Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang DBD dengan Jumlah Larva Nyamuk Ridho, M rasyid; Dalilah, Dalilah; Anwar, Chairil
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, secara endemis berada di Indonesia. Infeksi virus DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Tindak pencegahan adalah cara yang efektif untuk mengurangi kejadian DBD. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat memiliki peran penting dalam pemberantasan vektor. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tempat-tempat penampungan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk serta hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat RT 50 tentang DBD di RT 50 Perumahan OPI. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik observasional. Sampel penelitian diambil berdasarkan Purposive Sampling, yaitu dilakukan pengambilan sampel dengan pertimbangan daerah tempat tinggal yang memiliki angka kejadian DBD yang tinggi. Pengumpulan sampel dilakukan dengan menginvestigasi TPA dan jentik nyamuk di tiap-tiap rumah serta wawancara kepada salah satu anggota keluarga dari masing-masing rumah. Larva ditangkap menggunakan gamadotik, pipet tetes dan cidukan. Data pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat didapatkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Dari 24 rumah yang diperiksa, 62,5% rumah positif  larva nyamuk dan 37,5% rumah lainnya negatif. Indeks larva yang ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 37,5%, House Index (HI) 62,5%, Container Index (CI) 23,07%,Breteau Index (BI) sebesar 112,5% dan Density Figure (DF) 7. Genus nyamuk yang ditemukan adalah genus Aedes dengan spesies Aedes aegypti (25,43%)danAedes albopictus(69,63%)sertanyamuk genus Culex(4,93%). Sebanyak 62,5% masyarakat memiliki pengetahuan yang baik, 87,5% memiliki sikap baik tetapi hanya 25% yang memiliki perilaku baik. Dari analisis Chi-square antara pengetahuan, sikap dan perilaku dan keberadaan  jentik  didapatkan pengetahuan (p=0,80), sikap(p=1)  dan perilaku (p=2). Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dengan keberadaan larva nyamuk (p>0,05)
Prevalensi, Insidensi, dan Karakteristik Klinikohistopatologi Fibrocystic Change Cesariana, Vindy; Dewi, Citra; Dalilah, Dalilah
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 2 No. 2 (2019): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.127 KB)

Abstract

Fibrocystic change (FCC) meliputi suatu perubahan histologi payudara yang ditandai dengan kombinasi kista yang bervariasi, pertumbuhan fibrosa, dan proliferasi epitel. Kelainan ini berhubungan dengan dengan perubahan hormonal selama siklus menstruasi, sering terjadi pada usia 20-50 tahun dengan gejala klinis payudara terasa seperti benjolan saat diraba. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi, insidensi, dan karakteristik klinikohistopatologi FCC yang diperiksa secara histopatologi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan pendekatan potong lintang dan pengumpulan data sekunder diperoleh dari rekam medik pasien. Subjek penelitian adalah seluruh pasien yang menjalani pemeriksaan histopatologi jaringan payudara dan memenuhi kriteria inklusi. Prevalensi FCC yaitu sebesar 24,29%. Rentang usia pasien berkisar antara 13-68 tahun. Perbandingan antara perempuan dan laki-laki yang menderita FCC adalah 46,2:1. Lokasi lesi terbanyak pada payudara kiri. Keberadaan FCC dengan lesi penyerta lebih sering ditemui daripada lesi FCC tunggal. Temuan lesi penyerta dikelompokkan menjadi satu hingga empat lesi penyerta yang ditemui bersamaan diagnosis FCC. Insidensi FCC terbanyak pada kelompok usia 26-45 tahun. Mayoritas penderita adalah perempuan. Keberadaan kelompok lesi penyerta tunggal terbanyak ditemui berupa ductal hyperplasia diikuti kelompok dua lesi penyerta terbanyak yaitu ductal hyperplasia dan FAM.
PENGARUH BEDA TEMPAT PELETAKKAN BANGKAI DENGAN PERTUMBUHAN LARVA LALAT PADA TIKUS Rattus norvegicus Switha, Elfinchia Tiara; Anwar, Chairil; Dalilah, Dalilah; Ghiffari, Ahmad
Syifa'Medika Vol 10, No 1 (2019): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i1.1743

