Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

REKONSTRUKSI BENTUK DAN MITOS SITUS SUKORENO Ainur Rohimah; Joni Wibowo; Ricky Yulius Kristian; Fitri Nura Murti
UNEJ e-Proceeding 2020: E-PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEKAN CHAIRIL ANWAR
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah arca dengan kepala terpenggal dan bata abang ditemukan di bawah Pohon Asoka yang terletak di Desa Sukoreno sekitar tahun 2006. Situs tersebar dan tertimbun oleh pemukiman warga sehingga keadaannya sudah tidak insitu. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan folklor untuk mengetahui cerita dan mitos yang melingkupi situs. Objek penelitian ini merupakan folklor sebagian lisan. Data berupa data lisan dan material (artifak). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yang diperkuat dengan studi perbandingan fisiologis, bentuk dan karakteristik patung yang dipenggal dan batu bata merah (Situs Sukoreno) dengan arca-arca peninggalan Majapahit di Trowulan, ditemukan memiliki karakteristik fisiologis (bentuk dan model) yang mirip dengan Mahakala. Situs Sukoreno berhubungan dengan Kerajaan Majapahit Timur. Mitos masyarakat, arca kepala terpenggal dibuat oleh orang zaman dahulu dengan kekuatan magis dari para dewa. Masyarakat menyebutnya (arca) Patung Mbah Reco. Penelitian ini dilakukan untuk menelusuri identitas sejarah budaya lokal sekaligus memelihara cagar budaya nasional. Melalui bukti kesejarahan, manusia dapat mengambil nilai dan mengenali siapa jati dirinya. Artikel ini menyajikan deskripsi bentuk dan mitos yang melingkupi Situs Sukoreno sebagai wujud historiografi serta upaya konservasi melalui bidang akademis. Kata kunci: Situs Sukoreno, Folklor, Kerajaan Majapahit Timur.
JEJAK PESONA PANTUN DI DUNIA (Suatu Tinjauan Diakronik-Komparatif) Fitri Nura Murti
FKIP e-PROCEEDING 2017: SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pantun dikenal sebagai sastra lama nusantara yang khas dengan ketatnya aturan bentuk-rima yang disenandungkan. Dahulu, pantun banyak tertulis dalam manuskrip sejarah Melayu dan terdapat dalam puisi rakyat, syair, serta seloka. Pantun juga termanifestasikan dalam ungkapan tradisional seperti teka-teki, petuah, dan pemanis komunikasi. Pantun tidak lain sebuah cerminan kecerdasan sekaligus kebijaksanaan (genius local wisdom) masyarakat nusantara yang terefleksikan melalui keahlian berbahasa dan bersastra. Kecerdasan, kebijaksanaan, keteraturan, dan harmoni pada pantun telah mencuri perhatian peneliti dari berbagai negara seperti William Marsden, Victor Hugo, Renè Daille, dsb. yang secara eksplisit mengungkapkan kekaguman mereka terhadap pantun. Dengan prinsip peniruan dan terjemahan, pantun mulai dipelajari dan diaplikasikan dalam berbagai bahasa, yakni bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Belanda, Rusia, dan Jerman. Melalui jalan itu, pantun telah menyebar dan berkembang di beberapa negara Eropa dan Amerika. Makalah ini memaparkan perkembangan pantun dari masa ke masa dan kecenderungannya dalam berbagai bahasa ditinjau menggunakan pendekatan diakronik-komparatif dengan analisis struktur. Melalui kertas kerja ini, kebanggaan terhadap pantun ditumbuhkan kembali dengan mengetahui kelebihan dan pengaruhnya terhadap kesusastraan dunia. Dengan jalan demikian, upaya pembudayaan pantun‒sebagai karakter budaya bangsa–yang justru perlu dilakukan dalam lingkup lokal-nasional, memiliki harapan yang lebih menjanjikan. Kata Kunci: perkembangan pantun, karya di dunia
JEJAK PESONA PANTUN DI DUNIA (Suatu Tinjauan Diakronik-Komparatif) Fitri Nura Murti
