Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Air menjadi anggur dalam perkawinan di Kana: Sebuah tanda penyataan diri Yesus sebagai Anak Allah James Anderson Lola; Darius Darius
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 8, No 2: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v8i2.573

Abstract

This is a qualitative research article with an exegesis approach to finding the meaning of the miracle of the water turning into wine in the marriage at Cana which is recorded in John 2:1-11. The miracle of water turning into wine in the perspective of the Gospel of John is the first miracle that Jesus did to reveal Himself as the Son of God which fulfilled God's Covenant in the Old Testament. The miracle of water turning into wine is a miracle that must be understood in the theological perspective and the agenda of the Gospel of John which is intended to display the presence of Jesus and all that He did in history as an expression of Jesus' identity as the Son of God as well as the fulfillment of God's promise in the Old Testament.AbstrakPenelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan eksegesis untuk menemukan makna dari peristiwa mujizat air berubah menjadi anggur dalam perkawinan di Kana yang dicatat dalam Yohanes 2:1-11. Mujizat air berubah menjadi anggur dalam perspektif Injil Yohanes merupakan mujizat pertama yang Yesus lakukan untuk memberikan penyataan diri-Nya sebagai Anak Allah yang menggenapi Perjanjian Allah di dalam Perjanjian Lama. Mujizat air berubah jadi anggur adalah mujizat yang harus dipahami dalam perspektif teologis dan agenda dari Injil Yohanes yang memang bertujuan untuk menampilkan kehadiran Yesus dan semua yang Ia lakukan dalam sejarah sebagai penyingkapan identitas Yesus sebagai Anak Allah sekaligus juga adalah pemenuhan dari janji Allah di dalam Perjanjian Lama
NILAI PENDIDIKAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL TONGKONAN TORAJA UNTUK PENGUATAN KARAKTER DI ERA BUDAYA DIGITAL Darius, Darius
Masokan Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/misp.v4i2.138

Abstract

Technological changes that continue to occur without limits in this century have an impact on changes and shifts, especially from conventional or analog to digitalization. So, the aim of this research is to thoroughly review the role of local wisdom-based education in the era of digital culture. It is felt that local wisdom education still has a strong role in shaping the character of the alpha generations amidst a culture of digitalization. The research used in this research is descriptive qualitative by dialogue with the values of local wisdom education into digital culture. There is a descriptive analysis to describe the strength of the role of local wisdom education, especially in the Torajan community, namely the application of the values of courage, honesty, sincerity and shared destiny (solidarity), the value of altruism (willingness to help others, willingness to sacrifice, caring), and maintaining a harmonious life between people is a character in Toraja society. Another finding in this research is the relationship with God (Puang Matua) as a giver of life, we take good care of it and translate life into having to work hard to get a good life and gain prosperity. Live an orderly life by maintaining justice and truth. Caring for each other, maintaining unity, kinship and mutual cooperation is the identity of the Toraja people. Perubahan teknologi yang terus menerus terjadi tanpa batas di abad ini berdampak pada perubahan dan pergeseran khususnya dari konvensional atau analog menjadi digitalisasi. maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengulas secara tuntas peran pendidikan berbasis kearifan lokal di era budaya digital. Pendidikan kearifan lokal dirasa masih memiliki peran kuat dalam membentuk karakter generasi-generasi alpha di tengah budaya digitalisasi. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan mendialogkan nilai-nilai pendidikan kearifan lokal ke dalam budaya digital. Adanya analisis deskriptif untuk mendeskripsikan kekuatan peran pendidikan kearifan lokal yakni penerapan nilai-nilai keberanian, kejujuran, keikhlasan, dan senasib sepenanggungan (solidaritas), nilai altruisme (kerelaan membantu orang lain, rela berkorban, kepedulian), dan menjaga hidup yang harmonis antara sesama adalah karakter dalam diri masyarakat Toraja. Temuan yang lain adalah relasi dengan Tuhan (Puang Matua) sebagai pemberi kehidupan dijaga dengan baik dan diterjemahkan hidup harus kerja keras untuk mendapat kehidupan yang baik dan kemakmuran. Menjalani hidup yang teratur dengan menjaga keadilan dan kebenaran. Hidup saling peduli, menjaga persatuan, kekeluargaan, dan gotong royong adalah jati diri masyarakat Toraja.
HASIL TANGKAPAN KEPITING BAKAU Scylla serrata (Forskal, 1775) BERDASARKAN JENIS UMPAN DAN WAKTU PENANGKAPAN DI PERAIRAN TELUK BINTUNI Kantun, I Wayan; Darius, Darius
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 19, No 1 (2023): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.19.1.1-7

