Zuraida Hanum
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Sistem Pengembangan Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau di Provinsi Aceh Rahmat Fadhil; Zuraida Hanum; Muhammad Yunus
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 26 No. 4 (2021): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.26.4.569

Abstract

Cow/buffalo-business insurance (AUTS/K) is a form of risk mitigation for livestock businesses run by farmers. Various risks that are often occurred include livestock death, natural disasters, disease outbreaks, and livestock theft. If not handled properly, it can threaten the sustainability of this business, especially the small-scale livestock-business sector. This study aimed to formulate a developing system of cattle/buffalo-livestock insurance using the soft-systems methodology (SSM) approach. This research was conducted in Aceh Province from December 2020 to February 2021 using an expert survey by collecting data and information through parties who have competence or expertise in the field being studied. The development of this insurance system can be said to be an effort to improve and a solution to any problems currently being experienced in the implementation of AUTS/K. The result of improvements includes optimizing the roles of each party involved and program innovation to intensify AUTS/K products among breeders. The results showed that the SSM approach could describe the problem well and form a conceptual model for the AUTS/K system in Aceh province. Improvements to policies, assistance, and promotion systems are recommended as solutions to the problems related to livestock-insurance system implemented. Keywords: breeders, conceptual model, insurance system, soft-systems methodology, syariah insurance
Kefir Susu Kambing dengan Penambahan Ekstrak Etanol Kembang Telang (Clitoria ternatea) Berpotensi Kuat sebagai Antioksidan dan Antibakteri Zuraida Hanum; Cut Aida Fitri; Yurliasni Yurliasni
Jurnal Veteriner Vol 22 No 3 (2021)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.296 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.3.406

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat kembang telang (Clitoris ternatea) pada fermentasi kefir susu kambing sebagai antioksidan dan antibakteri penyebab jerawat, Proponibacterium acnes. Kembang telang yang digunakan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 50 °C selama delapan jam dan selanjutkan dilakukan perendaman di dalam larutan etanol 97% dengan metode maserasi diulang sebanyak tiga kali. Hasil maserasi diektraksi dan dianalisis kandungan fitokimia serta aktivitas antioksidan. Perlakuan kefir susu kambing dengan penambahan ekstrak etanol kembang telang, diamati nilai antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot Design yang terdiri dari dua faktor. Faktor A, ekstrak kembang telang (2,5% dan 5%), Faktor B, penambahan kefir (2,5%, 5%, dan 7,5%), sehingga terdapat enam kombinasi perlakuan yang masing-masing terdiri dari tiga ulangan, sehingga diperoleh 18 unit satuan percobaan pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komponen fitokimia dari kembang telang terdiri dari alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid, steroid, Tannin. Komponen fitokimia yang diperoleh memperlihatkan potensi kembang telang sebagai antibakteri dan antioksidan. Kandungan aktivitas antioksidan pada kembang telang termasuk dalam kategori kuat sebanyak 97%. Nilai antioksidan tertinggi dari penggunaan 2,5% ekstrak etanol kembang telang dan 2,5% persen kefir sebesar 73%. Nilai antibakteri berkisar antara 8,17 mm-9,50 mm dan digolongkan kategori penghambatan yang kuat > 6 mm. Nilai antibakteri tertinggi diperoleh dari penambahan 2,5% ekstrak etanol kembang telang dan 5% persen kefir. Simpulan dari penelitian ini, penambahan kembang telang pada kefir susu kambing berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri P. acnes.
Potensi Madu dalam Meningkatkan Kualitas Minuman Kefir Yurliasni Yurliasni; Zuraida Hanum; Ridha Hikmawan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak (JITEK) Vol. 14 No. 1 (2019)
Publisher : Faculty of Animal Science Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.954 KB) | DOI: 10.21776/ub.jitek.2019.014.01.6

