Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Analisis Penerapan K3 Pada Pembelajaran Praktek Di Bengkel Mesin Politeknik TEDC Nunik Ekawandani; Suharto Suharto
Surya Medika: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 15, No 2 (2020)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.478 KB) | DOI: 10.32504/sm.v15i2.372

Abstract

ABSTRACTBackground: Vocational college is one of the colleges that prepares students to become people who are ready to work or as people who can open their own jobs. Vocational learning prioritizes practice compared to theory, so that practical credits are greater than theory. With such conditions requires  attention to health and safety during work practice workshops, workshops or laboratories. Because the cause of accidents is due to unsafe environmental conditions and unsafe behavior. Students as actors in this practice are the first priority in occupational health and safety. This Study aims to occupational health and safety.Methods:The method used in this research was a description by distributing questionnaires to students. Results: From the results of distributing questionnaires, it was found that students did not understand the general K3 knowledge. Students' knowledge of K3 generally showed good results for students majoring in machines who did not understand K3. Likewise with the use of PPE in practical learning, the average student has shown good results.Conslusion: The results of data analysis from this questionnaire serve as a basic reference for institutions to further improve their K3 facilities and equipment.Keywords: vocational, practice, occupational health and safety
Pembuatan Penyedap Rasa Alami Berbahan Dasar Jamur untuk Aplikasi Makanan Sehat (Batagor) Yusi Prasetyaningsih; Myra Wardati Sari; Nunik Ekawandani
Eksergi Vol 15, No 2 (2018): Vol. 15 No.2 (2018)
Publisher : Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/e.v15i2.2383

Abstract

ABSTRAK: Makanan yang beredar di pasaran mengandung beberapa bahan tambahan pangan seperti penyedap, pemanis dan pengawet. Sebagian besar dari bahan tambahan pangan tersebut menggunakan bahan buatan seperti penyedap sintesis (MSG). MSG dapat diganti dengan penyedap alami yang memiliki kemiripan rasa. Jamur dikenal sebagai salah satu bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat penyedap rasa alami. Jamur dibuat dalam bentuk serbuk menggunakan alat pengering tipe tray dryer dengan udara pemanas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis jamur (jamur tiram dan jamur merang), laju alir udara pengering (0,0028 m3/s, 0,0056 m3/s, 0,0084 m3/s) dan suhu pengeringan (30oC, 40oC, 50oC) terhadap kadar air, kadar abu, kadar serat, kadar protein, lemak dan karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air serbuk jamur untuk semua variasi memenuhi SNI yang ditetapkan yaitu maksimum 12%. Analisis proksimat terbaik ditunjukkan pada suhu pengeringan 40oC yang menghasilkan kadar protein sebesar 26,4%, kadar lemak 0,9%, kadar karbohidrat 64,3%, kadar abu 2% dan kadar serat sebesar 6,5%. Variasi laju alir tidak terlalu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap uji analisis proksimat. Hasil organoleptik yang diujikan menggunakan serbuk jamur pada batagor menghasilkan penilaian jamur merang memiliki rasa gurih paling tinggi, sedangkan jamur tiram untuk aroma dan tekstur yang paling disukai.Kata Kunci: jamur, penyedap, tray dryer ABSTRACT: Healthy food is one of the important aspects of concern today. Most of these food additives use synthetic ingredients like Monosodium glutamate (MSG). Mushrooms are known as one of the ingredients that can be used to make natural flavorings.. Mushrooms are made in powder form using tray dryer. The purpose of this study was to determine the effect of types of mushroom (Pleurotus ostreatus and Volvariella volvacea), drying air flow rate (1 m/s, 2 m/s, 3 m/s) and drying temperature (30oC, 40oC, 50oC) to the water content, ash content, fiber content, protein, fat and carbohydrate content. The results showed that the moisture content of mushroom powder for all variations fulfilled the specified SNI that is maximum of 12%. The best proximate analysis was shown at a drying temperature of 40oC which resulted in protein content of 26.4%, fat content of 1.1%, carbohydrate content of 64.3 %, ash content of 2% and fiber content of 6.5%. The variation in flow rate does not significantly influence of proximate analysis. The organoleptic results tested using mushroom powder on batagor resulted in the highest tasteful of Pleurotus ostreatus, while Volvariella volvacea for the most preferred aroma and texture.Keywords: mushroom, flavoring, tray dryer
Pengaruh Penambahan Mikroorganisme Lokal (MOL) Dari Nasi Basi Terhadap Pupuk Organik Cair Cangkang Telur Nunik Ekawandani; Noer Halimah
Biosfer : Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi Vol 6 No 2 (2021): BIOSFER: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Unpas,

