakan data dari beberapa referensi jurnal tinjauan sistematik, baru, dan beberapa teori dari situs yang terindeks seperti Pubmed, Scopus, Research gate, Ajog, NCBI dan lain-lain dengan menggunakan kata kunci “dismenore primer“atau nyeri haid wanita”. Peneliti menentukan batas maksimal publikasi artikel penelitian dalam 7 tahun terakhir yaitu dari 2018-2024. Hasil yang ditemukan faktor faktor yang berisiko terjadi disminore secara umum yaitu usia awal menstruasi. siklus mentsruasi, riwayat keluarga, tidak olahraga, kurang tidur, stres, cemas, dpresi, pola gaya hidup yang tidak baik, seperti konsumsi makan makanan junkfood, kurang protein, tinggi makanan berlemak, berakohol. Eksplorasi dismenore berkembang sangat pesat diharapkan dapat mengoptimalkan metode yang ada akan memainkan peran penting dalam memahami faktor-faktor yang berisiko terjadi dismenore sehingga dapat mengembangkan terapi terhadap dismenore ini di masa mendatang melalui analisis faktor-faktor penyebab tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup wanita. Kata Kunci: disminore, faktor-faktor, kualitas hidup  
Imunitas komunitas dalam dinamika penyebaran sifilis pada remaja: Kajian naratif Kwarta, Cityta Putri; Fathiyyah, Nurul; Imeldawati, Rakhmalia; Ganisia, Ainun; Kusumawardani, Lentera Afrida
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 1 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i1.1349

Abstract

Sexually Transmitted Infections (STIs), particularly syphilis, are a significant global health issue among adolescents, requiring an understanding of community immunity to manage its transmission. This study aims to analyze the factors influencing the spread of syphilis among adolescents and the role of community immunity in suppressing the infection rate. The research method used is a literature review from various academic databases, including PubMed, Scopus, and Google Scholar, with inclusion criteria for cohort, case-control, and cross-sectional studies, and exclusion criteria for animal and in vitro studies. The research results show that social, cultural, and economic factors play an important role in the spread of syphilis among adolescents. Community immunity in this context is not achieved through vaccination, but rather through collective behavioral changes and effective public health interventions. Community-based approaches involving families, schools, healthcare workers, and community organizations are crucial in building community immunity against syphilis. The active involvement of families and communities in providing sexual education also plays a crucial role in creating an environment that supports the sexual health of adolescents. This research concludes that a holistic and multidisciplinary community-based approach is essential to address the issue of syphilis among adolescents. Prevention and control efforts must involve changes in individual and collective behavior, as well as be supported by strong public health policies and adequate resources. By building strong community immunity, it is hoped that the spread of syphilis among adolescents can be significantly reduced, thereby improving overall public health. Infeksi Menular Seksual (IMS), terutama sifilis, merupakan masalah kesehatan global yang signifikan di kalangan remaja, memerlukan pemahaman tentang imunitas komunitas untuk mengelola penularannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyebaran sifilis pada remaja dan peran imunitas komunitas dalam menekan laju infeksi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelusuran literatur dari berbagai database akademik, termasuk PubMed, Scopus, dan Google Scholar, dengan kriteria inklusi studi kohort, kasus-kontrol, dan cross-sectional, serta kriteria eksklusi studi pada hewan dan in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial, budaya, dan ekonomi memiliki peran penting dalam penyebaran sifilis pada remaja. Imunitas komunitas dalam konteks ini tidak dicapai melalui vaksinasi, melainkan melalui perubahan perilaku kolektif dan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif. Pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan keluarga, sekolah, tenaga kesehatan, dan organisasi masyarakat, sangat penting dalam membangun imunitas komunitas terhadap sifilis. Keterlibatan aktif keluarga dan komunitas dalam memberikan edukasi seksual juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan seksual remaja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan berbasis komunitas yang holistik dan multidisiplin sangat diperlukan untuk mengatasi masalah sifilis di kalangan remaja. Upaya pencegahan dan pengendalian harus melibatkan perubahan perilaku individu dan kolektif, serta didukung oleh kebijakan kesehatan masyarakat yang kuat dan sumber daya yang memadai. Dengan membangun imunitas komunitas yang kuat, diharapkan penyebaran sifilis pada remaja dapat ditekan secara signifikan, sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.