Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pemanfaatan Rubrik Sebagai Instrumen Penilaian Alternatif Wiyun Philipus Tangkin
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol 9 No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.597 KB) | DOI: 10.24246/j.js.2019.v9.i1.p29-39

Abstract

This research aims at describing clearly about the contribution of using rubric as alternative assessment towards students learning motivation. This research was conducted at Dian Harapan Karawaci in grade IX junior high school. This is a descriptive qualitative research, the data collection uses interview, questionnaire, and documents. The interview involved five science teachers (who teach physics, biology, and chemistry) and 15 students of grade IX. The data in the form of questionnaire were gathered from teachers and students, analyzed by using statistic in order to obtain the percentage of answer from the teachers and students. It is concluded that the rubric of assessment has close relationship with students learning motivation. In its contribution, rubric as a means of assessment is able to motivate students learning.
Tantangan Guru Kristen Dalam Mendidik Karakter Siswa Melalui Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Daring Wiyun Philipus Tangkin; Augusthin E Banoet
PEADA': Jurnal Pendidikan Kristen Vol. 2 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/peada.v2i1.32

Abstract

Research conducted by the Indonesian child protection commission (KPAI), suggests that many school-age children should be connected with law, put Indonesia in a character education emergency. As for the coronavirus disease pandemic (covid-19) sweeping the globe, it has had a profound impact on various areas of human life, one that is educational, so the government has designated one of the methods of online learning as part of remote learning (PJJ). Applying online learning methods, becoming a new challenge for teachers, especially in educating students' character. The formulation is ow Christian teacher face challenge in educating students' character through character education in online learning? The purpose of writing this paper is to know the challenge of educating the character of the student through online study, having seen the effects it can have.  The result of the research are, 1) be creative in presenting learning materials, especially in educating students' character, 2) build good relations with learners, 3) view his role as a transformation agent essential in setting an example, 4) realize the importance of the holy ghost's role in developing the character of learners.   Berdasarkan riset yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menunjukkan bahwa banyak anak usia sekolah harus berhubungan dengan hukum, hal ini membuat Indonesia berada dalam darurat pendidikan karakter. Adapun Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) yang sedang melanda dunia, berdampak besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia salah satunya dalam bidang pendidikan, sehingga pemerintah menetapkan salah satu metode pembelajaran daring sebagai bagian dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Diterapkannya metode pembelajaran daring, menjadi tantangan baru bagi guru, terutama dalam hal mendidik karakter siswa. Rumusan Masalahnya ialah bagaimana guru Kristen menghadapi tantangan dalam mendidik karakter siswa melalui Pendidikan karakter pada pembelajaran daring? Tujuan dari penulisan makalah ini ialah, untuk mengetahui tantangan guru Kristen dalam mendidik karakter siswa melalui pembelajaran daring, setelah melihat berbagai dampak yang ditimbulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, seorang guru perlu untuk, 1) kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran, terutama dalam mendidik karakter siswa, 2) membangun relasi yang baik dengan peserta didik, 3) memandang perannya sebagai agen tranformasi sangat penting, 4) menyadari pentingnya peran Roh Kudus dalam menumbuhkan karakter peserta didik.  
Peran Guru Kristen Dalam Perkembangan Anak Sekolah Dasar Rony Zadrach Dupe; Wiyun Philipus Tangkin
KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Bethel Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.73 KB) | DOI: 10.55798/kapata.v2i1.22

Abstract

Pada masa pandemi COVID-19 proses pembelajaran dalam pendidikan berubah dari proses pembelajaran secara langsung  menjadi proses pembelajaran jarak jauh berbasis daring. Perubahan proses pembelajaran yang terjadi memengaruhi kondisi perkembangan psikologi anak pada masa sekolah dasar. Hal ini selaras dengan hasil survei Riset Kesehatan Dasar terdapat 16.000 anak di Jawa Timur mengalami depresi selama masa COVID-19. Perubahan proses pembelajaran menjadi faktor yang dapat memengaruhi kondisi sosioemosi anak. Penulisan ini bertujuan untuk membangun pemahaman guru dalam melihat dan merespons perubahan yang saat ini berdampak pada perkembangan psikologis anak. Pada masa pandemi COVID-19 ini penting untuk memerhatikan perkembangan psikologi anak terkhususnya sosiemosinya. Proses pembelajaran jarak jauh tidak menghambat guru dalam menuntun anak memiliki pemahaman yang benar mengenai situasi yang terjadi dan sikap untuk menghadapinya. Pembahasan dalam makalah ini dilakukan menggunakan metode kajian literatur yang didasarkan pada kebenaran Alkitab. Dapat disimpulkan bahwa guru Kristen harus memiliki pemahaman yang benar berdasarkan Alkitab dan membagikannya kepada anak. Pemahaman tersebut dapat membantu anak mengerti cara  yang tepat menyikapi sebuah masalah berdasarkan kebenaran Alkitab.Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memiliki pemahaman yang benar sesuai Alkitab. 
Guru sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran Daring ditinjau dari Perspektif Kristen Kristina Simamora; Wiyun Philipus Tangkin
KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Bethel Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.938 KB) | DOI: 10.55798/kapata.v2i2.28

