Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

HEGEMONI KEKUASAAN TERHADAP SENI PEDALANGAN -, Sutiyono
Imaji Vol 7, No 2 (2009): IMAJI AGUSTUS
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.117 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v7i2.6635

Abstract

Tulisan ini akan menguraikan pokok bahasan relasi antara kekuasaan dan kesenian. Permahaman ini menyangkut bentuk afiliasi antara dalang wayang kulit (seniman) dengan pihak penguasa dalam hal ini adalah pemerintah atau negara (state). Aspek sub-bidang kajian ini adalah pertunjukan wayang kulit Jawa yang cukup mengental dengan kehidupan budaya masyarakat Jawa. Kajian hegemoni kekuasaan terhadap seni pedalangan akan terarah jika harus melihat secara lurus pada tawaran Gramsci yang menyebutkan bahwa hegemoni memberikan definisi terhadap konsep politik dan konsekwensi pada tugas yang harus diemban oleh partai politik. Dalam hal ini partai politik harus mampu mengelola instrumen hegemoni untuk mengelabuhi masyarakat luas agar menjadi patuh dan mau dikuasai oleh partai politik tersebut. Seperti langkah-langkah yang diambil oleh partai Golkar sebagai kendaraan politik rezim penguasa Orde Baru yakni dengan mengelola pertunjukan wayang sebagai wadah ekspresi sosial dan interaksi antara penguasa dan rakyat. Sebelum wadah ini efektif dan memadai, maka instrumen yang seni pedalangan harus dihegemoni terlebih dahulu. Bentuk kesenian beserta dalang dan komunitasnya harus ditaklukkan, agar semua pesan dan doktrin penguasa terhadap kesenian dapat tercapai. Kesenian benar-benar dapat menjadi kuda emas, yakni kendaraan politik yang manis dan jitu untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Kata kunci: wayang, seni pedalangan, dan hegemoni
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TIME TOKEN sutiyono sutiyono
Jurnal Dikdas Bantara Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/jdb.v2i2.369

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris kelas VIII A SMP Negeri 5 Sukoharjo tahun pelajaran 2016/ 2017 dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Time Token. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 5 Sukoharjo, semester I tahun pelajaran 2016/ 2017, dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap analisis data dalam penelitianini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif Time Tokendapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Sukoharjo Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar siswa, yaitu: sebelum tindakan 20 siswa atau 62,5%, pada siklus I sebanyak 24 siswa atau 75% dan pada siklus II sebanyak 31 siswa atau 96,9%. Sedangkan rata-rata prestasi belajar Bahasa Inggris siswa sebelum tindakan sebesar 70,9, pada siklus I sebesar 73,4, dan pada siklus II sebesar 81,7.Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif Time Token, prestasi belajar bahasa Inggris.
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR SISTEM REM PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 PURWOREJO sutiyono sutiyono
Auto Tech: Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Muhammadiyah Purworejo Vol 1, No 1 (2013): Auto Tech
Publisher : Pendidikan Teknik Otomotif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/autotech.v1i1.496

Abstract

Tujuan penelitian efektifitas penggunaan modul pembelajaran terhadap ketuntasan belajar sistem rem adalah untuk mengetahui perbedaan, peningkatan dan ketuntasan  pada prestasi belajar siswa yang menggunakan modul pembelajaran dan prestasi siswa tanpa menggunakan modul. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMKN 1 Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan teknik mesin otomotif. Sampel yang diambil adalah siswa dengan teknik sampel Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan modul pembelajaran dan yang diajar tanpa alat modul pembelajaran. Berdasar Uji Ketuntasan Belajar setelah siswa memperoleh pembelajaran, terlihat bahwa ketuntasan belajar kedua kelompok berbeda secara signifikan. Pada kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan Modul Pembelajaran memiliki ketuntasan belajar yang lebih tinggi dari kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran tanpa Modul. Hal ini terlihat dari tabel 4.7 diperoleh rata-rata prestasi belajar kelompok eksperimen sebesar 7.80 dimana rata-rata tersebut lebih besar dari batas nilai tuntas belajar yaitu 7.00 yang berarti belajar telah mencapai ketuntasan belajar. Pada kelompok kontrol rata-rata prestasinya adalah 7.09 dimana rata-rata tersebut lebih besar dari batas nilai tuntas belajar yaitu 7.00 yang berarti pembelajaran juga telah mencapai ketuntasan belajar. Secara umum menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Modul Pembelajaran lebih efektif, karena berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dan ketuntasan belajar yang lebih tinggi dari pada yang memperoleh pembelajaran tanpa menggunakan modul pembelajaran.   Kata kunci : modul pembelajaran, ketuntasan belajar, sistem rem
Social Action of Conversion in Islamic Art: Study on the Larasmadya Art Form in the Sleman Geocultural Region Sutiyono Sutiyono
Indonesian Journal of Geography Vol 47, No 1 (2015): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.135 KB) | DOI: 10.22146/ijg.6748