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/biosfer.v6i2.4944

Abstract

Sejak zaman dahulu sampai sekarang penggunaan pupuk masih kita jumpai, namun seiring berjalan nya waktu para petani lebih memilih menggunakan pupuk anorganik daripada pupuk organik. Hal tersebut lama-kelamaan akan menimbulkan efek negatif terhadap tanah serta tanaman. Penggunaan pupuk organik adalah salah satu cara menangani pencemaran tanah. Pupuk organik dapat berwujud cairan atau padatan dan berasal dari bahan organik, salah satu bahan organik yang dapat dijadikan pupuk organik adalah cangkang telur. Kandungan kalsium karbonat dalam cangkang telur dapat menetralkan pH tanah, sehingga banyak digunakan di bidang pertanian. Adapun pupuk organik lainnya yaitu Mikroorganisme Lokal (MOL). MOL merupakan mikroorganisasi yang terbuat dari bahan-bahan alami sebagai media berkembangnya mikroorganisme yang berfungsi untuk starter dalam pembuatan pupuk organik. Salah satu bahan yang biasa dipakai membuat MOL adalah nasi yang sudah tidak terpakai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan MOL terhadap kualitas pupuk organik cair berbahan dasar cangkang telur. Metode pembuatan pupuk organik adalah dengan cara fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian suhu rata-rata POC adalah 24,5oC, pH rata-rata POC adalah 4,2, kandungan C-Organik POC cangkang telur adalah 0,00000194% sedangkan POC/MOL adalah 0,00000228%, kandungan N POC cangkang telur adalah 0,001200% sedangkan POC/MOL adalah 0,001600%. Kata Kunci : pupuk organik, cangkang telur, limbah nasi, MOL, fermentasi.
SOSIALISASI DAN PELATIHAN SAFETY HOUSE DI KECAMATAN CIBOGO KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT Nunik Ekawandani; Firdhani Faujiyah; Avid Inang Rum
Abdimas Siliwangi Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : IKIP SILIWANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.735 KB) | DOI: 10.22460/as.v2i2p73-81.3001

Abstract

ABSTAKKesehatan dan keselamatan adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, baik dalam bekerja ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut memberikan dampak negatif bila tidak diperhatikan karena kesehatan dan kseselamatan memberikan rasa aman dan nyaman pada kita pada setiap kegiatan. Setiap pekerjaan atau tindakan selalu mempunyai risiko sekecil apapun, apalagi bila pekerjaan yang memang benar-benar mempunyai risiko yang tinggi seperti bekerja di bidang manufaktur atau di bidang migas. Kesehatan dan keselamatan di rumah tinggal pun tak kalah pentingnya, seorang ibu rumah tangga ataupun pembantu rumah tangga mempunyai risiko kegiatan yang tinggi seperti kegiatan di dapur adanya tabung gas, api  dari kompor yang menyala, minyak panas, alat rumah tangga bertenaga listrik, bahan kimia yang digunakan saat membersihkan kamar mandi, mencuci, obat anti serangga dan lainnya. Karena prinsipnya dalam K3 yang harus diamankan terlebih dahulu adalah lingkungannya (safe condition) barulah dilakukan pengamanan dalam tindakan (safe act). Kegiatan ini disajikan dalam bentuk workshop, praktik, diskusi, tanya jawab dan tugas mandiri. Hasil evaluasi kegiatan pada awal masih peserta masih sangat awam dengan istilah K3 atau safety house, namun setelah selesai kegiatan ini peserta dapat memahami dan menunjukan sikap safety di rumah dan lingkungan sekitar. Seperti halnya mereka dapat  mengidentifikasi berbagai macam bahaya dan mulai menata ulang kembali rumah tinggal mereka.ABSTRACTHealth and safety are important aspects of human life, both at work and in everyday life. This has a negative impact if it is not considered because health and safety provide us with a sense of security and comfort in every activity. Every job or action always has the slightest risk, especially if the work really does have a high risk such as working in manufacturing or in the oil and gas sector. Health and safety at home is equally important, a housewife or housemaid has a high risk of activities such as activities in the kitchen with gas cylinders, fire from burning stoves, hot oil, electric-powered household appliances, chemicals that used when cleaning bathrooms, washing, insect repellent and others. Because the principle in K3 that must be secured first is the environment (safe condition), then safeguards are carried out. This activity is presented in the form of workshops, practices, discussions, question and answer and independent assignments. The results of the activity evaluation at the beginning were that participants were still very unfamiliar with the term K3 or safety house, but after completing this activity the participants could understand and show safety attitudes at home and the surrounding environment. Just as they can identify various kinds of hazards and start rearranging their homes.
PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK (KUBIS DAN KULIT PISANG) DENGAN MENGGUNAKAN EM4 Nunik Ekawandani; Arini Anzi Kusuma
Jurnal TEDC Vol 12 No 1 (2018): Jurnal TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.536 KB)