Abstract

Suatu penelitian telah dilakukan tentang manfaat madu sebagai salah satu senyawa yang dapat meningkatkan kualitas kefir. Tujuannya adalah ingin mengetahui pengaruh penambahan madu tehadap kualitas kefir sebagai minuman yang bersifat terapeutik. Rancangan Acak lengkap pola faktorial digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari dua faktor masing-masing faktor A adalah persentase starter yang terdiri dari     2 level yaitu 7,5 dan 15%, faktor B adalah persentase madu yang terdiri dari  3 level yaitu  0, 4 dan 8%  serta setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati antara lain pH, kadar protein dan kadar antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan madu berpengaruh sangat nyata P (<0.01) terhadap pH kefir dan kadar  protein serta meningkatkan kadar antioksidan. Terdapat interaksi antara persentase starter dan madu pada level  masing-masing 15 %  dan 4 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan madu mampu menigkatkan nilai pH pada kisaran 3,60 sampai 3,77, pada level starter 7,5 dan 4 % madu. Interaksi antara level starter dan madu berpengaruh terhadap kadar protein,  dan  terjadi peningkatan kadar antioksidan pada penambahan madu 4%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa madu merupakan bahan yang sangat potensial dalam meningkatkan kualitas kefir sebagai minuman fermentasi pada level 15% starter dan 4% madu
Pengembangan eco enzyme berbasis limbah organik melalui penerapan eco community (Development of eco enzyme based on organic waste through application of eco community) Zuraida Hanum; Yurliasni Yurliasni; Sitti Wajizah; Zahratul Aini; Mira Delima
Buletin Pengabdian Vol 2, No 2 (2022): Bull. Community. Serv.
Publisher : The Institute for Research and Community Services (LPPM) Universitas Syiah Kuala (USK)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/bulpengmas.v2i2.26681

Abstract

Application of the 3Rs in the form of reuse, reduce, and recycle organic waste is the best program in environmental conservation, because it prioritizes the treatment of organic waste from its source. One form of recycling market organic waste by its utilization in the form of Eco Enzyme (EE). The treatment of market organic waste had been carried out by Dayah Baitul Qur'an to gain self-supporting funds for Dayah's operational necessity by producing and marketing EE products. The training covered several activities, mainly increasing knowledge (cognitive aspect) and changing habits (affective aspect) and practices (psychomotor aspect). The degree of understanding measurement was carried out by pre-test and post-test using the Likert scale. Based on pre-test results, the lowest score of 4 and the highest 9, with the modus value of 6 (31.25%) and the average value was 59.38%, classified as a moderate degree of understanding on the Likert scale. The post-test resulted in the lowest score of 7 and the highest 10, with the modus value of 10 (62.50%) and the average value was 93.33%, classified as an excellent degree of understanding on the Likert scale. Based on the activity results, it can be concluded that the Eco Enzyme Service based on organic waste increases public understanding of waste management and the economic benefits of organic waste treatment.
Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kualitas Sosis Salami (Sosis Fermentasi) Ayam Afkir Hidayatus Salami; Ria Febryanti; Zuraida Hanum
Jurnal Agripet Vol 24, No 1 (2024): Volume 24, No. 1, April 2024
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v24i1.23382

Abstract

ABSTRAK. Penelitian Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kualitas Sosis Salami (Sosis Fermentasi) Ayam Afkir ini bertujuan untuk melihat kualitas sosis Salami (sosis fermentasi) dengan lama fermentasi 0 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah daging ayam afkir (ayam ras petelur yang sudah tidak produktif), bakteri Lactobacillus plantarum , tepung tapioka, tepung maizena, tepung Isolat Protein Kedelai (ISP), garam, lemak daging, minyak makan, telur, bawang putih. Persentase bakteri Lactobacillus plantarum yang digunakan untuk setiap perlakuannya sama. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, 4 perlakuan tersebut yaitu (P0= kontrol atau tanpa fermentasi, P1= fermentasi 1 hari, P2= fermentasi 2 hari, P3= fermentasi 3 hari. Peubah yang diamati adalah pengukuran pH, pengujian Total Plate Count (TPC), pengujian total asam, dan pengujian kadar protein. Hasil penelitian berdasarkan analisis uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pengaruh lama fermentasi sosis salami menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata P0,01 terhadap nilai pH, total bakteri (TPC), dan total asam sosis Salami, serta berpengaruh nyata P0,05 terhadap nilai protein sosis Salami. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan perlakuan P2 (lama fermentasi 48 jam) merupakan hasil terbaik secara keseluruhan dilihat dari nilai pH (5,08), total plate count (8,33), total asam(8,77) dan kandungan protein (15,29).(The effect of fermentation long on the quality of afkir chicken salami sauces (fermentation sausage))ABSTRACT. The study of the Effect of Fermentation Time on the Quality of Chicken Salami Sausage (Fermented Sausage) aims to see the quality of Salami sausage (fermented sausage) with a fermentation time of 0 hours, 24 hours, 48 hours, 72 hours. The research was conducted at the Meat Processing Science and Technology Laboratory, Milk Processing Science and Technology Laboratory, and Nutrition and Feed Processing Science, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, Universitas Syiah Kuala. The materials used in this study were rejected chicken meat (layers that are no longer productive), Lactobacillus Plantarum bacteria, tapioca flour, cornstarch, ISP flour (soy flour), salt, meat fat, edible oil, eggs, garlic. The percentage of Lactobacillus Plantarum bacteria used for each treatment was the same. This study used a completely randomized design (CRD) with unidirectional pattern with 4 treatments and 4 replications, the 4 treatments were (P0= control or no fermentation, P1= 1 day fermentation, P2= 2 days fermentation, P3= 3 days fermentation). The observed variables were pH measurement, TPC testing, total acid testing, and protein content testing. The results of the study based on analysis of variance test showed that the treatment of the effect of the duration of fermentation of salami sausage showed a very significant effect P 0.01 on the pH value, total bacteria (TPC), and total acid of Salami sausage, and had a significant effect of P 0.05 on the protein value of Salami sausage.
Measurement of Stress Levels in Pre- and Post-Slaughter Cattle at Tanah Merah Slaughterhouse Samarinda, East Kalimantan Province, Indonesia Ari Wibowo; Suhardi Suhardi; Anhar Faisal Fanani; Veronica Wanniatie; Zuraida Hanum
Jurnal Agripet Vol 23, No 2 (2023): Volume 23, No. 2, Oktober 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i2.31183