Abstract

The research concerned here had the purpose of learning the rationality in the social action of conversion by the farmer communities supporting the Larasmadya art form in the Sleman geocultural region. The research was qualitative in approach. The research subjects were members of the farmer communities supporting the Larasmadya art who previously supporting the Slawatan Maulud art form. The research data were compiled by means of observations, interviews, and documentation. These data were analyzed through the phases of data collection, data reduction, data examination, and drawing the conclusion. Data validation was done by means of triangulation. The research results in relation with rationality in the social action of conversion by the communities supporting the Larasmadya art form in the Sleman geocultural region indicate the following. (1) The Larasmadya art form uses the text called Serat Wulang Reh. The text contains Javanese songs influenced by Islam. In addition, the text of the songs in the Larasmadya art form depicts the life of the farmer communities supporting the Larasmadya art form in the Sleman geocultural region. (2) The presence of the Larasmadya art form implies a process of making Islam native in the Sleman geocultural region.
DAMPAK PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DALAM KEHIDUPAN SENI TRADISIONAL Sutiyono Sutiyono
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 1,1991,TH.XI
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.441 KB) | DOI: 10.21831/cp.v1i1.8738

Abstract

Salah satu alasan kuat orang melakukan perjalanan wisata adalah ingin menyaksikan bentuk-bentuk kebudayaan lain yang tidak pernah dijumpai di tempat asalnya.
PENDIDIKAN SENI SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER MULTIKULTURALIS Sutiyono Sutiyono
Jurnal Cakrawala Pendidikan No 3 (2010): Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.466 KB) | DOI: 10.21831/cp.v1i3.243

Abstract

Abstract: Art Education as a Basis of Multicultural Character Education. Thisarticle discusses art education as a basis for multicultural character education inIndonesia. As a multicultural nation with a variety of cultural backgrounds,Indonesia has been faced with conflicts, violences, clashes, and riots resulting fromsuch differences. Education is deemed to be responsible for such problems and onecause of its failure to solve them is that it does not focus on character building.Character building is necessary in order for the students to appreciatemulticulturalism and it can be integrated into art education.Keywords: multiculturalism, character education, art education
TUMPENG DAh GUNUNGAN : MAKNA SIMBOLPKNYA IPA1,lkM KEHUDMAN MASYARAW JAWA Sutiyono Sutiyono
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 2,1998,TH.XVII
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1517.916 KB) | DOI: 10.21831/cp.v2i2.9041

Abstract

Tumpeng dan gunungan dalam kebudayaan masyarakatJawa mennjadi siinbol dari berbagal fer~uinziia. zr?t-i.i: lain .keselamacan. kedaniaian. kehidupan, dan keseinlbangan ala~n.i'ada rrwalnya, rutitpeng dengarr rnakna simboliknya ieialln~cngnliii kuat pada keb~idayaaii inasyarakat Jawa. Ihlar?~pcrkembangannya, rurlzpeng menjadi niodel dorninan yzrnginewarnai salah satu ciri kebudayaan J a w , seperti : gui?rlngnn,kc~yotzjo, gio, str~pcrm. onurneli, dan istrr~meng arneian. Petunittk rni~nenibuktikan, hahwa iuiizpeizg memberikan deyn ntngi-.slnrpafefisbagi kehidupan masyarakat Jawa.
Improving the English Skills of Dance Students through English Learning with a Cooperative Learning Approach Sutiyono Sutiyono; Wenti Nuryani; Puspitorini Puspitorini; Titik Putraningsih
JOURNAL OF EDUCATION Vol 5, No 1 (2012): November 2012
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10785.492 KB)

