Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Evaluasi Nilai BK, dan BO in-vitro dan Konsentrasi NH3 Tanaman Sorghum (Sorghum bicolor (L) Moench) Hidroponik Egi Aristiadi Setiawan; Siti Chuzaemi
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Vol 3, No 2 (2020): JNT | Jurnal Nutrisi Ternak Tropis September 2020
Publisher : Jurnal Nutrisi Ternak Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.2

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi tanaman sorgum hidroponik sebagai pakan ternak ruminansia. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sorgum var. Samurai-2 (Sorghum bicolor (L.) Moench). Metode dalam penelitian ini adalah percobaan produksi gas secara in vitro menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dan 3 kelompok berdasarkan pengambilan cairan rumen. Variabel yang diamati meliputi presentase Degradasi Bahan Kering (DBK) dan Degradasi Bahan Organik (DBO) serta konsentrasi NH3 dari residu produksi gas inkubasi 48 jam secara in vitro. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh umur panen terhadap semua perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap DBK berturut-turut P1 (71,07 ± 3,44%), P2 (71,25 ± 3,14%), P3 (66,81 ± 8,10%) dan P4 (65,14 ± 7,66%). Nilai DBO tidak memberikan perbedaan yang nyata antar perlakuan dengan nilai P1 (76,42 ± 2,88%), P2 (75,94 ± 2,71%), P3 (75,41 ± 2,41%) dan P4 (71,34 ± 2,88%). Konsentrasi NH3 memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan dengan nilai P1 (3,24 ± 0,25 mM), P2 (3,29 ± 0,34 mM), P3 (3,27 ± 0,20 mM) dan P4 (3,35 ± 0,35 mM). Perlakuan P1 dengan umur panen 9 hari setelah tanam merupakan perlakuan terbaik untuk DBK dengan nilai 71,07% dan DBO dengan nilai 76,42% dan konsentrasi NH3 dengan nilai 3,24mM.
Evaluasi Kualitas Fisik dan Kandungan Digestible Energy Dari Fermentasi Kulit Ubi Kayu (manihot utilissima) Menggunakan Aspergillus oryzae. Siti Chuzaemi; Anton Wahyono
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Vol 4, No 2 (2021): JNT Jurnal Nutrisi Ternak Tropis September
Publisher : Jurnal Nutrisi Ternak Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jnt.2021.004.02.6

Abstract

Riset dilaksanan untuk mengetahui tingkat penggunaan Aspergillus oryzae terhadap kualitas fisik dan kandungan digestible energy pada fermentasi kulit ubi kayu. Metode yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga terdapat 12 unit yang kemudian diuji menggunakan Duncan Jarak Berganda. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian antara lain P0 (kulit ubi kayu + Aspergillus oryzae 0%), P1 (kulit ubi kayu + Aspergillus oryzae 1%), P2 (kulit ubi kayu + Aspergillus oryzae 2%), P3 (kulit ubi kayu + Aspergillus oryzae 3%) yang semua perlakuan difermentasi selama 96 jam pada kondisi aerob. Parameter yang diamati adalah kualitas fisik serta kandungan Digestible Energi (DE) ubi kayu. Hasil analisa statistik tingkat penggunaan kapang yang berbeda memberikan pengaruh yang positif terhadap aroma dan warna. Tingkat penggunaan Aspergillus oryzae yang berbeda pada fermentasi kulit ubi kayu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan DE. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh nyata dari tingkat penggunaan Aspergillus oryzae yang berbeda terhadap kualitas fisik dan kandungan energi hasil fermentasi kulit ubi kayu.
Total Bakteri Asam Laktat Isi Rumen Kering dan Isi Rumen Basah sebagai Inokulan dalam Pembuatan Silase Anifiatiningrum Anifiatiningrum; Marjuki Marjuki; Siti Chuzaemi
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Vol 3, No 1 (2020): JNT | Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Maret 2020
Publisher : Jurnal Nutrisi Ternak Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.01.3