FKIP e-PROCEEDING 2017: PROSIDING SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Pantun dikenal sebagai sastra lama nusantara yang khas dengan ketatnya aturan bentuk-rima yang disenandungkan. Pantun banyak tertulis dalam manuskrip sejarah Melayu dan terdapat dalam puisi rakyat, syair, serta seloka. Pantun juga termanifestasikan dalam ungkapan tradisional seperti teka-teki, petuah, dan pemanis komunikasi. Pantun tidak lain sebuah cerminan kecerdasan dan kebijaksanaan (genius local wisdom) masyarakat nusantara yang terefleksikan melalui keahlian berbahasa dan bersastra. Kecerdasan, kebijaksanaan, keteraturan, dan harmoni pada pantun telah mencuri perhatian peneliti dari berbagai negara seperti William Marsden, Victor Hugo, Renè Daille, dsb. yang secara eksplisit mengungkapkan kekaguman mereka terhadap pantun. Dengan prinsip peniruan dan terjemahan, pantun mulai dipelajari dan diaplikasikan dalam berbagai bahasa, yakni bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Belanda, Rusia, dan Jerman. Melalui jalan itu, pantun telah menyebar dan berkembang di beberapa negara Eropa dan Amerika. Makalah ini memaparkan perkembangan pantun dari masa ke masa dan kecenderungannya dalam berbagai bahasa ditinjau menggunakan pendekatan diakronik-komparatif dengan analisis struktur. Melalui kertas kerja ini, kebanggaan terhadap pantun ditumbuhkan kembali dengan mengetahui kelebihan dan pengaruhnya terhadap kesusastraan dunia. Dengan jalan demikian, upaya pembudayaan pantun‒sebagai karakter budaya bangsa–yang justru perlu dilakukan dalam lingkup lokal-nasional, memiliki harapan yang lebih menjanjikan. Kata-kata Kunci: perkembangan pantun, karya di dunia
REPRESENTASI BUDAYA OSING DALAM NOVEL KERUDUNG SANTET GANDRUNG KARYA HASNAN SINGODIMAYAN Fitri Nura Murti; Elvira Damayanti
FKIP e-PROCEEDING 2021: BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA DI ERA BERKELIMPAHAN
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Sastra lokal jarang sekali mendapat perhatian. Padahal, warna lokal sangat penting bagi kekuatan budaya nasional. Penelitian ini berfokus pada warna lokal budaya Osing yang terrepresentasikan dalam novel Kerudung Santet Gandrung karya seniman asal Banyuwangi, Hasnan Singodimayan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan kearifan lokal dan budaya yang termuat dalam novel tersebut. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan pendekatan sosiologi sastra. Penelitian dimulai dengan melakukan pengumpulan data, penganalisisan data dan penginterpretasian data yang telah diperoleh dari dokumen-dokumen (teks sastra dan pendukung). Hasil penelitian menunjukkan representasi budaya Osing dalam novel sangat kental terutama pada ekspresi bahasa, budaya yang diangkat melalui latar dan konteks peristiwa, istilah-istilah dalam penyebutan nama, cara berpakai an, bangunan,profesi, adat dan tradisi, sistem bahasa, kesenian, agama dan kepercayaan, serta pola pikir yang dibawa oleh tokoh. Melalui analisis ini masyarakat luas dpt mengenal lebih dekat budaya osing. Sastra lokal memiliki fungsi rekreasi, edukasi, dan eksistensi kelokalan. Kata Kunci: Warna Lokal, Budaya Osing, Sosiologi Sastra
BAHASA PAPAN: BUKTI MASYARAKAT (MAKIN) GEGAR BAHASA Fitri Nura Murti
FKIP e-PROCEEDING 2020: SEMINAR NASIONAL #5: BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI EMAS 204
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Papan nama toko, papan petunjuk, atau papan iklan merupakan pemandangan sehari-hari yang dapat kita lihat di jalan-jalan. Selanjutnya, untuk mempermudah merujuk tulisan-tulisan pada papan nama, papan petunjuk, serta papan iklan, dalam bahasan ini digunakan istilah “bahasa papan”. Banyak sekali bahasa papan yang melanggar aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Banyak di antara nama-nama tersebut yang salah ejaan, salah penulisan, salah pemenggalan kata, dan lain-lain. Masyarakat terkesan menggunakan bahasa Indonesia seenaknya, lebih bangga berbahasa asing, dan bebas berkreasi. Sebagai sebuah fenomena, hal tersebut merupakan cerminan berbahasa masyarakat. Fenomena ini muncul karena interferensi bahasa. Lunturnya bahasa Indonesia oleh masyarakat bisa jadi merupakan tanda bahwa nasionalisme masyarakat telah luntur, atau bahkan lebih dahulu luntur. Untuk itu, perlu diupayakan pengembangan bahasa dalam rangka peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat. Gegar budaya, (jangan) gegar bahasa kita. Kata Kunci: gegar budaya, gegar bahasa, kebijakan publik.
PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI UNIVERSITAS JEMBER STUDI KASUS Sukatman S; Furoidatul Husniah; Akhmad Taufiq; Endang Sri Widayati; Anita Widjajanti; Siswanto S; Fitri Nura Murti
Belajar Bahasa Vol 4, No 1 (2019): BELAJAR BAHASA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v4i1.1872