Abstract

Lalat merupakan serangga yang sering digunakan pada bidang entomologi forensik sebagai indikator penentu lama waktu kematian makhluk hidup (post mortem interval) karena merupakan serangga yang pertama kali datang pada proses dekomposisi bangkai. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai tempat meletakkan bangkai terhadap pertumbuhan larva lalat pada bangkai tikus Rattus norvegicus. Sampel menggunakan 28 ekor tikus R.norvegicus yang kemudian diletakkan masing-masing di ruang terbuka, di dalam kotak kayu, di dalam tas yang dimasukkan ke dalam kotak kayu, dan di dalam kotak kayu yang ditanam di tanah. Larva yang muncul kemudian diambil dan diperiksa secara mikroskopis dengan menggunakan kunci identifikasi. Pengambilan data dilakukan selama 6 hari berturut-turut. Spesies yang banyak ditemukan adalah Chrysomya megacephala, muncul sejak hari pertama setelah kematian pada bangkai tikus.  Pertumbuhan panjang larva lalat dianalisis untuk mengetahui hubungan dengan lama kematian. Disimpulkan terdapat pengaruh tempat peletakkan bangkai terhadap pertumbuhan larva lalat pada bangkai tikus Rattus norvegicus, dan disarankan untuk melakukan perbandingan hasil serupa dengan sampel korban manusia yang ditemukan belatung.
KEJADIAN SKABIES BERDASARKAN PEMERIKSAAN DERMOSKOP, MIKROSKOP DAN SKORING DI PONDOK PESANTREN AL ITTIFAQIAH Miftahurrizqiyah, Miftahurrizqiyah; Prasasti, Gita Dwi; Anwar, Chairil; Handayani, Dwi; Dalilah, Dalilah; Aryani, Indah Astri; Ghifari, Ahmad
Syifa'Medika Vol 10, No 2 (2020): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v10i2.1972

Abstract

ABSTRAK Skabies merupakan penyakit kulit akibat arthopod, spesies Sarcoptes scabiei, dengan gejala klinis berupa rasa gatal dan lesi polimorfik berupa eritem, papul, nodul, atau pustula. Penyakit tular ini berhubungan dengan rendahnya higienitas perorangan dan kebiasaan bertukar barang. Faktor lain yang berperan yaitu rendahnya sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan. Skabies memiliki prevalensi tinggi di negara tropis dan berkembang, salah satunya Indonesia. Pesantren merupakan tempat potensial bagi transmisi penyakit kulit, terutama skabies, karena memiliki lingkungan tempat tinggal yang padat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang dan dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2018. Data diambil dari semua santri yang menderita penyakit skabies. Prevalensi skabies sebesar 112 (4,4%) dengan jumlah subjek terbanyak berjenis kelamin perempuan 78 (69,6%). Lesi skabies positif secara dermokopis terdapat pada 53 subjek (47%), sedangkan positif secara mikroskopis sebanyak 19 subjek (17%). Skabies yang masih terdiagnosis mencerminkan rendahnya tingkat sanitasi dan higienitas para santri dalam mencegah penyakit kulit menular seperti skabies.   ABSTRACT Scabies is a skin disease due to arthopod, a species of Sarcoptes scabiei, with clinical symptoms of itching and polymorphic lesions in the form of erythema, papules, nodules, or pustules. This contagious disease is associated with low personal hygiene and habits of exchanging goods. Other factors that play a role are low socioeconomic and environmental sanitation. Scabies has a high prevalence in tropical and developing countries, one of which is Indonesia. Pesantren is a potential place for the transmission of skin diseases, especially scabies, because it has a dense residential environment. This research is a descriptive cross-sectional design and was conducted in October to December 2018. Data were taken from all students suffering scabies. The prevalence of scabies was 112 (4.4%) with the highest number of female subjects was 78 (69.6%). Dermocopically positive scabies lesions were found in 53 subjects (47%), while microscopically positive were 19 subjects (17%). Scabies that are still diagnosed reflect the low level of sanitation and hygiene of students in preventing infectious skin diseases such as scabies. Keywords : skin disease, scabies, pesantren.
PERBEDAAN DAYA TETAS TELUR NYAMUK Aedes aegypti PADA TIGA JENIS AIR PERINDUKAN Lestari, Alin Puja Dewi; Handayani, Dwi; Prasasty, Gita Dwi; Dalilah, Dalilah; Pariyana, Pariyana
Syifa'Medika Vol 12, No 2 (2022): Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v12i2.4003

