Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Diversity of Amylase-Producing Bacillus spp. from “Tape” (Fermented Cassava) BARUS, TATI; KRISTANI, AMANDA; YULANDI, ADI
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 20 No. 2 (2013): June 2013
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.662 KB) | DOI: 10.4308/hjb.20.2.94

Abstract

Fermented cassava or “Tape” is one of traditional Indonesian fermented food. The quality of “Tape” is determined by microorganisms involved during fermentation process. It was reported that Bacillus subtilis determined the quality of cassava “Tape”. The most common way to identify species is by using 16S rRNA gene.  This gene contains conserved regions as unique sequence which is relative among species. It has been widely used as a reliable molecular marker for phylogeny identification. Therefore, the aim of this research was to study diversity of amylase-producing Bacillus spp. from “Tape” based on 16S rRNA gene sequences. Bacillus spp. were isolated from “Tape” from several area in Indonesia i.e. Jakarta, Bandung, Cianjur, Subang, Rangkas Bitung, and Kediri. Amplification of 16S rRNA gene used 63f and 1387r primers. This research showed that based on 16S rRNA gene sequences, twenty-six of amylase-producing Bacillus spp. isolates were divided into four groups. All isolates were identified as species either B. megaterium, B. subtilis, B. amyloliquefaciens, or B. thuringiensis.
Pelatihan Pembuatan Tempe yang Higienis untuk Penyediaan Pangan Sehat Masyarakat Kampung Cibelut Cisauk-Tangerang Barus, Tati; Hutagalung, Rory Anthony
Abdimas Galuh Vol 6, No 2 (2024): September 2024
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v6i2.14303

Abstract

Kampung Cibelut bagian dari wilayah Desa Cibogo, Cisauk-Tangerang yang masyarakatnya dulu hidup dari hasil pertanian. Namun, saat ini mereka sudah tidak memiliki lahan untuk kegiatan tersebut karena lahannya sudah dijual kepada pengembang. Kampung Cibelut dikelilingi oleh kawasan perumahan dan perkantoran yang berkembang dengan pesat. Tempe merupakan makanan khas Indonesia, dan sumber protein penting. Pemahaman masyarakat kampung Cibelut tentang tempe sebagai makanan yang sehat dan cara pembuatannya masih terbatas. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat kampung Cibelut tentang tempe sebagai makanan sehat, dan cara pembuatan tempe yang higienis. Kegiatan pengabdian masyarakat ini telah berhasil dilakukan yang dihadiri oleh ketua RT, ketua tim masyarakat, dan para ibu kampung Cibelut. Pada kegiatan disampaikan informasi tentang tempe sebagai makanan sehat, dan bergizi sehingga dijuluki sebagai super food. Para peserta dibimbing secara langsung cara membuat tempe dari tahap awal hingga tahap akhir. Dengan demikian, para peserta telah dapat membuat tempe sendiri. Hal ini dapat diketahui dari gambar gambar tempe yang mereka laporkan lewat grup WhatsApp (WA) yang dibuat untuk kegiatan ini. Disarankan kegiatan ini masih perlu dilanjutkan guna membimbing beberapa peserta untuk produksi tempe skala besar. Dengan demikian diharapkan  berdiri rumah tempe untuk skala bisnis sebagai usaha untuk sumber pendapatan keluarga.  
PENINGKATAN PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MELALUI BIOPELET Hutagalung, Rory Anthony; Tindaon, Lucia Idelia Ulina; Canti, Meda; Soewono, Arka Dwinanda; Barus, Tati
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 15 No 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24319/jtpk.15.127-137

Abstract

Sisa bioflok pada kultur akuaponik telah berhasil diproduksi menjadi biopelet. Namun, efikasi biopelet untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan lele dan nila perlu diuji. Tujuan penelitian adalah meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele (Clarias gariepinus) dan nila (Oreochromis niloticus) serta efisiensi sistem budidaya ikan melalui pakan biopelet berbahan baku bioflok. Penelitian dilakukan dengan metode rancangan faktorial dengan 3 kali ulangan dan dua jenis perlakuan yakni jenis ikan (lele sangkuriang dan nila merah), serta jenis pelet yakni pelet komersial, biopelet, dan kombinasi dari kedua pelet tersebut. Ikan berukuran 5 g dipelihara dalam akuarium berukuran 40 x 60 x 40 cm3, dengan kepadatan 0,4 ekor/L ikan per akuarium. Formulasi biopelet dilakukan menggunakan bioflok basah dan tepung tapioka dengan perbandingan 7:5. Ikan diberi pakan 2 kali sehari. Variabel yang diukur ialah sintasan dan pertumbuhan, baik berat maupun panjang. Interaksi yang nyata (p: 0,035) antara jenis ikan dan jenis pakan teramati pada minggu ke-empat, dimana pakan kombinasi menunjukkan pertumbuhan yang nyata (p: 0,042) lebih tinggi daripada biopelet. Hal ini menunjukkan bahwa biopelet dapat menghasilkan pertumbuhan yang baik dan sintasan yang tinggi apabila dikombinasikan dengan pakan komersial. Namun demikian, pakan kombinasi tidak menunjukkan efisiensi tertinggi untuk kedua ikan yang dicobakan.