Abstract

The role of the teacher as a facilitator aims to provide freedom of learning for students. This role adheres to humanistic learning theory, namely students as centers, teachers as escorts, and facilitators in learning. In the implementation of online learning, teachers only give and collect assignments from students, and education is done without the teacher's help. This shows that the teacher is not adequately performing his role as a facilitator. This paper was written using a research method of literature review with the formulation of the problem of how teachers' role as facilitators in online learning to write to find out how teachers should perform their role as facilitators for elementary school students in online learning. From a Christian perspective, learning is done christ-centered and student-oriented. As a person who has been redeemed, the teacher has a responsibility to introduce students to God; one way is to carry out his role as a facilitator well. The role of teachers as facilitators that can be applied in online learning includes accompanying, directing, listening, making time for students. It is recommended that authors, teachers, and researchers who will continue this research should carry out the role of teachers as facilitators responsibly through the use of available platforms such as teams, zoom, and video calls.  AbstrakPeran guru sebagai fasilitator bertujuan memberikan kebebasan belajar bagi siswa. Peran ini, menganut teori belajar humanistik, yaitu siswa sebagai pusat, guru sebagai pendamping dan fasilitator dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring terdapat guru hanya memberikan dan menagih tugas dari siswa dan pembelajaran dilakukan tanpa dampingan guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru tidak menjalankan perannya sebagai fasilitator dengan baik. Makalah ini ditulis menggunakan metode penelitian kajian literatur dengan rumusan masalahnya adalah bagaimana peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring dengan tujuan penulisan untuk mengetahui bagaimana seharusnya guru menjalankan perannya sebagai fasilitator bagi siswa sekolah dasar dalam pembelajaran daring. Berdasarkan perspektif Kristen, pembelajaran dilakukan dengan berpusat kepada Kristus dan berorientasi kepada siswa. Guru sebagai pribadi yang telah ditebus, memiliki tanggung jawab untuk mengenalkan siswa kepada Allah, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan perannya sebagai fasilitator dengan baik. Peran guru sebagai fasilitator yang dapat diterapkan dalam pembelajaran daring di antaranya, mendampingi, mengarahkan, mendengarkan, menyediakan waktu untuk siswa. Disarankan kepada penulis, guru dan peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini hendaknya melaksanakan peran guru sebagai fasilitator dengan bertanggung jawab melalui melalui penggunaan platform yang tersedia seperti teams, zoom, dan video call.
GURU SEBAGAI INOVATOR DALAM PENANAMAN NILAI MORAL SISWA BERDASARKAN PANDANGAN KRISTIANI DI ERA DIGITAL Nova Anggreani Ndraha; Wiyun Philipus Tangkin
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.67

Abstract

merosotnya nilai moral siswa adalah dampak dari perkembangan teknologi yang tidak disikapi dengan benar sehingga marak terjadi kasus kejahatan pada siswa. Di era digital guru memiliki peranan sebagai inovator untuk mengarahkan siswa terhadap nilai-nilai yang benar, tetapi kenyataannya banyak guru yang tidak menjalankan peranannya. Hasil pemetaan kompetensi guru dalam TIK menyatakan bahwa guru tidak memiliki inisiatif untuk mempelajari perkembangan teknologi. Tujuan dari tulisan ini adalah menguraikan peranan guru sebagai inovator dalam penanaman nilai moral siswa berdasarkan pandangan Kristiani di era digital. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif kualitatif. Guru Kristen sebagai inovator harus mengalami lahir baru sebelum menanamkan nilai-nilai bermakna kepada siswa. Melalui lahir baru, pemikiran lama guru yang berdosa diperbaharui menjadi pemikiran menyukai kebenaran Allah. Guru Kristen memandang siswanya sebagai image of God, yaitu ciptaan yang berharga. Peranan guru sebagai inovator adalah pengantara yang menyampaikan nilai-nilai Kristiani kepada siswa di era digital. Pada akhirnya, guru sebagai inovator berperan membawa pembaharuan, inovasi, dan penyesuaian dengan perkembangan TIK dalam proses pembelajaran berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Oleh sebab itu, guru Kristen perlu mengenali karakteristik siswa di era digital dengan cara berinteraksi dan membuat catatan mengenai sikap yang diekspresikan oleh siswa.
Penerapan Rules and Procedures Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Lina Lumbantoruan; Widiastuti Widiastuti; Wiyun Philipus Tangkin
Jurnal Educatio FKIP UNMA Vol. 7 No. 2 (2021): April-June
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/educatio.v7i2.1084