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan total bakteri asam laktat (BAL) yang terkandung pada isi rumen yang dikeringkan dengan pengamatan total BAL isi rumen basah dan isi rumen kering. Isi rumen sapi diambil dari 8 jenis sapi yang diambil isi rumennya setelah itu dicampur (dikomposit) secara homogen dari 8 jenis sapi tersebut. Variabel yang diamati adalah total BAL isi rumen segar dan total BAL isi rumen kering. Hasil penelitian yaitu total BAL isi rumen basah tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap total BAL isi rumen kering, dikarenakan didalam isi rumen kering masih terdapat bakteri fakultatif anaerob yang dapat hidup pada kondisi aerob maupun anaerob sehingga tidak berpengaruh pada viabilitas BAL yang terkandung didalamnya. Penelitian dapat disimpulkan bahwa isi rumen kering masih terdapat koloni BAL yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti inokulan isi rumen basah dalam pembuatan silase untuk mempercepat proses ensilase
Pengaruh Lama Fermentasi Ampas Putak (Corypha gebanga) Terhadap Kualitas Fisik dan Kualitas Kimia Menggunakan Aspergillus oryzae Asih Yuliana; Siti Chuzaemi
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Vol 2, No 1 (2019): JNT | Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Maret 2019
Publisher : Jurnal Nutrisi Ternak Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jnt.2019.002.01.3

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi yang berbeda pada ampas putak (Corypha gebanga) menggunakan Aspergillus oryzae terhadap nilai pH, warna, aroma, tekstur, bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK) dan serat kasar (SK). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari P0 (ampas putak tanpa fermentasi), P1 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 24 jam), P2 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 48 jam), P3 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 72 jam), P4 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 96 jam). Data dianalisis dengan menggunakan metode analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian terhadap nilai warna P0, P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut yaitu (4,00; 2,68; 2,66; 1,74; dan 1,60). Hasil nilai aroma P0, P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut yaitu (1,00; 2,98; 2,96; 2,54; dan 2,08). Hasil nilai tekstur P0, P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut yaitu (1,00; 3,00; 3,38; 3,62; dan 3,64). Kandungan BK tertinggi pada P0 yaitu 87,29% disusul oleh P1 (46,18%), P2 (38,44%), P3 (33,06%) dan P4 (27,75%). Kandungan BO tertinggi pada perlakuan P0 yaitu 94,73% disusul oleh P1 (92,45%), P2 (89,91%), P3 (88,19%) dan P4 (86,72%). Kandungan PK tertinggi pada perlakuan P4 yaitu 27,04% disusul oleh P3 (24,08%), P2 (21,20%), P1 (16,05%) dan P0 (2,31%). Kandungan SK terendah pada P0 yaitu 7,38% disusul oleh P1 (8,59%), P2 (15,14%), P3 (19,22%) dan terjadi penurunan pada perlakuan P4 yaitu 17,28%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil yang terbaik ditinjau dari peningkatan kualitas fisik, PK, SK dan penurunan pH, BK, BO yaitu dengan fermentasi ampas putak selama 96 jam dengan menggunakan Aspergillus oryzae sebanyak 0,9%.
Korelasi Lama Waktu Perendaman Benih Indigofera arrecta Dengan Menggunakan Urin Sapi Terhadap Daya Kecambah, Viabilitas, Dan Indeks Vigor Herni Sudarwati; Siti Chuzaemi; Novi Warih Utami
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Vol. 5 No. 2 (2022): JNT Jurnal Nutrisi Ternak Tropis September
Publisher : Jurnal Nutrisi Ternak Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jnt.2022.005.02.3