Abstract

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Ae. aegyptimeletakkan telurnya di berbagai penampungan air sebagai tempat perindukan di sekitar kawasan rumah penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti pada tiga jenis air (air sumur, air hujan, dan air PAM). Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Post Test Only with Control Group Design. Sampel penelitian berupa telur nyamuk Ae. aegypti yang diperoleh dari Lokalitbang Baturaja dan tiga jenis air yang diambil dari rumah warga di sekitar Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Kota Palembang. Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap penetasan telur nyamuk Ae. Aegypti di ketiga air tersebut yang dilakukan sebanyak enam kali pengulangan. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk, Kruskal Wallis, T-test dan Mann-Whitney.Hasil penelitian didapatkan air sumur merupakan jenis air dengan jumlah penetasan tertinggi yaitu sebanyak 48 butir (26,66%), dan paling sedikit air PAM (2,7%). Terdapat perbedaan yang signifikan daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti pada tiga jenis air (p<0,05). Temuan ini memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tempat potensial perindukan nyamuk Ae. aegypti sehingga dapat mengambil tindakan pemberantasan tempat perindukan.
KEPADATAN VEKTOR DAN STATUS RESISTENSI LARVA Aedes aegypti DI DESA PANCUR PUNGAH KECAMATAN MUARA DUA KABUPATEN OKUS TAHUN 2019 Dwi Handayani; Fadjar Siddiq Hidayatullah; Chairil Anwar; Sulfa Esi Warni; Dalilah Dalilah; Lasbudi P Ambarita; Gita Dwi Prasasty
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.267 KB) | DOI: 10.32539/JKK.V7I2.9710