Abstract

Sampah organik yang ada di Indonesia berasal dari pasar, rumah tangga, restoran dan hotel. Sampah organik merupakan sampah padat yang mudah membusuk dan menimbulkan bau yang sangat menyengat. Keberadaan sampah ini sangat mengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan. Keberadaan sampah ini tidak terlepas dari pola kecenderungan konsumsi masyarakat itu sendiri. Maka diperlukan pengelolaan sampah organik yang tepat. Dalam penelitian ini akan memanfaatkan sampah organik dari kubis dan kulit pisang, menjadi kompos. Pengomposan biasanya menggunakan cara konvensional, dimana dengan cara ini membutuhkan waktu cukup lama. Pengomposan dengan bantuan EM4 (Effective Microorganism) dapat mempercepat dalam pembuatan kompos dibandingkan dengan cara konvensional. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam waktu 20 hari kompos sudah dapat digunakan. Adapun kandungan kompos yang dihasilkan menunjukan kadar rasio C/N sebesar 18, kalium 2,11% dan fosfor 0,26% dengan sifat fisik kompos berwarna coklat kehitaman, berbau dan bertekstur seperti tanah dengan kadar air 13,98%, suhu 27oC dan pH 7. Kata kunci: sampah organik, kubis, kulit pisang, kompos, EM4
EFEKTIFITAS KOMPOS DAUN MENGGUNAKAN EM4 DAN KOTORAN SAPI Nunik Ekawandani
Jurnal TEDC Vol 12 No 2 (2018): Jurnal TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.94 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan EM4 dengan kotoran sapi dalam pembuatan kompos sampah organik. Kompos sendiri sangat bermanfaat sebagai pupuk alami. Petani di Indonesia masih banyak menggunakan pupuk kimia dalam perawatan tanaman pertanian mereka. Padahal bahan baku untuk membuat pupuk kompos ada disekitar mereka. Sekiranya perlu peran pemerintah dalam penggunaan bahan yang ramah terhadap lingkungan dan juga terhadap bahan pangan. Bahan pembuatan pupuk organik atau pupuk kompos berupa pemanfaatkan limbah pertanian, seperti jerami, daun-daunan, rumput, pupuk kandang, dan lain-lain. Pengomposan dapat di lakukan dengan mengunakan aktivator EM4 dan kotoran sapi. Hasil penelitian menunjukkan untuk kompos yang menggunakan aktivator EM4 mengandung P sebesar 0,12%, K sebesar 0,47% dengan rasio C/N 25, tidak memenuhi standar kompos SNI 197030-2004, sedangkan pupuk kotoran sapi mengandung P sebesar 0,21%, K sebesar 0,44%, dengan nilai rasio C/N 20, maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan pupuk kompos yang menggunakan kotoran sapi lebih memenuhi standar dibandingkan dengan aktivator EM4.
PENENTUAN MASA SIMPAN JAMUR MERANG (VOLVARIELLA VOLVACEA) TERHADAP KADAR AIR SEBAGAI BAHAN DASAR PENYEDAP RASA ALAMI Riyanti Romadhona; Nunik Ekawandani
Jurnal TEDC Vol 14 No 1 (2020): Jurnal TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.606 KB)

