safrina dyah hardiningtyas
1Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat Telepon (0251) 8622909, 8622907, Faks. (0251) 8622907

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Karakteristik papain soluble collagen gelembung renang ikan manyung dengan variasi praperlakuan alkali dan rasio ekstraktan: Characterization of papain-soluble collagen from swim bladder sea catfish with variations in alkali pretreatment and extractant ratio Rahmadiana Utami; Wini Trilaksani; Safrina Dyah Hardiningtyas
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 27 No 3 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(3)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i3.49968

Abstract

Kolagen merupakan biomaterial penting pada beberapa industri di Indonesia, namun pemenuhan kebutuhannya masih mengandalkan impor. Transformasi hasil samping gelembung renang ikan manyung (Arius thalassinus) sebagai sumber kolagen. Optimalisasi proses ekstraksi kolagen menjadi penting diteliti dalam meningkatkan rendemen. Faktor ekstraksi yang memengaruhi antara lain waktu pra-perlakuan alkali dan rasio sampel dan ekstraktan. Penelitian ini bertujuan menentukan waktu perendaman alkali terbaik dalam menghilangkan protein non-kolagen dan mengevaluasi pengaruh perbedaan jenis alkali pada pra-perlakuan serta rasio sampel dan ekstraktan dalam menghasilkan kolagen gelembung renang ikan manyung. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pertama penentuan waktu perendaman terbaik dalam larutan alkali (KOH), dan kedua ekstraksi papain soluble collagen selama 48 jam dengan variasi alkali (KOH dan NaOH 0,05 M) dan rasio sampel dan ekstraktan (1:10;1:20;1:30 b/v). Ekstraktan yang digunakan adalah enzim papain 5.000 U/g dalam asam asetat 0,5 M. Parameter yang dianalisis meliputi proporsi ikan, proksimat, asam amino, konsentrasi protein, rendemen, stabilitas termal, gugus fungsi, berat molekul, dan zeta potensial. Hasil menunjukkan bahwa gelembung renang ikan manyung memiliki proporsi 4,08%, kadar protein 33,58±0,11%, asam amino penciri prolina 29,2 mg/g, alanina 28,9 mg/g dan hidroksiprolina 18,18 mg/g. Waktu perendaman terbaik dalam larutan KOH adalah 6 jam. Perlakuan terbaik untuk ekstraksi papain soluble collagen yakni menggunakan pra-perlakuan alkali menggunakan NaOH selama 6 jam dengan rasio sampel dan ekstraktan 1:20 (b/v). Rendemen kolagen yang diperoleh sebesar 35,31±0,65% dengan karakteristik gugus amida (A, B, I, II, III), pola elektroforesis (α1,α2, β), suhu transisi maksimum 33,06°C dan zeta potensial +32 mV.
Potency of Cellulolytic Bacteria in Ulva lactuca from Ujung Genteng Beach, Sukabumi, Indonesia Pari, Rizfi Fariz; Hardiningtyas, Safrina Dyah; Supraba, Ranula
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 12 No. 2 (2023): JUNE
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jmcs.v12i2.46102

Abstract

Fishery Ulva lactuca is a potential green seaweed species that causes green tides and has not been utilized. U. lactuca has the potency to attract cellulolytic bacteria due to its high carbohydrate content. U. lactuca is commonly found on the southern seacoast of Java Island, one of which is Ujung Genteng Beach, Sukabumi, Indonesia. In this research, we investigated the potential of cellulolytic bacteria from U. lactuca. Sources of bacteria are coming from the environment, the surface of the seaweed, and inside the seaweed (endophytes). To be able to determine the origin of the potential bacteria, the total plate count (TPC) was calculated with treatment without washing, washing with distilled water, and washing with a combination of distilled water and alcohol. From these bacteria, cellulolytic activity was tested using CMC media and morphological characterization. The most bacteria were found in the treatment without washing, as much as 7.48 Log Cfu/ml. The washing process reduced the TPC to 5.88 and 5.7 Log Cfu/ml in the treatment of washing with distilled water and washing with a combination of distilled water and alcohol, so that endophytic bacteria were obtained. The bacterial isolate with the highest cellulolytic potential was UW 1(1)1 5A1 from the non-washing treatment with a cellulolytic index of 2.25. These Gram-positive bacteria were in the form of filamentous lobates with a matte cream color with cocci-shaped cells. Meanwhile, the potential endophytic bacteria were Gram-positive coccus bacteria UW 3(1)1.2 with a cellulolytic index of 0.85. Both isolates have the potency to degrade cellulose.
Karakteristik kimia, mikrob dan daya terima kukis sagu yang diperkaya Spirulina dan rumput laut: Sago cookies enriched with Spirulina and seaweed: chemical, microbial characteristics, and acceptability Pari, Rizfi Faris; Setyaningsih, Iriani; Ramadhan, Wahyu; Tarman, Kustiariyah; Hardiningtyas, Safrina Dyah; Nurhayati, Tati; Desniar, Desniar; Uju, Uju; Aini, Khusnul
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 27 No 9 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(9)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i9.44664