Abstract

Penguatan ketahanan nasional dapat dilakukan dengan pembinaan    mental-ideologi kebangsaan.  Kegiatan tersebut mendesak untuk dilakukan karena di Indonesia marak semangat mikro-etnis nasionlisme   dan ideologi fundamentalis anti Pancasila yang berpoteni memecah belah negara. Salah satu upaya penguatan ketahan nasional itu adalah pendidikan karakter nasionalis-religius. Pendidikan tersebut menjadi tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Kajian ini memaparkan upaya pendidikan karakter nasionalis-religius pada program studi Pendidikan Bahasa Indonesia.   Penelitian dilaksanakan dengan rancangan kualitatif dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yakni pendidikan, kebudayaan, ketahanan nasioanal. Sasaran penelitian berupa pendidikan karakter nasionali-religius pada program studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Jember. Data dialisis dengan menggunakan metode kualitatif-multidipliner. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan  karakter  nasionalis-religius  untuk  mahasiswa  Pendidikan  Bahasa Indonesia di Universitas Jember terdapat pada (1) rencana pembelajaran yaitu pada (a) standard pembelajaran karakter, (b) “learning outcome” program studi, dan (c) silabus matakuliah, (2) materi ajar, dan (3) proses pembelajaran. Sementara, evaluasi pembelajaran masih kurang menekankan pendidikan karakter nasionalis-religius. Masih terdapat mahasiswa    yang cenderung “coba-coba atheis” 0,025% dan cenderung    religius-radikal  1%.  Untuk  mengatasi hal negatif tersebut  mahasiswa, program studi, dan universitas perlu bekerjasama secara terpadu.
BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI TEKS BERMUATAN PENDIDIKAN EKOLOGI BERBASIS KEARIFAN LOKAL OSING Arju Muti’ah; Mujiman Rus Andianto; Parto P; Furoidatul Husniah; Akhmad Taufiq; Endang Sri Widayati; Bambang Edi Pornomo; Siswanto F; Fitri Nura Murti; Anita Widjajanti; Ahmad Syukron; Arief Rijadi
Belajar Bahasa Vol 4, No 1 (2019): BELAJAR BAHASA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v4i1.1882