Abstract

Kepiting bakau merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi dan dimanfaatkan secara intensif untuk memenuhi permintaan konsumen. Upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dilakukan pemanfaatan dengan beragam metode penangkapan untuk memperoleh hasil tangkapan kepiting bakau. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan hasil tangkapan berdasarkan jenis umpan dan waktu penangkapan. Penelitian di laksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018 diperairan Distrik Babo Teluk Bintuni. Penelitian  menggunakan metode penangkapan percobaan dengan umpan sirip hiu dan ikan sembilang serta waktu penangkapan pagi dan malam hari. Hasil penelitian menunjukkan hasil tangkapan berjumlah 180 ekor dengan 98 ekor (54,44%) ditangkap menggunakan umpan ikan sembilang dan 82 ekor (45,56%) memakai umpan ikan hiu. Hasil tangkapan kepiting bakau berdasarkan waktu penangkapan malam dan pagi hari masing-masing 107 ekor (59,44% ) dan 73 ekor (40,56%). Sebaran ukuran lebar karapas berkisar 60-197 mm (132,34 ± 38,51 mm) dan bobot berkisar 286,34-989,42 g (684,79 ± 207,78 g). Sebaran ukuran lebar karapas dengan umpan ikan sembilang berkisar 60-197 mm (128,45 ± 36,76) dan bobot berkisar 286,34-983,75 g (662,93 ± 198,35 g), umpan ikan hiu berkisar 60-197 mm (136,99 ± 40,23 mm) dan bobot berkisar 286,34-989,42 g (710,93 ± 216,84 g). Sebaran ukuran lebar karapas yang ditangkap pagi hari berkisar 65-197 mm (130,29 ± 37,67) dengan bobot berkisar 2309,02-983,75 g (671,23 ± 201,87 g), waktu malam hari berkisar 60-197 mm (133,74 ± 39,19 mm) dan bobot berkisar 286,34-989,42 g (694,05 ± 212,15 g). Hasil tangkapan kepiting bakau dengan sebaran ukuran lebar karapas dan bobot terbesar tertangkap dengan umpan ikan hiu dan ditangkap pada malam hari. Kepiting bakau dominan tertangkap dengan menggunakan umpan ikan hiu dan hasil tangkapan terbanyak diperoleh  pada malam hari. Mud crab is a fishery commodity that has high economic value and is used intensively to meet consumer demand. Efforts to meet consumer needs are carried out using various fishing methods to obtain mud crab catches. This study aims to analyze the comparison of catches based on the type of bait and fishing time. The research was carried out from March to May 2018 in the waters of the Babo District, Bintuni Bay. The study used experimental fishing methods with shark and sembilang bait as well as fishing time in the morning and night day. The results showed that the catch amounted to 180 individu with 98 individu (54,44%) caught using sembilang fish bait and 82 individu (45,56%) using shark bait. The catch of mud crabs based on the time of fishing at night and morning was 107 individu (59,44%) and 73 individu (40,56%) respectively. The size distribution of carapace width ranged from 60-197 mm (132,34 ± 38,51 mm) and weight ranged from 286,34-989,42 g (684,79 ± 207,78 g). The size distribution of carapace width with sembilang fish bait ranged from 60-197 mm (128,45 ± 36,76) and weight ranged from 286,34-983,75 g (662,93 ± 198,35 g), shark bait ranged from 60- 197 mm (136,99 ± 40,23 mm) and the weight ranged from 286,34 to 989,42 g (710,93 ± 216,84 g). The size distribution of carapace width caught in the morning ranged from 65-197 mm (130,29 ± 37,67) with a weight ranging from 2309,02-983,75 g (671,23 ± 201,87 g), at night it was 60- 197 mm (133,74 ± 39,19 mm) and weight ranged from 286,34 to 989,42 g (694,05 ± 212,15 g). The dominant mud crabs are caught using shark bait and the highest catches are obtained at night
Pengolahan Selai Tomat sebagai Prodak Bernilai Ekonomi Tinggi Di Desa IV Suku Menanti Andriani, Evi; Nur’aini , Hesti; Arif , Hilda Meisya; Darius, Darius; Anjaly , Ana
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025): May 2025
Publisher : Yayasan Pondok Pesantren Sunan Bonang Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61231/jp2m.v3i2.366

