Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Pentingnya Packaging Yang Menarik Dan Ditigal Marketing Pada Kerupuk Lala 73 Fajrie, Mahfudlah; Permatasari, Citra; Zahro, Nafissatus; Artalopa, Ryan; Fibrian Noor, Isnan; Putri Zuniawati, Eka; Rizqi Afrizal, Edo; Nur Asri, Miftakhul Huda; Bahrul Ilmi, Muhammad; Fatkhurridlo Mahendra, Muhammad; Tiyas, Puspitaning; Khalif Akbar, Tyas Wahyudi; Rizieq Hussain, Muhammad; Rohmah, Ainur; Fathur Rohman, Muhammad Zidan; Amanda, Lisna
Adi Widya : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 9 No 2 (2025): Adi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33061/awpm.v9i2.12118

Abstract

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran krusial dalam perekonomian Indonesia, namun masih menghadapi kendala dalam aspek pemasaran dan branding produk. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh UMKM di Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Welahan, adalah minimnya inovasi dalam desain kemasan serta kurangnya pemanfaatan strategi pemasaran digital. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik produk UMKM, khususnya Kerupuk Lala 73, dengan mengembangkan desain kemasan yang lebih menarik serta menerapkan strategi digital marketing. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini mencakup observasi, pendampingan, pelatihan, dan evaluasi terhadap pelaku UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembaruan pada desain label dan kemasan mampu meningkatkan daya tarik produk, sedangkan pemanfaatan platform digital seperti TikTok, Facebook, dan marketplace lainnya berhasil memperluas jangkauan pasar. Dengan strategi pemasaran digital yang tepat, produk UMKM berpotensi lebih dikenal luas dan memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan penjualan.
Respon Masyarakat Kabupaten Jepara Pada Fenomena Migrasi Siaran Televisi Analog ke Siaran Televisi Digital Oktafian, Ananda Wahyu; Fania, Dwi; Mila, Zahrotul; Fitri, Rosyadiyyah; Andini, Muthya Octarisa Nur; Fajrie, Mahfudlah
Jurnal Komunikasi Nusantara Vol 6 No 1 (2024)
Publisher : Unitri Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jkn.v6i1.423

Abstract

The migration of analog television broadcasts to digital television broadcasts is not just a matter of discourse. The Ministry of Communication and Information of the Republic of Indonesia has made the migration of analog to digital broadcasts or Analog Switch Off (ASO) its main focus. In order to enjoy digital television broadcasts, the government has carried out outreach through television news, advertisements, social media and the official Kominfo website. People don't need to buy a new television which is relatively expensive, just buy a device called a Set Top Box (STB) which is plugged into their old television so they can enjoy digital television broadcasts. This research was carried out using observation techniques, in-depth interviews, and documentation in the communities in Tahunan, Batealit, and Kalinyamatan sub-districts. This research was conducted to determine the public's response regarding the transition from analogue television to digital television. From the results of this research, it was found that the public responded positively, because they felt that the reception of digital television broadcasts was visually better, both in terms of resolution and sound. Some people also responded negatively because the signal could not be reached properly and some did not have an STB which was in the range of 200 to 300 thousand which was considered too expensive for the people in Jepara Regency, especially Tahunan District, Batealit, Kalinyamatan. Abstrak Migrasi siaran televisi analog ke siaran televisi digital tidaklah sebuah wacana belaka. Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjadikan migrasi siaran analog ke digital atau Analog Switch Off (ASO) ke fokus utamanya. Agar dapat menikmati siaran televisi digital, pemerintah telah melakukan sosialisasi melalui berita berita di televisi, iklan, media social serta website resmi Kominfo. Masyarakat tidak pelu membeli televisi baru yang harganya relatif mahal, cukup dengan membeli perangkat yang bernama Set Top Box (STB) yang dicolok di televisi lamanya agar bisa menikmati siaran televisi digital. Penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi pada masyarakat di Kecamatan Tahunan, Batealit, dan Kalinyamatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan dari masyarakat mengenai peralihan televisi analog ke televisi digital. Dari hasil penelitian ini mendapatkan hasil bahwa masyarakat merespon secara positif, karena merasakan penerimaan siaran televisi digital secara visual lebih bagus baik itu dari resolusi maupun suara. Sebagian masyarakat juga merespon negatif karena sinyal yang belum bisa dijangkau dengan baik serta ada yang belum memiliki STB yang mana berada dikisaran 200 sampai 300 ribuan yang dianggap masih terlalu mahal untuk masyarakat di Kabupaten Jepara terkhusus Kecamatan Tahunan, Batealit, Kalinyamatan.
Respon Masyarakat Kabupaten Jepara Pada Fenomena Migrasi Siaran Televisi Analog ke Siaran Televisi Digital Oktafian, Ananda Wahyu; Fania, Dwi; Mila, Zahrotul; Fitri, Rosyadiyyah; Andini, Muthya Octarisa Nur; Fajrie, Mahfudlah
Jurnal Komunikasi Nusantara Vol 6 No 1 (2024)
Publisher : Unitri Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jkn.v6i1.423

Abstract

The migration of analog television broadcasts to digital television broadcasts is not just a matter of discourse. The Ministry of Communication and Information of the Republic of Indonesia has made the migration of analog to digital broadcasts or Analog Switch Off (ASO) its main focus. In order to enjoy digital television broadcasts, the government has carried out outreach through television news, advertisements, social media and the official Kominfo website. People don't need to buy a new television which is relatively expensive, just buy a device called a Set Top Box (STB) which is plugged into their old television so they can enjoy digital television broadcasts. This research was carried out using observation techniques, in-depth interviews, and documentation in the communities in Tahunan, Batealit, and Kalinyamatan sub-districts. This research was conducted to determine the public's response regarding the transition from analogue television to digital television. From the results of this research, it was found that the public responded positively, because they felt that the reception of digital television broadcasts was visually better, both in terms of resolution and sound. Some people also responded negatively because the signal could not be reached properly and some did not have an STB which was in the range of 200 to 300 thousand which was considered too expensive for the people in Jepara Regency, especially Tahunan District, Batealit, Kalinyamatan. Abstrak Migrasi siaran televisi analog ke siaran televisi digital tidaklah sebuah wacana belaka. Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjadikan migrasi siaran analog ke digital atau Analog Switch Off (ASO) ke fokus utamanya. Agar dapat menikmati siaran televisi digital, pemerintah telah melakukan sosialisasi melalui berita berita di televisi, iklan, media social serta website resmi Kominfo. Masyarakat tidak pelu membeli televisi baru yang harganya relatif mahal, cukup dengan membeli perangkat yang bernama Set Top Box (STB) yang dicolok di televisi lamanya agar bisa menikmati siaran televisi digital. Penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi pada masyarakat di Kecamatan Tahunan, Batealit, dan Kalinyamatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan dari masyarakat mengenai peralihan televisi analog ke televisi digital. Dari hasil penelitian ini mendapatkan hasil bahwa masyarakat merespon secara positif, karena merasakan penerimaan siaran televisi digital secara visual lebih bagus baik itu dari resolusi maupun suara. Sebagian masyarakat juga merespon negatif karena sinyal yang belum bisa dijangkau dengan baik serta ada yang belum memiliki STB yang mana berada dikisaran 200 sampai 300 ribuan yang dianggap masih terlalu mahal untuk masyarakat di Kabupaten Jepara terkhusus Kecamatan Tahunan, Batealit, Kalinyamatan.