Abstract

Kukis merupakan makanan ringan bergluten yang digemari banyak kalangan, dengan kandungan serat dan protein yang rendah. Peningkatan kualitas kukis dengan mengganti terigu menjadi tepung sagu, penambahan Spirulina dan rumput laut merah Eucheuma cottonii dapat mengurangi kadar gluten, meningkatkan kandungan protein dan serat, serta meningkatkan daya tarik. Tujuan penelitian ini menentukan pengaruh penambahan E. cottonii terhadap mutu kukis sagu Spirulina berdasarkan karakteristik kimia, mikrob dan daya terima. Kukis dibuat dengan mencampurkan bahan menggunakan metode creaming (margarin dan gula), whisking (penambahan kuning telur) dan all in (penambahan tepung sagu, Spirulina dan rumput laut). Kukis diuji proksimat, total plate count (TPC), aktivitas air (aw), senyawa bioaktif, angka kecukupan gizi (AKG) dan uji hedonik. Hasil analisis kimia kukis menunjukkan kandungan air dan serat kasar meningkat sebesar 4,32% dan 0,56%. Hasil TPC dalam batas aman berdasarkan SNI (<105). Kukis tergolong makanan kering dengan aw 0,5 dan mengandung senyawa aktif flavonoid, steroid dan saponin. Hasil perhitungan AKG, konsumsi sebanyak 15 g kukis menghasilkan energi total 76 kkal. Hasil penilaian hedonik menunjukkan kukis dengan penambahan E. cottonii dan Spirulina dapat diterima. Secara keseluruhan, penambahan rumput laut dan Spirulina pada kukis meningkatkan gizi dan dapat diterima oleh panelis.
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Warga Desa Babakan melalui Pelatihan Pembuatan Cookies Spirulina Iriani Setyaningsih; Kustiariyah Tarman; Safrina Dyah Hardiningtyas; Rizfi Faris Pari; Desniar; Uju Uju; Wahyu Ramadhan; Tati Nurhayati
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 10 No. 1 (2024): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.10.1.76-84

Abstract

Cookies are dry cakes made with flour as the primary baking ingredient. Spirulina platensis was rich in protein, amino acids, glycoproteins, essential fatty acids, polysaccharides, and beta-carotene. Therefore, using sago flour combined with spirulina and seaweed in cookies can increase the nutritional value and produce gluten-free cakes. This training aims to increase knowledge about spirulina, packaging, and product marketing strategies and the skills of Babakan village residents by providing training on making spirulina cookies. This community service activity was conducted by counseling and training on making spirulina cookies in Babakan Village, Dramaga. Counseling activities were carried out to increase knowledge about the potential of spirulina, good packaging, and product marketing strategies, as well as training on making spirulina cookies to improve the skills of Babakan village residents. There were 18 training participants: Family Welfare Empowerment administrators and members. Pre-tests and post-tests were carried out before and after the training activities regarding the topic provided by the speakers. The achievements of the training activities were seen from an increase in post-test results, which was 60% answered correctly compared to only 40% for the pre-test. The evaluation results of the participant's acceptance of training topics and training speakers had an average of 58 to 69%, respectively, perfect. While the participants's assessment of the training facilities and consumption had an average of 50%, they were good.
Potensi Mangrove (Rhizophora mucronate) Sebagai Tisane yang Kaya Fenol Dan Antioksidan Hardiningtyas, Safrina Dyah; Purwaningsih, Sri; Alam, M. Sastra; Sinulingga, Fahri
Akuatika Indonesia Vol 9, No 2 (2024): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v9i2.48695