Abstract

The characteristics of tomatoes which generally have a relatively high water content cause tomatoes to be easily damaged, have a relatively short shelf life, are susceptible to attacks by microorganisms, both pests and plant diseases, and are very easy to experience physical changes. So tomatoes have the potential to be processed into tomato jam which has high economic value. The purpose of the community service activity is to provide skills in processing and packaging tomato jam to the community in Village IV Suku Menanti. The method of implementing the activity is in the form of socialization, question and answer discussions and practices for processing and packaging tomato jam. By carrying out this activity, the Village Community will understand more about the diversification of tomato processing and have skills in tomato jam processing and packaging technology.
Pendidikan Kristiani bagi Penyandang Disabilitas: Konstruksi Teologis Pendidikan Kristiani Humanis dan Inklusif dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Arifianto, Yonatan Alex; Darius, Darius
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 5, No 2: Agustus 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52220/sikip.v5i2.279

Abstract

It cannot be denied that the existence of people with disabilities often experiences discrimination in all areas, including in the world of education. People with disabilities should be part of human life and must be appreciated and respected. However, at the reality level, people with disabilities still often receive inhumane treatment and negative stigma. Using descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that Christian education can provide protection and freedom of rights, to receive equal rights in education for people with disabilities, as well as help the development of spirituality and Christian character for people with disabilities. So, Christian education must provide an understanding of the fulfillment of educational rights for everyone; this is a message about the nature of disability to be fought for. Furthermore, Christian education and educational equality are synergistic and cannot be separated. The construction of disability theology in Biblical dogmatics must optimize the church and Christian education in fulfilling the educational rights of disabilities. AbstrakEksistensi penyandang disabilitas tidak dapat pungkiri sering mengalami diskriminasi di degala lini, termasuk dalam dunia pendidikan. Penyandang disabilitas seharusnya bagian dari kehidupan manusia yang harus dihargai dan dihormati. Namun pada tataran realita, para penyandang disabiltas masih sering mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dan stigma negatif. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature maka dapat disimpulkan bahwa di mana Pendidikan Kristen dapat memberikan perlindungan dan kebebasan hak, untuk menerima hak yang sama dalam pendidikan kepada para penyandang disabilitas, serta membantu perkembangan kerohanian dan karakter Kristen bagi penyandang disabilitas. Maka pendidikan Kristen harus memberikan pemahaman terhadap pemenuhan hak pendidikan kepada semua orang, hal itu menjadi pesan dari hakikat disabilitas untuk diperjuangkan. Selanjutnya pendidikan kristen dan kesetaraan pendidikan adalah sinergisitas dan integral yang tidak dapat dipisahkan. Karena kontruksi teologi disabilitas dalam dogmatika Alkitabiah haruslah dapat mengoptimalisasi gereja dan pendidikan Kristen dalam pemenuhan hak pendidikan disabilitas.