Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

SINTESIS GRAFENA OKSIDA TEREDUKSI BERBAHAN DASAR CANGKANG BIJI KARET DAN SEKAM PADI SERTA KOMPOSITNYA DENGAN METODE HUMMER TERMODIFIKASI Anwar, Devi Indah; Khumaisah, Lela Lailatul; Haryadi, Eri Rizki
CAKRA KIMIA (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) Vol 11 No 2 (2023): Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)
Publisher : Graduate Program of Applied Chemistry, Udayana University, Bali-INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK: Grafena merupakan material dua dimensi monoatomik dari satu lapis grafit dengan ketebalan sekitar satu atom karbon yang memiliki transparansi optik hingga 97.7%. Kegunaan grafena diantaranya adalah sebagai antibakteri, adsorben, biosensor, dan kapasitor. Metode sintesis grafena sudah banyak dilakukan diantaranya menggunakan metode Chemical Vapor Decomposition (CVD), micromechanical ekfoliation (ME) dan metode Hummer. Namun beberapa metode tersebut memiliki banyak kekurangan yakni waktu yang diperlukan cukup lama, biaya yang relatif tinggi, serta dapat menghasilkan gas beracun seperti NO2 dan N2O4. Alternatif metode yang dapat digunakan adalah metode Hummer termodifikasi dengan mengganti NaNO3 dengan H3PO4 yang akan menghasilkan material grafena berupa grafena oksida tereduksi (rGO). Adapun bahan dasar sintesis grafena yang digunakan pada penelitian ini berasal dari cangkang biji karet (CBK) dan sekam padi (SP). Hal ini dikarenakan CBK mengandung 48.64% selulosa dan 21.60% lignin. Sedangkan 38% selulosa, 18% hemiselulosa, 22% lignin dan 19% silika oksida terkandung pada sekam padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensintesis grafena oksida tereduksi (rGO) dari cangkang biji karet, sekam padi dan komposit keduanya (KCS), serta mengkarakterisasi rGO yang terbentuk menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan FTIR. Berdasarkan hasil analisis XRD diperoleh sudut difraksi 2? dari rGO CBK, SP, dan KCS berturut-turut 23.5, 21.2, dan 24.3° dengan kristalinitas sebesar 17%, 13%, dan 10%. Hasil tersebut menunjukan sifat material yang amorf. Pada karakterisasi FTIR menunjukkan perubahan struktur pada rGO setelah direduksi dengan berkurangnya atom O serta hilangnya gugus O-H yang terdapat pada rGO. ABSTRACT: Graphene is a monoatomic two-dimensional material made of one layer of graphite with a thickness of about one carbon atom which has an optical transparency of up to 97.7%. The uses of graphene itself include being an antibacterial, adsorbent, biosensor, and capacitor. Many graphene synthesis methods have been carried out, including using the Chemical Vapor Decomposition (CVD) method, micromechanical exfoliation (ME) and the Hummer method. However, some of these methods have many drawbacks, namely the time required is quite long, the cost is relatively high and can produce toxic gases such as NO2 and N2O4. An alternative method that can be used is the modified Hummer method by replacing NaNO3 with H3PO4 and producing graphene material which is formed in the form of reduced graphene oxide (rGO), because it has a very good content. The content in the rubber seed shell is 48.64% cellulose and 21.60% lignin. Meanwhile, 38% cellulose, 18% hemicellulose, 22% lignin and 19% silica oxide are contained in rice husks. The aims of this study were to synthesize graphene from rubber seed shells, rice husks and their composite (KCS), as well as to characterize the rGO formed using X-Ray Diffraction (XRD) and FTIR. Based on the results of XRD analysis, the diffraction angle of 2? from rGO CBK, SP, and KCS was 23.5, 21.2, and 24.3° respectively with crystallinities of 17%, 13%, and 10%. These results indicate the amorphous nature of the material. In FTIR characterization, it shows changes in the structure of rGO after being reduced by reducing O atoms and the loss of O-H groups present in rGO.
Formulasi Eau de Parfum Berbahan Dasar Minyak Atsiri Khas Sukabumi sebagai Repellent terhadap Aedes aegypti Yuniarti, Nia; Anwar, Devi Indah; Khumaisah, Lela Lailatul
JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : State University of Malang or Universitas Negeri Malang (UM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0260v7i22023p007