Abstract

Rhizophora mucronata (R. mucronata) merupakan jenis mangrove yang banyak dijumpai di Indonesia. Daun, buah dan bunga R. mucronata diketahui mengandung komponen bioaktif sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tisane atau teh herbal. Kandungan fenol dan aktivitas antioksidan tisane dari beberapa bagian R. muconata masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan menentukan komponen kimiawi serta aktivitas antioksidan yang terkandung dalam tisane daun, bunga dan buah R. mucronata. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan bagian meliputi daun, bunga dan buah dengan tiga kali ulangan. Metode penelitian meliputi karakterisasi komponen kimiawi daun, bunga dan buah, antara lain proksimat, logam berat, dan fitokimia; ekstraksi komponen bioaktif, serta analisis total fenol dan aktivitas antioksidan ekstrak R. mucronata. Ketiga bagian tanaman R. mucronata dikeringkan dengan menggunakan dehydrator suhu 50 ºC, kemudian diekstraksi dengan maserasi menggunakan air panas suhu ±100 ºC selama 1 jam untuk memperoleh bioaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun, bunga dan buah R. mucronata memiliki kandungan logam berat dibawah standar SNI teh kering dalam kemasan dan aman untuk dikonsumsi. Ekstrak bunga memiliki aktivitas antioksidan tertinggi 55,21±5,156 mg asam askorbat/g ekstrak dan total fenol tertinggi 2,44±0,354 mg/g. Terdapat korelasi positif antara aktivitas antioksidan dan total fenol. Kandungan senyawa bioaktif pada ekstrak bunga yaitu fenol, saponin, flavonoid, tanin dan triterpenoid.
Purification of Phycocyanin from Spirulina platensis Using Natural Deep Eutectic Solvents with Varied Hydrogen Bond Donor Eirene Tentua; Safrina Dyah Hardiningtyas; Iriani Setyaningsih
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 17 No. 1 (2025): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.vi.54788

Abstract

Graphical Abstract  Highlight Research NaDES-based purification offers a sustainable and cost-effective method for extracting phycocyanin from Spirulina platensis. ChCl:Citric Acid (NaDES) achieved 2.3-fold purity (71.83%), surpassing ammonium sulfate precipitation (70.15%). Phycocyanin retained its structural integrity, with enhanced antioxidant activity (IC50 = 40.54 ppm) post-purification. The aqueous two-phase system (ATPs) efficiently separated impurities, improving extraction scalability. This method supports applications in nutraceuticals, cosmetics, and functional food industries as a green alternative.     Abstract Phycocyanin, a pharmacologically potent blue pigment extracted from Spirulina platensis, requires optimal purity for effective utilization. Traditional purification methods, although effective, are impeded by time and cost constraints. Addressing this challenge, aqueous two-phase systems (ATPs) incorporating natural deep eutectic solvents (NaDES) emerge as promising alternatives. These systems offer operational simplicity and cost-effectiveness, ensuring efficient purification with high purity and optimal recovery of phycocyanin. This study investigated the impact of various types of hydrogen bond donors (HBD) within choline chloride-based natural deep eutectic solvents (NaDES) on the purification of phycocyanin. Phycocyanin was extracted from Spirulina platensis biomass through ultrasonication and purified using an aqueous two-phase system with various HBD of NaDES, including urea, glycerol, and citric acid. The experimental design adhered to a completely randomized design. The initial purity index and yield of crude extract phycocyanin were 0.54±0.02 and 12.79±0.27%, respectively. The NaDES system with ChCl:citric acid exhibited superior performance, demonstrating a high purity index and recovery (2.3-fold, 71.83±2.36%) compared to ammonium sulfate (1.5-fold, 70.15±4.10%). The obtained phycocyanin was partially pure compared to commercial phycocyanin (purity index: 1.60), as indicated by SDS-PAGE. Moreover, the antioxidant activity of phycocyanin was enhanced post-purification, evident in the IC50 value of 40.54 ppm. In summary, organic acid-based NaDES has proven effective in increasing the purity and achieving a significant recovery percentage of phycocyanin compared to conventional ammonium sulfate methods. The antioxidant activity of phycocyanin was enhanced after purification. These results indicate the promising potential of NaDES-based ATP systems for producing functional protein-based ingredients, exemplified by phycocyanin.
Eksplorasi aktivitas enzimatik dari fungi endofit laut serta aplikasinya untuk hidrolisis kitosan: Exploration of enzymatic activity of marine endophyte fungi and its application for chitosan hydrolysis Muhammad Arief Budiman; Kustiariyah Tarman; Safrina Dyah Hardiningtyas; Mirah Afiza Nurazizah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 27 No 11 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(11)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i11.58419