Abstract

Kedisiplinan sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, namun kenyataannya masih banyak siswa yang menunjukkan sikap tidak disiplin. Berdasarkan hasil observasi di beberapa kelas di salah satu Sekolah Menengah Pertama Kristen di Medan, di dapati bahawa masih terdapat siswa yang tidak mengumpulkan tugasnya lebih banyak disbanding yang mengumpulkan. Oleh karena itu, diperlukan pernerapan rules and procedures. Tujuan dari karya tulis ini untuk memaparkan tentang penerapan rules and procedures untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa guru sebagai penuntun dalam penerapan rules and procedures berperan sebagai pribadi yang berotoritas untuk mengelola kelas serta mengajarkan siswa bertanggung jawab. Siswa yang melanggar rules menerima konsekuensi logis sedangkan siswa yang melanggar procedures akan dinasihati dan dimotivasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, sebelum penerapan rule and prosedur tingkat kedisiplinan siswa di bawah 50 % tetapi sesudah penerapan rules and procedures didukung pemberian konsekuensi logis, nasihat dan motivasi kedisiplinan siswa meningkat di atas 50 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan rules and procedures dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Adapun saran kedepannya adalah penerapan rules and procedures akan lebih baik dijelaskan secara tatap muka (synchronous) saat pembelajaran online agar siswa lebih mudah memahami penjelasan dari guru.
Media Pembelajaran Flashcard Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Pada Siswa TK Ines Lestari Simamora; Wiyun Philipus Tangkin
Jurnal Educatio FKIP UNMA Vol. 8 No. 1 (2022): January-March
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/educatio.v8i1.1674

Abstract

Matematika merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari sehingga penting untuk dipelajari. Konsep matematika yang paling dasar adalah mengenal angka. Anak usia dini penting sekali diajarkan konsep utama ini, karena akan berguna untuk kehidupan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran matematika ditemukan bahwa kemampuan mengenal angka 1-10 pada siswa K2A masih perlu diperbaiki. Hal ini terlihat dari wawancara kepada guru mentor, untuk mengklarifikasi masalah yang terjadi di dalam kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-10 dengan menggunakan media pembelajaran flashcard. Model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah model Pelton yang terdiri atas lima tahap melalui tiga tindakan. Adapun instrumen yang digunakan adalah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Umpan balik mentor, Jurnal refleksi peneliti, Lembar tes siswa, dan Wawancara (guru mentor). Hasil penelitian menunjukkan kemampuan mengenal angka 1-10 meningkat. Indikator menyebutkan urutan angka 1-10 dan menghitung jumlah gambar 1-10 telah dicapai. Indikator menghubungkan/mencocokkan jumlah gambar dengan angka dapat dicapai oleh seluruh subyek penelitian. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa langkah-langkah penggunaan media pembelajaran flashcard yang dimodifikasi dengan metode bermain telah dilaksanakan sesuai dengan RPP, umpan balik mentor, dan jurnal refleksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran flashcard dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-10 pada siswa TK di Manado.
Metode Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Program Linear Sipromia Dethan; Wiyun Philipus Tangkin
Jurnal Educatio FKIP UNMA Vol. 8 No. 2 (2022): April-June
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/educatio.v8i2.2054