Abstract

Keberhasilan pengendalian penyakit demam berdarah dengue tergantung dari status kerentanan vektor terhadap insektisida yang digunakan. Sampai saat ini dikenal dua vektor DBD yaitu Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan vektor Aedes aegypti dan status resistensinya terhadap larvasida Temephos di Desa Pancur Pungah Kabupaten Muara Dua Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional. Sampel pada penelitian ini adalah 100 buah rumah, tempat penampungan air, dan larva yang ditemukan di dalam tempat penampungan air. Tempat penampungan air dan larva didalamnya diidentifikasi kemudian dilakukan penghitungan dan uji larvasida dilakukan dengan menggunakan Temephos 0,02 ppm sebanyak 5 kali pengulangan. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 389 tempat penampungan air dan 55 diantaranya terdapat larva. Hasil perhitungan menunjukkan HI: 35, CI: 14,1 dan BI: 55 dan uji larvasida menunjukkan semua larva yang dipaparkan terhadap Temephos 0,02 ppm mengalami kematian. Dari perhitungan tersebut didapatkan kepadatan vektor berada pada intensitas sedang dan status kerentanannya masih sensitive atau susceptible terhadap Temephos. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi kebijakan pengendalian vektor DBD setempat.
Identifikasi spesies nyamuk genus Mansonia dan deteksi molekuler terhadap mikrofilaria/larva cacing Brugia malayi pada nyamuk genus Mansonia Dalilah Dalilah; Chairil Anwar; Theodorus Theodorus; Irsan Saleh
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Filariasis merupakan penyakit menular menahun dengan kecacatan seumur hidup yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria. Daerah endemis filariasis di Indonesia tersebar cukup luas.  Sebanyak 70% kasus ini disebabkan oleh Brugia malayi. Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan termasuk salah satu wilayah endemis filariasis malayi. Pemutusan transmisi vektor merupakan  unsur utama program eliminasi filariasis limfatik sehingga metode deteksi untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva pada nyamuk adalah sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis spesises nyamuk Mansonia sebagai vektor filaria di Banyuasin dan mendeteksi DNA mikrofilaria/larvafilaria Brugia malayi pada tubuh vektor. Penelitian ini merupakan uji laboratoris yang dilaksanakan pada  tiga Rukun Tetangga (RT) di Desa Sungai Rengit Murni yang lokasinya berdekatan dengan sungai/rawa dan pemukiman. Sampel adalah semua nyamuk genus Mansonia betina. Penangkapan dilakukan dengan umpan hewan/sapi yang dimasukkan di dalam kelambu. Identifikasi nyamuk dilakukan di Lokalitbang P2B2 Baturaja dan identifikasi molekuler dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi RSMH Palembang. Populasi nyamuk yang berhasil ditangkap dengan umpan sapi sebanyak 3085 ekor dengan populasi nyamuk dominan berasal dari genus Culex dan Mansonia.Sebanyak tujuh spesies nyamuk genus Mansoniaditemukan yakni : Ma. uniformis, Ma. africana, Ma. indiana, Ma. dives, Ma. annulifera, Ma. annulata dan Ma. Bonneae. Total jumlah nyamuk Mansonia yang didapat berjumlah 906 ekor yang dibagi dalam 50 pool. Pada hasil pemeriksaan laboratorium molekuler didapat hasil tidak munculnya pita di titik 322 bp atau 644 bp yang merupakan rantai DNA dari Brugia malayi. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa ditemukan tujuh spesies nyamuk dari genus Mansonia. Pada uji molekuler tidak ditemukan larva/mikrofilaria. Sebagai saran dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode pemeriksaan molekuler yang lebih spesifik untuk mendeteksi keberadaan mikrofilaria dalam tubuh vektor, memperbanyak jumlah sampel sehingga peluang untuk ditemukannya akan semakin besar.
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE PRESENCE OF AEDES SPP. LARVAE WITH CASES OF DENGUE HERMORRHAGIC FEVER Andyra Priandhana; Gita Dwi Prasasty; Dwi Handayani; Dalilah Dalilah
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 2 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/mks.v53i2.14469

Abstract

Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease caused by dengue virus and transmitted through the Aedes spp. Prevention of dengue hemorrhagic fever can be done by eradicating the presence of Aedes spp. larvae in their breeding sites. This study aimed to determine whether there was a relationship between the presence of Aedes spp. mosquito larvae with the incidence of dengue hemorrhagic fever in the working area of Puskesmas Padang Selasa Kecamatan Ilir Barat I Palembang in 2019. This study was an analytic observational study with cross-sectional design. The research sample consisted of 110 houses, along with water reservoirs and mosquito larvae in it, which were chosen with purposive and simple random sampling technique. Research respondents were residents of the house chosen as the sample. Data collected by interview, observation, and microscopic identification. Data was processed and analyzed with the chi-square statistical test. Out of 110 houses visited, 26 (23.6%) of the respondents stated that they themselves or their household relatives had experienced DHF in the last two years. Out of the 332 water reservoirs observed, 36 (32.7%) were positive for Aedes spp. larvae, 14 (53.8%) of them were found in houses where residents had a history of DHF in the last 2 years. Chi-square statistical test results with a degree of confidence of 95% and ? 0.05 showed a significant relationship between the two variables with a p value = 0.017 and PR (prevalence rate) 2.339 (95% CI = 1.239-4.61). There was a significant relationship between the presence of Aedes spp. mosquito larvae with the incidence of dengue hemorrhagic fever in the working area of the Puskesmas Padang Selasa Kecamatan Ilir Barat I Palembang in 2019.
The Influence of Chlorine to The Egg Hatchability of Aedes Aegypti Fajri Irwinsyah; Dalilah Dalilah; Triwani Triwani
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 4 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v50i4.8567

