Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Abdi Insani

PENYEDIAAN FASILITAS SANITASI DAN AIR BERSIH BAGI PENGUNGSI KORBAN BENCANA GEMPA DI DUSUN LENDANG RE, KABUPATEN LOMBOK BARAT Dian Puspita Sari; Dewi Suryani; Titi Pambudi Karuniawati; Wahyu Sulistya Affarah; Isna Kusuma Nintyastuti; Deasy Irawati
Jurnal Abdi Insani Vol 7 No 1 (2020): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v7i1.291

Abstract

Gempa besar yang melanda pulau Lombok pada akhir Juli sampai Agustus 2018 telah menyebabkan korban jiwa, korban luka dan kerusakan berbagai sarana dan prasarana serta tempat tinggal. Setelah terjadinya bencana alam apapun jenisnya, kejadian penyakit infeksi umumnya akan meningkat. Hal ini terjadi akibat kerentanan sistem kesehatan di suatu wilayah dan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar seperti air bersih, sanitasi, tempat perlindungan dan pelayanan kesehatan. Meningkatnya jumlah penduduk terdampak yang mengungsi ke pusat-pusat evakuasi juga akan meningkatkan kejadian penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kepadatan, air bersih, sanitasi dan higiene. Lebih dari itu, masalah ketersediaan air bersih dan sanitasi dapat berdampak pada meningkatnya kejadian stunting yang memiliki dampak kesehatan jangka panjang. Dusun Lendang Re merupakan salah satu wilayah yang terdampak bencana. Lebih dari 90% rumah hancur dan rusak berat dan sekitar 750 orang warga terpaksa mengungsi. Jumlah toilet darurat yang tersedia belum memenuhi kebutuhan pengungsi dan standar minimal. Hal ini rentan menyebabkan pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit terutama penyakit infeksi. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan akses warga pengungsi di Dusun Lendang Re terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi. Setelah melakukan survey pendahuluan, mengurus perijinan dan membangun komitmen dengan warga, tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat membangun dua set fasilitas sanitasi dan penampungan air bersih. Setiap set terdiri dari tiga bilik toilet/kamar mandi dengan jamban jongkok serta satu pelataran cuci dengan keran air. Sumber air bersih berasal dari sumur terdekat yang disalurkan melalui sistem pipa dengan pompa air listrik dan ditampung dalam tandon penampung air di atas menara baja. Komunikasi dan koordinasi yang baik dengan warga dan tokoh masyarakat, pemilihan lokasi dan perijinan penggunaan lahan serta serta kelayakan spesifikasi dan kelengkapan fasilitas yang dibangun mendukung keberlangsungan penggunaan fasilitas ini di lokasi bencana.
PEMERIKSAAN STROKE RISKOMETER PADA POPULASI RISIKO TINGGI DALAM RANGKA HARI STROKE SEDUNIA Ilsa Hunaifi; Herpan Syafi'i Harahap; M Galvan Sahidu; Dewi Suryani; Ni Nyoman Ayu Susilowati; Asri Buana Citra Dewi
Jurnal Abdi Insani Vol 8 No 2 (2021): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v8i2.407

Abstract

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia. World Stroke Organization (WSO) melaporkan 1 dari 4 orang di Dunia pernah mengalami gejala stroke. Untuk menurunkan angka kejadian stroke pada tingkat individu dan populasi, saat ini dikembangkan aplikasi berupa Stroke Riskometer untuk menghitung risiko stroke pada seseorang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan pencegahan stroke di masa yang akan datang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan menganalisa faktor risiko pada peserta yang mengikuti acara hari Stroke Sedunia di Rumah Sakit Siloam Mataram dengan menggunakan Stroke Riskometer. Peserta yang mempunyai risiko tinggi terjadinya stroke dilakukan edukasi untuk mencari strategi mencegah stroke di masa yang akan datang. Peserta sebanyak 20 orang. Pada peserta laki-laki mempuntai Body Mass Index (BMI) lebih tinggi dibandingkan perempuan (26.2 vs 23.84) serta tekanan darah sistolik leboh tinggi dibandingkan perempuan (140.71 vs 127.15). Rata-rata risiko stroke dalam 5 tahun ke depan sebesar 4.3% pada laki-laki dan 2.5 % pada perempuan dan risiko stroke dalam 10 tahun ke depan sebesar 9.1% pada laki-laki dan 4.03% pada perempuan. Pemeriksaan Stroke Riskometer yang dilakukan pada populasi yang mempunyai faktor risiko dapat memperkirakan risiko stroke sehingga dapat segera dilakukan pencegahan maupun pengobatan. Perlu dilakukan pemeriksaan risiko stroke tersebut dalam skala yang lebih luas
EDUKASI KEJANG, PSEUDO KEJANG DAN PREPARASI OBAT KEJANG PADA TENAGA KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MATARAM Ilsa Hunaifi; Herpan Syafii Harahap; Muhammad Ghalvan Sahidu; Dewi Suryani; Yanna Indrayana; Ni Made Amelia Ratnata Dewi; Ika Nur Fitria
Jurnal Abdi Insani Vol 8 No 3 (2021): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v8i3.433