Abstract

Minyak atsiri, selain digunakan sebagai repellent (penolak nyamuk) juga digunakan sebagai bahan parfum. Tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak tumbuh di daerah Sukabumi di antaranya adalah kapulaga (Amomum cardamomum). Pada penelitian ini dibuat formulasi parfum berbahan dasar minyak atsiri khas Sukabumi yang dapat berfungsi ganda yaitu selain sebagai pewangi tubuh juga berfungsi sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam berdarah dengue. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesukaan (hedonik) parfum, menganalisis komponen, evaluasi kualitas, uji keamanan, dan menganalisis formula parfum yang paling efektif sebagai repellent terhadap A. Aegypti. Parfum yang dibuat adalah Eau de Parfum F1, F2, dan F3dengan 3 variasi komponen bagian parfum yang berbeda dari minyak atsiri kapulaga (A. cardamomum), lemon (Citrus limon), sereh wangi (Cymbopogon winterianus), nilam (Pogostemon cablin), dan ekstrak vanili (Vanilla planifolia). Hasil uji hedonik terhadap warna, aroma, dan kesegaran menunjukkan F2 sebagai parfum yang paling disukai panelis. Minyak kapulaga mengandung 4 komponen utama yaitu 1,8-sineol, β-pinen, 3-sikloheksen-1-metanol, dan α-pinen. Berdasarkan analisis GC-MS parfum F1, F2, dan F3 menunjukkan adanya lebih dari 20 komponen penyusun, dengan komponen utama 1,8-sineol, limonen, β-pinen, sitronelal, dimetil asetal hidroksisitronelal, etil vanillin, δ-guaien, dan patchouli alkohol. Parfum F1, F2, dan F3 memenuhi standar kualitas SNI 16-4949-1998, tidak menimbulkan iritasi dan alergi, serta memiliki aktivitas repellent terhadap A. aegypti dengan daya proteksi tertinggi pada parfum yaitu > 90% selama 1 jam dan daya proteksi rata-rata 74.8% selama 6 jam.
Development Potency of Indonesian Cardamom Essential Oil as Export Diversification in Sukabumi Regency [Potensi Pengembangan Minyak Atsiri Kapulaga Indonesia sebagai Diversifikasi Ekspor Kabupaten Sukabumi] Khumaisah, Lela Lailatul; Juliansyah, Aris; Suardi, Cici
Jurnal Pengabdian Isola Vol 1, No 2 (2022): JPI: VOLUME 1, ISSUE 2, 2022
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpi.v1i2.52435