Abstract

Cita rasa pada makanan umumnya dihasilkan oleh suatu bumbu masak atau penyedap rasa. Salah satu alternatif untuk membuat penyedap rasa berbahan dasar alami adalah jamur merang. Jamur ini dikenal memiliki tingkat kegurihan paling tinggi dan mengandung kolesterol rendah juga dapat mencegah pertumbuhan sel kanker. Untuk memperpanjang masa simpan penyedap rasa dari jamur merang dibuat dalam bentuk serbuk dengan cara dikeringkan menggunakan Tray Dryer dengan suhu 40°C. Namun kendalanya serbuk jamur ini tidak dapat bertahan lama, sehingga dibutuhkan suatu cara untuk mengawetkannya, salah satunya dengan proses penyimpanan dengan berbagai macam kemasan, seperti alumunium foil, plastik polipropilen, plastik polietilen dan botol kaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendugaan umur simpan penyedap rasa jamur merang terhadap kadar air dengan penyimpanan menggunakan botol kaca, alumunium foil dan plastik polipropilen. Berdasarkan data hasil perhitungan kadar air pada sampel penyedap rasa jamur merang dengan suhu 25°C yang dikemas menggunakan botol kaca adalah konstan, yaitu 6,67%, sedangkan pada kemasan alumunium foil dan plastik polipropilen mengalami penurunan dari 13,33% menjadi 11,33%. Kata kunci : penyedap rasa, jamur merang, pengeringan, umur simpan, kadar air.
IDENTIFIKASI KADAR NATRIUM BENZOAT PADA BEBERAPA MEREK TEH KEMASAN, SAOS TOMAT DAN KECAP Yusi Prasetyaningsih; Nunik Ekawandani; Mohammad Fakhruddin
Jurnal TEDC Vol 11 No 1 (2017): Jurnal TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.445 KB)

Abstract

Bahan tambahan pangan seperti penyedap rasa, pemanis, pewarna dan pengawet masih banyak digunakanoleh masyarakat. Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan yaitu agar produk makanan mempunyaimasa simpan yang lebih lama. Bahan pengawet seperti natrium benzoat dapat digunakan pada tehkemasan, saos tomat dan kecap. Bahan pangan yang diberi pengawet natrium benzoat akan lebih tahanlama dibanding tanpa menggunakan pengawet. Natrium benzoat dengan rumus kimia C6H5COONamerupakan garam atau ester dari asam benzoat yang secara komersial dibuat dengan sintesis kimia.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar natrium benzoat pada teh kemasan, saos tomat dan kecapberbagai merk yang beredar di Kabupaten Bandung dengan menggunakan titrasi asam basa. Titrasi asambasa adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudahdiketahui konsentrasinya. Secara kuantitatif, kadar benzoat dalam teh kemasan merek Nu Green Tea adalah118,811 ppm, Frestea Guava 197,778 ppm dan Teh Gelas sebesar 217,314 ppm. Kadar natrium benzoatpada saos tomat bermerk Indofood sebesar 410,46 ppm, Belibis sebesar 527,73 ppm, dan Sasa sebesar498,41 ppm, sedangkan pada kecap merek Raos ECHO, HD dan Cap Cabe Rawit berturut-turut yaitu 34,7ppm, 81,4 ppm dan 44,3 ppm. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar benzoat pada semua sampeltersebut masih memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam SNI 01-0222-1995 yaitusebesar 600mg/kg untuk teh kemasan dan kecap serta tidak melebihi 1000 mg/kg untuk saos tomat.Kata Kunci: natrium benzoat, teh kemasan, saos tomat, kecap
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI PENGAWET ALAMI MAKANAN Dian Puspitasari; Nunik Ekawandani
Jurnal TEDC Vol 13 No 3 (2019): JURNAL TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.647 KB)