Abstract

ABSTRACT. The heightened demand for domestic beef has emerged in response to an expanding populace and heightened public interest in meat consumption. The principal objective of this investigation was to assess cardiac activity, as inferred from heart rate data, through the application of rigorous statistical methodologies and meticulous sampling techniques. The study comprised 70 Bali cattle sourced from the Samarinda Slaughterhouse (RPH), with statistical analysis facilitated by the utilization of the Z Test. Examination of the heart rate data indicated a notable degree of variability. Upon conducting the Z Test, a statistically significant finding was ascertained with p0.05, signifying the acceptance of H1. This, in turn, signified that the heart rate data exhibited an elevation in stress levels. Conversely, H0 was categorically refuted, implying an absence of heightened heart rate between the enclosure environment and the site of slaughter. Further observations centered on urination and defecation within the sample, yielding an average incidence of 11.425% amongst the 70 Bali cattle, serving as an indicator of stress or discomfort. The evaluation of stress levels in cattle within the Tanah Merah Samarinda Animal Slaughterhouse, situated in East Kalimantan, corroborated a significant surge in stress during the transition of cattle from the enclosure zone to the slaughter and dispersal area. This phenomenon is attributed to the deficiency in knowledge among stockpersons concerning optimal livestock handling and the principles of animal welfare.(Pengukuran tingkat stres pada sapi pra dan pasca penyembelihan di rumah potong hewan Tanah Merah Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia)ABSTRAK. Permintaan yang meningkat untuk daging sapi dalam negeri muncul sebagai respons terhadap pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan minat publik yang tinggi dalam konsumsi daging. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai aktivitas jantung, seperti yang disimpulkan dari data denyut jantung, melalui penerapan metodologi statistik yang ketat dan teknik pengambilan sampel yang cermat. Penelitian ini melibatkan 70 ekor sapi Bali yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) Samarinda, dengan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Uji Z. Pemeriksaan data denyut jantung mengindikasikan tingkat variasi yang signifikan. Setelah melakukan Uji Z, temuan yang signifikan secara statistik ditemukan dengan p0,05, menunjukkan penerimaan H1. Ini, pada gilirannya, menunjukkan bahwa data denyut jantung menunjukkan peningkatan tingkat stres. Sebaliknya, H0 secara tegas ditolak, mengimplikasikan ketiadaan peningkatan denyut jantung antara lingkungan kandang dan lokasi pemotongan. Pengamatan lebih lanjut terkait dengan buang air kecil dan buang air besar dalam sampel menghasilkan insiden rata-rata sebesar 11,425% dari 70 ekor sapi Bali, yang berfungsi sebagai indikator stres atau ketidaknyamanan. Evaluasi tingkat stres pada sapi di Rumah Potong Hewan Tanah Merah Samarinda, yang terletak di Kalimantan Timur, mengkonfirmasi peningkatan signifikan dalam stres selama proses pemindahan sapi dari zona kandang ke area pemotongan dan penyebaran. Fenomena ini dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan di antara peternak tentang penanganan ternak yang optimal dan prinsip kesejahteraan hewan.
Aktivitas Antioksidan dari Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) sebagai Minuman Kesehatan Zuraida Hanum; Zikri Maulina Gaznur; Zahratul Aini; Ari Wibowo
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.28380