Abstract

mengaplikasikan konsep untuk menyelesaikan masalah matematika. Namun, fakta yang ditemukan pada siswa kelas XI IPS di salah satu sekolah di Tangerang yaitu: kurangnya penguasaan konsep prasyarat, ketidakmampuan untuk menyatakan ulang masalah program linear ke dalam Sistem Pertidaksamaan Linear (SPL), dan mengarsir daerah penyelesaian dari SPL pada diagram Cartesius. Hal ini mengakibatkan siswa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah program linear, dan berdasarkan hasil tes pemahaman konsep ditemukan hanya tiga dari tujuh siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan dua tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui metode NHT dapat atau tidak dapat meningkatkan pemahaman konsep, dan mengetahui langkah-langkah penerapan metode NHT untuk meningkatkan pemahaman konsep pada materi program linear. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas menurut Robert P. Pelton. Indikator untuk mengukur pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang apa yang telah dipelajari, memberi contoh atau kontra contoh dari konsep yang dipelajari, serta menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu untuk menentukan penyelesaian masalah. Berdasarkan dua kali penerapan metode NHT, hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada indikator pemahaman konsep dengan persentase jumlah siswa yang lulus pada masing-masing indikator sebesar 14,3%, 85,7%, dan 57,1%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode NHT dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, dan langkah-langkah metode NHT antara lain penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.
Guru Kristen Sebagai Pembangun Relasi Dalam Membentuk Aspek Sosial Siswa Di Era Pandemi Felisya Sofyanti Marbun; Wiyun Philipus Tangkin
PEADA': Jurnal Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/peada.v3i1.46

Abstract

The existence of students as the image of God, also a reflector of God, one of which is related. As social beings, students are expected to be able to relate to each other. The fact is, there are still students who are antisocial, especially due to the use of gadgets. In this case, Christian teachers play a role in shaping the social aspects of students. So that, the purpose of writing this paper is the role of Christian teachers as relationship builders in shaping the social aspects of students in the pandemic era. The research method used is literature study. Therefore, Christian teachers need planning in learning related to the internalization of social values, student social interaction activities, and classroom arrangements. In the era of the pandemic, Christian teachers must be wise and creative in using technology to build relationships in the classroom. In conclusion, Christian teachers play a very important role as relationship builder in the classroom, so that students can relate to each other. Suggestions for Christian teachers are to improve their skills in building relationships, especially in the era of the pandemic and realize that they are God's co-workers so they need to rely on God. Keberadaan siswa sebagai gambar dan rupa Allah, juga merupakan reflektor Allah, salah satunya dengan berelasi. Sebagai makhluk sosial, siswa diharapkan mampu berelasi terhadap sesamanya. Fakta yang terjadi masih terdapat siswa yang bersikap antisosial terutama akibat penggunaan gadget. Dalam hal ini, guru Kristen berperan dalam membentuk aspek sosial siswa. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah memaparkan peran guru Kristen sebagai pembangun relasi dalam membentuk aspek sosial siswa di era pandemi. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Guru Kristen berperan sebagai pembangun relasi dalam membentuk aspek sosial siswa. Oleh karena itu, guru Kristen memerlukan perencanaan dalam pembelajaran terkait internalisasi nilai sosial, aktivitas interaksi sosial siswa, dan pengaturan kelas. Di era pandemi, guru Kristen harus bijaksana dan kreatif dalam menggunakan teknologi guna membangun relasi dalam kelas. Kesimpulannya, guru Kristen sangat berperan sebagai pembangun relasi di kelas, agar siswa dapat berelasi terhadap sesama. Saran bagi guru Kristen adalah meningkatkan keterampilannya dalam membangun relasi terutama di era pandemi dan menyadari bahwa dirinya adalah rekan sekerja Allah sehingga perlu mengandalkan Allah.
MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI INSTRUKSI PADA SISWA SD DALAM PEMBELAJARAN DARING Robet Kristian Lase; Wiyun Philipus Tangkin
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 8 No. 3 (2022)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.719 KB) | DOI: 10.31949/jcp.v8i3.2426

Abstract

Pemahaman siswa akan instruksi menjadi salah satu bagian inti dalam mencapai tujuan pembelajaran. Namun, pada kenyataannya, pembentukan pemahaman siswa akan instruksi memiliki beberapa masalah yang sering ditemukan di dalam kelas. Karena itu, dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang mampu menolong siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam memahami instruksi yang diberikan. Oleh alasan tersebut, peneliti menerapkan model pembelajaran langsung di dalam kelas sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami instruksi pembelajaran. Model ini cocok digunakan karena model pembelajaran langsung adalah salah satu model pembelajaran yang bersifat prosedural dan deklaratif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan cara penerapan model pembelajaran langsung dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami instruksi yang diberikan pada pembelajaran daring. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa model pembelajaran langsung mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami instruksi, apabila pembelajaran dilakukan secara terstruktur, adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, serta berorientasi kepada siswa. Pada pembelajaran daring, penggunaan teknologi sangat penting dalam mengembangkan model pembelajaran langsung. Karena itu, sangat diharapkan guru dapat memaksimalkan penggunaan teknologi saat menerapkan model pembelajaran langsung pada pembelajaran daring.