Abstract

Aedesaegypti adalah nyamuk yang membawa virus serotip DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dimana semua serotype ini dapat menyebabkan Demam Berdarah (Lestari, 2007). Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh konsentrasi kaporit terhadap daya tetas telur Aedesaegypti. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pada berbagai dosis kaporit terhadap persentase penetasan telur Aedesaegypti. Makin tinggi konsentrasi kaporit maka ada kecenderungan makin sedikit jumlah telur yang menetas. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian post test only group design dengan berbagai konsentrasi kaporit yaitu 0 mg/l ; 2 mg/l; 4 mg/l; 8 mg/l dan 10,0 mg/l; 12,5 mg/l; 15 mg/l. Data hasil eksperimen akan di analisis statistic yaitu ujinormalitas, uji kruskal wallis dan analisis probit LC 50. Hasil dari uji normlitas didapat bahwa nilai P<0,05 yang artinya nilai tidak normal. Karena nilai p tidak terdistribusi normal maka uji selanjutnya yang akan digunakan adalah krukal wallis. Hasil dari analisis kruskal wallis akan melihat nilai bermakna atau signifikan bermakna, didapatkan bahwa konsentrasi 10 mg/l; 12,5 mg/l; 15 mg/l, dimana pada konsentrasi ini daya tetas telur terhambat dan analisis probit menunjukkan bahwa daya hambat terhadap penetasan telur 50% pada konsentrasi kaporit 1,3880 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut kaporit dapat  digunakan sebagai alternative pengendalian vector demam berdarah. 
Hubungan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths (STH) dengan Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 200 Kelurahan Kemasrindo Kecamatan Kertapati Kota Palembang Saraswati Annisa; Dalilah Dalilah; Chairil Anwar
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 2 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v50i2.8553

Abstract

Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia, termasuk Indonesia. Infeksi ini disebabkan oleh cacing golongan nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan media tanah untuk proses pematangan telur atau larva menjadi bentuk yang infektif, terjadi terutama pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah. Infeksi ini adalah salah satu penyebab dari kekurangan gizi pada anak karena dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan seperti penurunan kecepatan pertumbuhan, lemahnya kesehatan fisik, lemahnya fungsi kognitif, hingga malnutrisi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan infeksi cacing STH dengan status gizi pada siswa Sekolah Dasar Negeri 200 Kelurahan Kemasrindo Kecamatan Kertapati Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 107 siswa yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner, pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk mendapatkan satus gizi yang kemudian diklasifikasikan dengan menggunakan kurva pertumbuhan CDC 2000, dan pemeriksaan feses menggunakan metode Kato Katz dan Harada Mori modifikasi yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian didapatkan dari 107 siswa, proporsi infeksi STH sebesar 27,1% (29 siswa) dengan rincian infeksi tunggal A. lumbricoides ditemukan pada 6 (20,7%) siswa dan infeksi tunggal T. trichiura pada 23 (79,3%) siswa. Proporsi status gizi kurang ditemukan sebesar 43,9%. Dari hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi STH dan status gizi (p=0,036; OR=3,167; CI 95%: 1,163-15,237). Terdapat hubungan antara infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dan status gizi pada siswa SDN 200 Kelurahan Kemasrindo Kecamatan Kertapati Kota Palembang.