Abstract

Kejang adalah aktivitas listrik yang abnormal serta tidak sinkron di otak dan studi menunjukkan bahwa sekitar 8-10 % populasi akan mengalami bangkitan dalam masa hidupnya. Sebaliknya, terdapat gangguan yang menyerupai kejang yang dinamakan Psychogenic Non Epileptic Seizure (PNES) yang karakteristiknya menyerupai epilepsi. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit harus mampu membedakan keduanya. Kegiatan pengabdian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dalam mengenali kejang, pseudo kejang dan preparasi obat kejang dengan baik dan benar. Edukasi menggunakan metode penyuluhan dengan menampilkan gambar dan video epilepsi dan PNES yang diikuti dengan materi preparasi obat kejang. Pre dan Post test dengan menggunakan aplikasi Kahoot digunakan untuk evaluasi pemahaman peserta. Evaluasi penyelenggaraan seminar menggunakan google form. Sebanyak 24 orang tenaga kesehatan ikut serta dalam kegiatan ini. Rerata pre dan post test masing-masing 43.6 dan 68.78 poin dengan peningkatan sebesar 25.18. Rerata nilai kepuasan peserta tergolong baik terhadap penyelenggaraan kegiatan yaitu 4,77 (dari skala likert 0-5). Aspek penyelenggaraan yang mendapatkan nilai tertinggi adalah pre dan post test dengan aplikasi kahoot dan penggunaan video untuk membedakan kejang dan pseudo kejang. Edukasi harus diberikan secara luas dan reguler kepada semua tenaga kesehatan di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kejang dan pseudo kejang
PENINGKATAN KAPASITAS PELAYANAN PENANGANAN STROKE ISKEMIK AKUT MELALUI PELATIHAN CODE STROKE DI RS UNIVERSITAS MATARAM Ilsa Hunaifi; Dewi Suryani; Mohammad Rizki; Didit Yudhanto; Triana Dyah Cahyawati; Herpan Syafii Harahap; Muhammad Ghalvan Sahidu
Jurnal Abdi Insani Vol 10 No 3 (2023): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v10i3.1029

Abstract

Stroke is the leading cause of death and disability in the world and Indonesia. The standard therapy for acute ischemic stroke is alteplase but only 10-20% of patients receive this standard therapy. Code stroke is quick response for management acute stroke to get alteplase. The success for code stroke requires good communication and cooperation of code stroke team. This training aims to provide code stroke training needed to increase the capacity of stroke services at Mataram University Hospital. The method of training include lecture, patient simulation, video on the code stroke and also preparation of the thrombolysis also discussion and the target of this training are doctors and staffs in the emergency wards, radiology, laboratorium, pharmacy, ICU and inpatient ward. Evaluation of participants' understanding through pre and post tests was assessed with the Kahoot application. Evaluation of the training was also assessed using the Google form. A total of 25 health workers participated in this activity. The mean pre and post test were 34,38% and 68,42% (an increase of 34%). Participants' satisfaction with the activity was good, namely 4.13 (from a Likert scale of 0 – 5). The aspect of material provided in this training had the highest satisfaction score. This education should be given periodically to all health workers to increase the capacity of stroke services.