Abstract

Saat ini, perkembangan minyak atsiri di dunia semakin pesat dikarenakan manfaatnya yang sangat beragam, di antaranya sebagai bahan parfum, kosmetik, obat, dan aromaterapi. Kapulaga (Elletaria cardamomum) merupakan salah satu hasil pertanian Kabupaten Sukabumi yang masih belum mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga daya jual atau nilai ekonomisnya masih rendah. Tanaman asli Indonesia ini masih belum banyak dikembangkan secara komersial oleh masyarakat dan menurut Dewan Atsiri Indonesia, berpotensi dikembangkan di masa mendatang. Di sisi lain, para petani kapulaga di Sukabumi termasuk mitra pengabdian kami baru hanya dapat menghasilkan buah kapulaga (bahan baku/mentah) saja dan belum mampu memproduksi minyak atsiri dari kapulaga. Jumlah produksi dari sekitar 700 pohon kapulaga menghasilkan 2 – 3 kuintal buah dengan harga jual berkisar Rp6.000,00 per kg, sedangkan minyak atsiri kapulaga (cardamon oil) dipatok seharga US 175 atau sekitar Rp 2.300.000,00 pada tahun 2017. Oleh karena itu, pengolahan lebih lanjut bahan mentah untuk menghasilkan minyak atsiri yang harganya jauh lebih mahal perlu dilakukan. Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah penyuluhan dan pendampingan mitra dalam menghasilkan cardomon oil yang dilanjutkan dengan pengujian kualitas minyak yang dihasilkan melalui uji Standar Nasional Indonesia (SNI). Potensi pengembangan minyak atsiri kapulaga ini begitu menjanjikan, mengingat manfaat dari cardamon oil sangat beragam di antaranya sebagai antioksidan, antikarminatif, antitusif, analgetik mengingat kualitas yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI. Adanya produk minyak kapulaga ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis buah kapulaga yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan para petani serta harapannya akan menjadi salah satu komoditas ekspor Kabupaten Sukabumi pada masa mendatang.Nowadays, the development of essential oils in the world is increasing rapidly due to their various benefits. It includes as an ingredient in perfumes, cosmetics, medicines, and aromatherapy. Cardamom (Elletaria cardamomum) is one of the agricultural products of Sukabumi which has not undergone further processing. Thus, its economic value is still low. This native plant from Indonesia is still not widely developed commercially. According to the Indonesian Atsiri Council, cardamom has the potential to be developed in the future. On the other hand, cardamom farmers in Sukabumi, including our service partners, can only produce cardamom fruit (raw material) and have not been able to produce cardamom essential oil. The total production of 700 cardamom trees produces 2 – 3 quintals of fruit with a selling price of around Rp. 6,000.00 per kg, while cardamon oil is at US 175 or around Rp. 2,300,000.00 in 2017. Therefore, further processing of raw materials to produce essential oils which are much more expensive needs to be carried out. The method used in this service activity is counselling and mentoring partners in producing cardamom oil followed by testing the quality of the oil produced through the Indonesian National Standard (SNI) test. The potential for developing cardamom essential oil is very promising, considering that the benefits of cardamom oil are very diverse, including as an antioxidant, anti-carminative, antitussive, and analgesic considering that the quality produced is by SNI. The existence of cardamom oil products is expected to increase the economic value of cardamom fruit which will have an impact on increasing the income of farmers and it is hoped that it will become one of the export commodities of Sukabumi in the future.
Effectiveness of Biolarvicide Extract and Granule Formulation of Cocok Bubu Leaves Against Aedes aegypti Hayati, Mila Nurmala; Khumaisah, Lela Lailatul; Anwar, Devi Indah
Jurnal Biologi Tropis Vol. 25 No. 3 (2025): Juli-September
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v25i3.9843

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), transmitted by Aedes aegypti, remains a major public health concern. This study aims to evaluate the effectiveness of biolarvicides from methanol and acetone extracts of cocok bubu (Elatostema rostratum) leaves and their granule formulations. Extracts and granules were tested at concentrations of 50, 100, 200, and 400 ppm. Granule preparations met standard criteria, including organoleptic properties, active compound content, and dispersion time. The analysis included LC₅₀ and LT₅₀ determination for both extract types. The acetone extract showed greater larvicidal activity (LC₅₀ = 85.67 ppm; LT₅₀ = 51.1 hours) than the methanol extract (LC₅₀ = 112.854 ppm; LT₅₀ = 51.8 hours), both falling into the moderate-to-high toxicity category. Similarly, the granule formulations showed that acetone-based granules (LC₅₀ = 496.941 ppm; LT₅₀ = 51.1 hours) were more effective than methanol-based granules (LC₅₀ = 528.774 ppm; LT₅₀ = 57.3 hours), with moderate-to-low toxicity. These findings indicate that cocok bubu leaf extracts, particularly acetone-based, have potential as effective plant-derived larvicides. Further development of plant-based larvicides may offer safer alternatives to synthetic larvicides in vector control programs.