Abstract

Maraknya penggunaan formalin dan boraks sebagai pengawet pangan dengan tujuan agar makanan lebih awet dan untuk perbaikan tekstur membuat masyarakat menjadi resah. Bahan makanan yang biasanya ditambahkan pengawet berbahaya yaitu baso, mie basah, tahu, siomay, lontong, ketupat, pangsit, dan tahu. Penyalahgunaan ini memunculkan wacana untuk alternatif bahan-bahan pengawet yang aman bagi kesehatan, salah satunya kitosan. Kitosan banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri karena manfaatnya yang beragam. Salah satu manfaat dari kitosan yang membutuhkan tinjauan lebih lanjut adalah pemanfaatan limbah kulit udang sebagai pengawet alami makanan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa efektifnya kitosan untuk pengawetan tahu dan mengetahui pengaruh konsentrasi NaOH terhadap derajat deasetilasi yang dihasilkan. Kualitas kitosan terukur dari besarnya nilai derajat deasetilasi. Proses deproteinasi dengan larutan NaOH 3,5% w/v pada suhu 65ºC selama 2 jam dan proses demineralisasi dengan larutan HCl 1N dalam suhu kamar selama 1 jam. Proses deasetilasi dilakukan dengan memanaskan kitin pada masing – masing larutan NaOH 30%, 40%, 50%, 60% pada suhu 100ºC selama 4 jam. Pada Penelitian ini menunjukan bahwa derajat deasetilasi untuk konsentrasi NaOH 30%, 40%, 50%, 60% yaitu 39,33%, 411,73%, 48,638%, dan 55,19%. Total bakteri untuk rendaman dengan kitosan dapat menekan pertumbuhan bakteri. Kata kunci : kitosan, derajat deasetilasi, pengawet makanan, limbah kulit udang
ANALISIS RISIKO PAPARAN ISOPROPANOL PADA PEKERJA OFFSET PRINTING Nunik Ekawandani
Jurnal TEDC Vol 10 No 3 (2016): Jurnal TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.106 KB)

Abstract

Pelarut di industri percetakan merupakan bahan kimia yang paling sering digunakan baik sebagai bahan pencampur maupun pencuci. Jenis pelarut yang digunakan di industri percetakan tersebut salah satunya adalah isopropanol. Isopropanol adalah cairan yang mudah menguap, dengan kelarutan yang tinggi dalam air dan pelarut organik. Hal ini mengakibatkan jalur paparan isopropanol yang paling utama adalah melalui rute inhalasi. Efek yang ditimbulkan dari isopropanol dapat menyebabkan efek neurologis dan toksisitas ginjal kronis. Studi ini membahas mengenai analisis risiko pengaruh paparan isopropanol melalui inhalasi terhadap pekerja percetakan di kawasan percetakan Pagarsih, Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi paparan isopropanol dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi paparan isopropanol pada pekerja percetakan offset. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi cross sectional. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 30 responden terpapar dan 10 responden kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampling konsentrasi isopropanol di udara, dengan metode NIOSH 1400 issue 2. Pengambilan sampel di udara dilakukan dengan personal sampler pump dengan absorber berupa karbon aktif (coconut shell charcoal). Hasil sampling kemudian dianalisa dengan menggunakan Gas Chromatography, Flame Ionization Detector (GC-FID). Hasil pengukuran konsentrasi rata-rata isopropanol di udara adalah 237,5317 ppm. Biomarker paparan isopropanol dilakukan melalui pengukuran kristal oksalat dalam urin. Hasil analisis kristal oksalat pada urin menunjukan persentase sebesar 23,33% pada rentang kuantitas kristal oksalat 1-5 LPK; 43,33% pada rentang hasil 5-10 LPK; 26,67% pada rentang hasil 10-30 LPK, dan 6,67% pada rentang hasil >30 LPK. Dari hasil uji statistik menggunakan regresi logistik multinomial, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kristal oksalat dalam urin adalah konsentrasi isopropanol di udara, penggunaan alat pelindung diri (masker) dan faktor usia pekerja.