Abstract

ABSTRACT. Proses pasteurisasi membuat susu hanya dapat disimpan hingga 5 hari, sehingga diperlukan teknik pengawetan dan pengolahan lainnya untuk memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi. Tujuan penelitian ini adalah memperpanjang masa simpan dari susu sapi pasteurisasi dengan penambahan bahan alam berupa ekstrak kayu manis dilihat dari aktivitas antioxidant. Ekstrak kayu manis yang ditambahkan pada susu pasteurisasi sebanyak 1 %. Ekstrak kayu manis diperoleh dengan metode maserasi dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan penyimpanan (0 hari, 5 hari, 7 hari, 9 hari, dan 11 hari), setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang dihitung meliputi uji storch, Total Plate Count nilai pH, dan nilai antioksidan (IC50). Hasil pengamatan menunjukkan nilai storch pada susu pasteurisasi yang mengindikasikan kesempurnaan susu pasteurisasi dengan hasil pemanasan yang sempurna, nilai TPC masih dalam standar normal pertumbuhan mikroba sampai dengan hari ke 7, nilai pH normal sampai dengan hari ke 7 dan nilai antioksidan mengindikasikan bahwa penambahan 1% ekstrak kayu manis mampu mempertahankan nilai antioksidan dengan kategori sangat kuat. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian susu pasteurisasi dengan penambahan 1% ekstrak kayu manis memiliki daya antioksidan yang kuat dan memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi hingga hari ke 7.(The antioxidant activity of pasteurized milk with the addition cinnamon (Cinnamomum burmannii) as healthy drink)ABSTRAK. The pasteurization process makes milk only be stored for 5 days, so preservation and other processing techniques are needed to extend the shelf life of pasteurized milk. The purpose of this research was to extend the shelf life as antioxidant activity. of pasteurized cow's milk with the addition of natural ingredients in the form of cinnamon extract. The cinnamon extract added to pasteurized milk as much as 1%. The cinnamon extract was obtained by maceration method and concentrated using a rotary evaporator. This study used a completely randomized design (CRD) consisting of 5 storage treatments (0 day, 5 days, 7 days, 9 days and 11 days), each treatment was repeated 4 times. The calculated parameters include Storch test, Total Plate Count pH value, and antioxidant value (IC50). The results showed that the storch value in pasteurized milk indicated the perfection of pasteurized milk with perfect heating results, the TPC value was still within the normal standard for microbial growth up to day 7, normal pH value up to day 7 , and antioxidant value indicated that the addition of 1% extract cinnamon is able to maintain antioxidant value with a very strong category. The conclusions obtained from research on pasteurized milk with the addition of 1% cinnamon extract has strong antioxidant power and extends the shelf life of pasteurized milk up to the 7th day.
Pengaruh Perbedaan Suhu Pemanasan terhadap Aktivitas Antibakteri Susu Kambing Fermentasi Menggunakan Lactobacillus Plantarum Zuraida Hanum; Yurliasni Yurliasni; Sitti Wajizah; Juanda Juanda
Jurnal Agripet Vol 19, No 2 (2019): Volume 19, No. 2, Oktober 2019
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v19i2.14330