Abstract

didik untuk belajar bahasa Indonesia sekaligus mengembangkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan. Melalui metode dokumentasi, tulisan ini disajikan dengan tujuan memaparkan kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di SMP dan mendeskripsikan teks dengan muatan pendidikan lingkungan berbasis kearifan lokal Osing serta penggunaannya dalam pembelajaran. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat teks bermuatan pendidikan ekologi yang dapat digunakan sebagai sumber materi pembelajaran beragam teks, seperti teks prosedur dan teks fabel. Dari teks-teks tersebut peserta didik, khususnya yang berlatar budaya Osing, dapat dibimbing dalam rangka menguasai kompetensi bahasa serta menumbuhkembangkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungannya.
GUMUK, WOMEN, AND ENVIRONMENTAL CONFLICT IN THE SHORT STORY OF PAKOH BUMI DI UJUNG PERTARUNGAN KARYA NURILLAH ACHMAD: SOCIAL-TRANSFORMATIONAL ECOFEMINISM READING Siswanto Siswanto; Akhmad Taufiq; Endang Sri Widayati; Fitri Nura Murti
UNEJ e-Proceeding 2022: E-Prosiding Kolokium Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper will present the dimensions of women in the context of environmental relations with culture, social interaction, and gender in the short story Pakoh Bumi Di Ujung Pertarungan by Nurillah Achmad. The interpretive descriptive method is used to analyze and interpret data from material objects. The superiority of the subsistence lifestyle of the main character that is highlighted in this short story is the traditional feminine behavior that is able to support efforts to save the piles. The data and data sources are in the form of words, sentences, and paragraphs that indicate the existence of women and the form of the domination of patriarchal culture towards gumuk and women in the short story. The results showed: (1) the form of the dominance of patriarchal culture on gumuk and women was found: gumuk transactions, (2) the subsistence lifestyle of the main character as an effort to save the gumuk was found: traditional feminine values.
Pandangan Hidup Etnis Madura dalam Kèjhung Paparèghân Fitri Nura Murti
ISTAWA Vol 2, No 2 (2017): Istawa: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Postgraduate Program Magister Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.044 KB) | DOI: 10.24269/ijpi.v2i2.622

Abstract

Literary works comes as a reaction of the human experience to life. Through literature, we can see the spirit and way of life of a community culture. View of life is the concept of a person or a particular social group in society that intends to respond and explain all the problems facing the people of this world. Kèjhung paparèghân is one of the classic forms of oral literature that is now quite rare. Kèjhung paparèghân form like a song or poem rhyme shaped madura rhythm typical of Madura ethnic communities. Kèjhung paparèghân hereditary preserved from generation to generation orally. That's why kèjhung paparèghân including oral folklore literature. The analysis in this study used discourse analysis with data sources show ludruk in Jember. From the analysis, kèjhung paparèghân contain moral values that reflect the views of ethnic Madurese living. The conclusions of this analysis is the view of life Madurese community can not be separated from religious values of Islam. Their adherence to Islam become an important identity for the Madurese. Madurese communities have the view that life is "worship".
The Development of Graphic Design with the Content of Literary Literacyto Improve the Local Economy in the Convection Business Group in Sumbersari Village Bondowoso Regency Akhmad Taufiq; Fitri Nura Murti; Siswanto Siswanto
Pancaran Pendidikan Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : The Faculty of Teacher Training and Education The University of Jember Jember, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.554 KB) | DOI: 10.25037/pancaran.v11i1.381

Abstract

This article describes a graphic design development program with the content of literary literacy in Sumbersari, Maesan, and Bondowoso villages. This activity was the second year agenda with the vision of creating a literacy-based convection village. This year, the team collaborated with the youth community of Sumbersari village, namely “Pusaka” (Pemuda Sumbersari Krajan) which consisted of 32 youngsters to develop the potential of the village in the convection field. The human resources in Krajan, Sumbersari were 13 tailors, 1 hijab convection, and 3 screen printing micro business. So far, these businesses were still traditional-domestic. Through target needs analysis, the business groups required product and business branding in order to compete in a wider market and increase their income. The team focused on collecting data and recruiting human resources by program socialization, product branding and additional graphic design skills training that aimed at increasing value and building product character, as well as capacity building in market services. The program was relatively successful because an industrial bag based on screen printing skills has been formed which was initiated by the team named “Pusaka Connection”. Pusaka Connection was the center for business production and marketing with the brand named "Boker (Bondowoso Keren)" which collaborated with other screen printing entrepreneurs and tailors in Krajan, Sumbersari. The flagship product of Pusaka Connection currently focused on era-sensitive t-shirts with the content of literary literacy of East Java. Through this program, it is hoped that in the next two years, the community will be able to develop the industry and be able to become a local convection industrial area like "Dagadu" in Yogyakarta and "Joger" in Bali. In addition to this activity article, the output of this program were training materials in the form of handbooks, activity videos on YouTube, and market places on Instagram and Shopee.