Abstract

Fungi endofit laut merupakan fungi yang berasosiasi dengan jaringan organisme laut, yaitu rumput laut, koral, lamun, bunga karang maupun sedimen di lingkungan laut. Fungi dapat memproduksi metabolit sekunder berupa senyawa enzim ekstraseluler, di antaranya selulase, amilase, pektinase, kitosanase, lipase, maupun protease. Penelitian ini bertujuan menentukan potensi isolat fungi endofit berdasarkan aktivitas kitosanolitik, selulolitik, dan proteolitik untuk mendegradasi kitosan. Isolat fungi endofit laut diisolasi dari jaringan rumput laut, lamun, dan mangrove dari perairan Sukabumi dan Kepulauan Buton, Indonesia. Fungi sebanyak 20 isolat dilakukan penapisan aktivitas enzimatik (kitosanolitik, selulolitik, dan proteolitik) dengan metode difusi agar untuk mengetahui diameter zona bening yang dihasilkan. Proses hidrolisis dilakukan dengan menginokulasi isolat ke media hidrolisis yang berisi koloidal kitosan selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan 12 isolat memiliki aktivitas kitosanolitik, 8 isolat selulolitik, dan 10 isolat proteolitik. Lima isolat memiliki aktivitas terhadap semua aktivitas enzimatik yang diuji. Dua isolat dengan kode KVA dan BM48A memiliki diamater zona bening kitosanolitik tertinggi. Kedua isolat tersebut diidentifikasi melalui DNA Barcoding sebagai spesies dengan galur Trichoderma harzianum KTR3 dan Aspergillus sydowii KTR50. Rendemen hidrolisat kitosan yang dihidrolisis menggunakan isolat T. harzianum KTR3 dan A. sydowii KTR50 7,44% dan 6,74%. Nilai viskositas yang dihidrolisis menggunakan isolat T. harzianum KTR3 dan A. sydowii KTR50 berturut-turut 21,10 cP dan 9,26 cP serta nilai bobot molekul 9,06 kDa dan 4,47 kDa. Aktivitas enzimatik yang dihasilkan oleh isolat fungi endofit laut memiliki kemampuan dalam mendegradasi kitosan, hal ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan nilai viskositas dan bobot molekul kitosan.
Fermentasi daun mangrove Rhizophora mucronata sebagai teh herbal : Fermentation of mangrove leaves (Rhizophora mucronata) as herbal tea Marianus Ada Lein; Desniar Desniar; Safrina Dyah Hardiningtyas
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 28 No 2 (2025): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 28(2)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v28i2.61684

Abstract

Rhizophora mucronata merupakan jenis mangrove yang banyak ditemukan di Indonesia. Daun tanaman ini mengandung berbagai metabolit sekunder, yaitu tanin, karotenoid, fenol, klorofil, dan alkaloid, yang berpotensi digunakan sebagai bahan teh herbal fermentasi. Senyawa tanin aman dikonsumsi dan memiliki berbagai fungsi, yaitu antioksidan, antibakteri, antikanker serta antialergi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama waktu fermentasi daun mangrove terbaik sebagai bahan baku teh herbal dengan starter BAL Lactobacilus plantarum SK (5). Rancangan acak lengkap (RAL) digunakan dengan perlakuan lama fermentasi (0, 1, 2, 3, dan 4 hari) dan tiga kali ulangan. Karakteristik bahan baku dilakukan dengan uji logam berat, kadar air, abu, dan fitokimia. Penelitian pembuatan teh herbal, yaitu pencampuran daun mangrove (20 g) dan akuades (60 mL) serta ditambah starter (10% (v/b)) kemudian difermentasi selama empat hari pada suhu 37°C. Analisis meliputi pengukuran pH, total asam titrat (TAT), total bakteri, dan total BAL. Kandungan logam berat, kadar air, dan abu daun mangrove memenuhi persyaratan SNI. Senyawa golongan flavonoid, fenol, saponin, tanin, dan steroid terdeteksi pada daun mangrove R mucronata bahan baku dan produk fermentasi. Waktu fermentasi terbaik diperoleh pada hari ke-2 dengan nilai pH 4,9, TAT 2,4%, dan total BAL (1,7 log CFU/mL). Perlakuan lama fermentasi daun mangrove menunjukkan perubahan pada nilai pH, TAT, total bakteri dan total BAL selama proses fermentasi. Nilai pH, TAT, total bakteri dan total BAL selama proses fermentasi menunjukkan daun mangrove berpotensi sebagai teh herbal fermentasi.
DEVELOPMENT OF LOW-COST OPTICAL SENSOR-BASED DEVICE FOR REAL-TIME MICROALGAE CONCENTRATION MEASUREMENT Syafutra, Heriyanto; Rustami, Erus; Claudia, Stephanie; Hardiningtyas, Safrina Dyah; Supriyanto, Supriyanto; Zuhri, Mahfuddin
Indonesian Physical Review Vol. 8 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ipr.v8i2.473