Abstract

This study was aimed at improving the habits and courage of dance students in communicating in English. This study was classroom action research with a cooperative learning approach performed through English learning in the Curriculum Review and Development Course, The research subjects were 44 students of  the Dance  Education  Department, Language  and  Art  Faculty, Yogyakarta  State University. The learning activity was Numbered Heads Together. Action  implementation was performed in 2 cycles, which were.' (1) improving the habits to ask and read texts, and (2)  improving courage to do presentation and write. Research results showed that the Numbered Heads Together strategy could motivate dance students to be active in the classroom and improve courage to communicate in English (48%  to 75% in the first  and 98% in the second cycle).   Keywords:  English speaking skills, cooperative learning, classroom technique
TRADISI MASYARAKAT SEBAGAI KEKUATAN SINKRETISME DI TRUCUK, KLATEN Sutiyono Sutiyono
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 16, No 1: April 2011
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.016 KB) | DOI: 10.21831/hum.v16i1.3415

Abstract

This study aims to prove that the societal tradition in in Trucuk alive and growing dynamically, because of the strength of syncretism. This research was conducted in rural areas Trucuk District, Klaten, Central Java. The time to conduct field studies began in March to October 2006. As a research subject, namely: farmer, caretaker shrine, the pilgrims, paranormal, dalang, arts reog elders, chairman slawatan, modin, lurah, Muhammadiyah activists, political elites, religious teachers, kyai, mubaligh, congregational recitation, and the priest mosque. Methods of data collection is participant observer, depth interviews, and study of documentation. This study uses an ethnographic approach. The results showed that the societal tradition who are still be regularly performed of rural communities is slametan. Slametan an intangible form of social activism traditional ceremony which was attended by a group of people from different social groups to come together, accompanied by a serving dish and prayed the Islamic way. In gathering together, all of them understand each other and can understand each other. The discrepancies in all respects to be thin and fixed on the formation of community integration or syncretism. The strength of syncretism make the societal tradition in Trucuk alive and growing dynamically. So, the theory mentions that syncretism is the attempt to unify the different sects (Mulder, 1992) proved in this study
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM MELAKSANAKAN REVITALISASI BUDAYA LOKAL “BERSIH DESA” DI KETINGAN, SLEMAN Sutiyono Sutiyono; Ni Nyoman Seriati
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 18, No 1: April 2013
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.677 KB) | DOI: 10.21831/hum.v18i1.3267

Abstract

Dalam penelitian ini dikaji tentang pemberdayaan masyarakat dalam mendukung revitalisasi budaya lokal. Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat  upaya konkrit apa saja yang digunakan untuk memberdayakan masyarakat Desa Ketingan dalam melaksanakan revitalisasi budaya lokal “bersih desa”. Penelitian ini dilaksanakan di daerah Ketingan, Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian ditentukan selama 8 bulan, yaitu mulai bulan Maret hingga Oktober 2011. Untuk memperoleh data penelitian dilakukan dengan mempergunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumen- tasi. Sebagai pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama, upaya konkrit untuk memberdayakan masyarakat desa dalam melaksanakan “Bersih Desa” di Ke- tingan Sleman meliputi: pertama, Rencana Pemberdayaan Masyarakat, identifikasi kelompok-kelompok masyarakat Desa Ketingan yang potensial, identifikas kekayaan lokal, uapaya pemberdayaan masyarakat secara optimal, sosialisasi pemberdayaan; kedua Bersih (1) Acara ritual hadir bakti, (2) Doa bersama, (3) Uraian ritual, (4) Ubo rampe, (5) Acara kirab, (6) Pentas gejok lesung, (7) Pentas wayang kulit, (8) Masak- masak, (9) Gununganuntuk kirab, (10) Biaya, dan yang keempat, Revitalisasi Budaya Lokal, upaya konkrit untuk merevitalisasi budaya lokal dalam melaksanakan “Bersih Desa” di Ketingan Sleman adalah dengan melakukan pembinaan budaya kepada gene- rasi muda dengan label kaderisasi atau regenerasi seniman di desa. Desa, dengan rangkaian acara  menjalin jerja saana dengan pihak swasta