Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi melalui Sosialisasi bagi Siswa Sekolah Dasar di Pulau Enggano, Bengkulu Azizah, Wafiq; Osira, Yessilia; Agustina, Indria
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.46038

Abstract

This study aims to describe the process of reproductive health knowledge socialization among students at SDN 051 Bengkulu Utara, located in Enggano Island, one of the outermost regions of Bengkulu Province, Indonesia, which faces limited access to information, healthcare services, and formal education. A qualitative approach with a case study design was employed. The informants consisted of 35 students from grades I to III and three teachers, selected through purposive sampling. Data were collected through observation, in-depth interviews, focus group discussions (FGDs), and document analysis, and were analyzed using data reduction, data display, and conclusion drawing techniques. The findings reveal that, before the intervention, students had minimal understanding of basic reproductive health concepts. This limited knowledge was attributed to the lack of structured reproductive health education in schools, cultural taboos that discourage open discussion of reproductive topics, and limited parental involvement. Students were unable to identify private body parts accurately, distinguish between appropriate and inappropriate touch, or describe proper hygiene practices. After participating in an interactive and age-appropriate socialization program that included videos, educational songs, and practical demonstrations, students showed significant improvement in cognitive, affective, and psychomotor domains. This study highlights the urgent need for comprehensive reproductive health education at the primary school level, particularly in underserved and remote areas such as Enggano Island. Sustainable educational programs involving teachers, parents, and healthcare workers are essential to build a safe and informed environment for children. The findings provide a foundation for the development of targeted policies and educational interventions aimed at preventing early marriage, reducing sexual violence, and improving children's overall well-being.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses sosialisasi pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SDN 051 Bengkulu Utara. Sekolah ini terletak di Pulau Enggano, wilayah terluar Provinsi Bengkulu yang mengalami keterbatasan akses terhadap informasi, layanan kesehatan, dan pendidikan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain studi kasus. Informan terdiri dari 35 siswa kelas I hingga III dan tiga guru yang dipilih secara purposif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum kegiatan sosialisasi dilakukan, mayoritas siswa memiliki pengetahuan yang sangat terbatas mengenai kesehatan reproduksi. Keterbatasan ini disebabkan oleh minimnya edukasi dari lingkungan keluarga, stigma budaya yang menganggap pembahasan topik reproduksi sebagai hal tabu, serta belum adanya program pendidikan kesehatan reproduksi yang terstruktur di sekolah. Anak-anak belum mampu mengenali bagian tubuh pribadi, belum memahami pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi, dan tidak mengetahui batasan sentuhan yang aman dan tidak aman. Setelah sosialisasi dilakukan dengan pendekatan interaktif melalui media video, lagu edukatif, dan praktik langsung, terjadi peningkatan signifikan dalam aspek pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan keterampilan psikomotorik. Penelitian ini menegaskan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak usia dini, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses seperti Pulau Enggano. Program edukasi yang kontekstual, berkelanjutan, dan melibatkan peran aktif guru, orang tua, serta tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk membentuk pemahaman dasar anak dalam menjaga diri dan mencegah risiko seperti kekerasan seksual dan pernikahan dini. Temuan ini diharapkan menjadi dasar perumusan kebijakan dan intervensi pendidikan yang lebih tepat sasaran.