Abstract

Conventional methods for measuring microalgae concentration in water require several steps and must be carried out in the laboratory. These measurements are usually performed by counting microalgae filaments under an optical microscope using the Sedgewick Rafter Counting (SRC) method or by spectroscopy, utilizing light absorption by microalgae's chlorophyll. In this study, we propose an innovative and portable spectroscopic device for real-time measurement of microalgae concentration by integrating a light-dependent resistor (LDR) sensor and a microcontroller-based processing unit. The microalgae used in this study were Spirulina, a filamentous microalga from the class Cyanophyceae. The SRC method was used as a reference for measuring Spirulina concentration. UV-Vis spectroscopy data showed that the absorption of chlorophyll a and b was in the range of 400 - 450 nm. The absorption coefficients obtained from the UV-Vis absorbance vs. concentration relationship were in good agreement with those obtained from the logarithmic light intensity vs. concentration relationship across all tested predictive models. We confirmed that the emission spectrum of the LED used was aligned with the dominant absorption of Spirulina chlorophyll, ensuring accurate optical detection of microalgae concentration. The developed device demonstrated rapid estimation of microalgae concentration, with an average accuracy of more than 75%. This study showed that a portable and low-cost microalgae concentration measurement system can be developed using optical sensors and microcontrollers as an alternative to laboratory-based measurements. In addition, the designed device can be integrated with Internet of Things (IoT) platforms, enabling real-time monitoring of environmental conditions for applications such as water quality assessment, aquaculture, and biofuel production.
The effect of extraction methods on phenolic content, antioxidant activity, and compound identification of Spirulina platensis: Pengaruh metode ekstraksi terhadap kandungan total fenol, aktivitas antioksidan dan identifikasi senyawa pada Spirulina platensis Ghaisani, Aatikah Dewi; Setyaningsih, Iriani; Hardiningtyas, Safrina Dyah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 28 No 7 (2025): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 28(7)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v28i7.64276

Abstract

Spirulina platensis is a spiral-shaped filamentous microalga classified as a cyanobacterium, known for its diverse bioactive properties, including antioxidant, antimalarial, antidiabetic, anticancer, and antibacterial activities. This study aimed to determine the best extraction method based on the total phenolic content and antioxidant activity of S. platensis and identify antioxidant-related phytochemicals. The biomass of S. platensis was obtained after 14 days of cultivation in the laboratory. Two extraction methods were evaluated: maceration and ultrasound-assisted extraction (UAE), using ethanol as the solvent at a 1:20 (b/v) ratio. The results showed that the UAE method produced significantly higher extract yield, total phenolic content, and antioxidant activity (IC₅₀) than maceration (p < 0.05). The values obtained using UAE were 14.70 ± 1.97%, 128.657 ± 2.67 mg GAE/g, and 148.652 ± 7.78 ppm, respectively. Thin-layer chromatography (TLC) revealed six spots in the extracts. Two of these, with Rf values of 0.78 and 0.98 (exhibited antioxidant activity, as indicated by the yellow color development). Further phytochemical analysis using FeCl₃ confirmed that the spots contained polyphenols. In conclusion, UAE is an effective method for extracting phenolic compounds from S. platensis, enhancing both the phenolic yield and antioxidant activity. These findings support the potential use of S. platensis extracts as natural antioxidants in functional foods and pharmaceutical applications.