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh suhu pemanasan yang berbeda terhadap aktivitas antibakteri susu kambing fermentasi menggunakan starter Lactobacillus plantarum. Bakteri uji yang digunakan berasal dari golongan Enterobacteriaceae yaitu Escherichia coli dan Salmonella.sp. Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor A adalah suhu pemanasan, yaitu a1 (suhu pemanasan 72C), a2 (suhu pemanasan 121C) dan faktor B adalah level penambahan Lactobacillus plantarum yaitu perlakuan b1 (Lactobacillus plantarum 2,5%), b2 (Lactobacillus plantarum 5%), b3 (Lactobacillus plantarum 7,5%), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi dari suhu pemanasan yang berbeda dan penambahan L. plantarum pada susu kambing berpengaruh nyata terhadap kadar asam laktat dan daya hambat pada Salmonella sp, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap E. coli. Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh suhu pasteurisasi dengan penambahan 7.5 % L.plantarum merupakan nilai terbaik dalam menghambat Salmonella dan E..coli.(Effect of different heating temperature on antibacterial activity of goat milk fermented with Lactobacillus Plantarum)ABSTRACT.This study aimed to determine the effect of the different heating temperatures on inhibitory activity of fermented goat's milk with Lactobacillus plantarum. The test bacteria used were Enterobacteriaceae, namely Escherichia coli and Salmonella.sp.The design applied is CFD (Completely Randomized Design) consisting of 2 factors, namely factor A heating temperature with two levels a1 (72C), a2 (121C) and factor B is the level of Lactobacillus plantarum addition by three levels, namely b1 (Lactobacillus plantarum 2.5%), b2 (Lactobacillus plantarum 5%), b3 (Lactobacillus plantarum 7.5%), and the treatments were repeated 3 times. The results showed that different heating temperature and level of L. plantarum added in fermented goat milk significantly affected the levels of lactic acid and inhibitory power on Salmonella sp, but not on E. coli. In conclusion is different heating temperatures and addition of L. plantarum on goat milk at significantly affected on inhibitory power on Salmonella sp, but not on E. coli. The results obtained pasteurisasi with 7.5% L.plantarum could be applied.
Kemampuan Antibakteri Susu Fermentasi terhadap Escherichia coli dan Shigella Zuraida Hanum; Rastina Rastina; Veronica Wanniatie
Jurnal Agripet Vol 17, No 1 (2017): Volume 17, No. 1, April 2017
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v17i1.6572

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan starterLactobacillus plantarumpada konsentrasi 3%, 4% dan 5% dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu kamar. Pengamatan terhadap susu fermentasi dilakukan selama 8 hari. Uji antibakteri ini dilakukan untuk melihat apakah susu fermentasi tersebut mampu menekan pertumbuhan patogen enterobakteri. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas penghambatan mikroba dari susu fermentasi terhadap bakteri patogen dengan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kemampuan susu fermentasi sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan Shigella flexneri terjadi pada jumlah sel sebanyak (106CFU/ml) di dalam nutrient agar. Fermentasi susu menggunakan konsentrasi 5% starter memperlihatkan luas zona hambat tertinggi yaitu 17.42 mm terhadap E. coli pada hari kedua. Sedangkan terhadap Shigella flexneri luas zona penghambatan sebesar 8.88 mm pada hari ketiga dengan konsentrasi starter yang sama.(The antibacterial ability of fermented milk to escherichia coli and shigella flexneri)ABSTRACT. The study was performed using Lactobacillus plantarum as starter at concentrations of 3%, 4% and 5% and incubated for 48 hours at room temperature. Observation of fermented milk conducted for 8 day. The antibacterial activity test was analyzed to find whether fermented milk able to inhibit pathogen growth. The antibacterial ability of suppressing of Enterobacteriaceae growth observed by using Escherichia coli and Shigella flexneri (106 CFU/ml) in Nutrient Agar and challenge to fermented milk using 3%, 4% and 5% starter or about (50 l/well). Further testing of microbial inhibitory activity of fermented milk against pathogenic bacteria conducted by three replications. The data obtained were analyzed statistically using ANOVA. The results showed that the ability of fermented milk as antibacterial on Escherichia coli and Shigella flexneri occurred in the amount of sell as much as (106 CFU / ml) when it grown in nutrient agar. As a conclusion, fermented milk using a 5% starter showed that the highest inhibition zone of 17.42 mm to E. coli on the second day observation. While inhibition zone of Shigella flexnerii was 8.88 mm on the third day with the same starter concentration.
Kualitas Susu Pasteurisasi Komersil Zuraida Hanum; Veronica Wanniatie
Jurnal Agripet Vol 15, No 2 (2015): Volume 15, No. 2, Oktober 2015
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v15i2.2724

Abstract

(The quality of commercial pasteurized milk)ABSTRACT. Pasteurized milk is processed milk through heating process at temperatures below its boiling point, therefore it still has the form and flavor of fresh milk. The quality of pasteurized milk is depend on the condition of processing and post pasteurization. Staphylococcus aureus is an indicator of milk hygiene. Ninety eight pasteurized milk samples from seven brands were collected in Jakarta and Bogor. Parameters observed were milk composition and the amount of Staphylococcus aureus in milk. The results showed that the pasteurized milk compositions (fat, protein and dry matter) were in accordance with the composition attached of the products label in SNI No.01-3951-1995 Moreover, we found that 71.4% of the samples containing Staphylococcus aureus above the milk quality standard ( 1.2 x 101 cfu/ml) according to SNI No. 01-6366-2000.