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan persamaan regresi serta korelasi lama waktu perendaman benih Indigofera arrecta dengan menggunakan urin sapi terhadap daya kecambah, viabilitas, dan indeks vigor. Analisis perlakuan terhadap perendaman benih Indigofera arrecta dengan menggunakan urin sapi diharapkan dapat meningkatkan daya kecambah, viabilitas, dan indeks vigor. Hal ini dikarenakan pada urin sapi terkandung hormon auksin. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang embrio somatik untuk pertumbuhan tunas dan akar agar lebih cepat tumbuh serta seragam. Metode yang digunakan adalah 5 perlakuan pada perendaman benih selama 3, 4, 5, 6, dan 7 jam. Data dianalisis dengan persamaan regresi Yi = a + b Xi untuk mengetahui hubungan antara lama waktu perendaman benih Indigofera arrecta dengan menggunakan urin sapi terhadap daya kecambah, viabilitas, dan indeks vigor. Hasil penelitian didapatkan persamaan daya kecambah: Y = 41,25 – 2,58 X (r = 0,71); persamaan viabilitas: Y = 44,58 – 2,92 X (r = 0,70); dan persamaan indeks vigor: Y = 3,21- 0,25 X (r = 0,77). Kesimpulan dalam penelitian ini, semakin lama waktu perendaman benih Indigofera arrecta dengan menggunakan urin sapi dapat menurunkan daya kecambah, viabilitas, dan indeks vigor.
Effect of Myristic Acid Supplementation and Calliandra (Calliandra calothyrsus) on Complete Feed-based Corn Straw on Crude Protein Digestibility and Ammonia In Vitro Maharani, Auliya Sartika; Chuzaemi, Siti; Mashudi, Mashudi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 2 (2022): JITRO, May
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jitro.v9i2.23943

Abstract

ABSTRACTThe research purposed to evaluate the effect of Myristic acid supplementation and condensed tannins sourced from calliandra leaf flour on a complete feed-based corn straw on Crude Protein Digestibility (CPD) and ammonia (NH3). The research was conducted in vitro. The treatment used was: P1 = Complete Feed (40% corn straw + 60% concentrate), P2 = Complete feed (40% corn straw + 60% concentrate + 0% calliandra leaf flour + myristic acid 30 g/kg DM, P3 = Complete feed (40% corn straw + 35% concentrate + 25% calliandra leaf flour + myristic acid 30 g/kg DM, P4 = Complete feed (40% corn straw + 30% concentrate + 30% calliandra leaf flour + myristic acid 30 g/kg DM,  P5 = complete feed (40% corn straw + 25% concentrate + 35% calliandra leaf flour + myristic acid 30 g/kg DM. The variables of research were the nutritional content of DM, OM, CP, CF, EE, Ash, NDF, ADF, CPD, and NH3. The data obtained were analyzed using the Randomized Block Design (RBD) method consisting of 5 treatments and 3 repeats. If data shows a significant difference, proceed with Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed a very significant difference in CPD increase and un significant difference in NH3 increase. The increase of NH3 was still normal amounts for rumen microbes’ growth. The conclusion of this research was the best treatment for P5 (complete feed 40% corn straw + 25% concentrate + 35% calliandra leaf flour + Myristic acid 30 g/kg DM), P5 could increase rumen fermentation products in vitro.Keywords: calliandra, myristic acid, in vitro, rumen fermentation products
PENERAPAN TEKNOLOGI SUPLEMENTASI BERBASIS DAUN KELOR DAN MOLASES PADA PETERNAKAN KAMBING RAKYAT Soetanto, H.; Marhaeniyanto, E.; Chuzaemi, S.
BUANA SAINS Vol 11, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.939 KB) | DOI: 10.33366/bs.v11i1.176

Abstract

The objectives of this study were 1) to evaluate the diversity of forages commonly fed to goats in Pasrujambe village; 2) to introduce moringa leaves as a protein source for growing goats under village management conditions. Ninety goat farmers were surveyed on the profiles of goat farming and the diversity of forages offered to their goats during the dry season. To evaluate the impact of moringa leaves supplementation, 26 growing goats (less than one year old) were alloted into two unequal groups, that is control group (7 heads) and supplemented group (19 heads) for four months during which observations on feed intake, daily gain and feed conversion were taken place. The results indicates that most goat farmers (73,3%) have been practising more than 25 years, while the rest (26,7%) was keeping goats less than 5 years. The sex ratio of goats kept by the farmers was 67,4% female: 32,6% male. There were 49 species of forages commonly fed to goats in Pasrujambe that can be grouped into 5 species of grasses, 3 species of tree legumes, 29 species of tree leaves and 12 species of herbaceous. There were significant improvement in feed intake (P