Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISA KINERJA RUAS JALAN DAN FASILITAS PEJALAN KAKI (STUDI KASUS: JALAN WR. SUPRATMAN, DENPASAR) Ni Made Widya Pratiwi
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.382 KB) | DOI: 10.22225/pd.7.1.818.77-78

Abstract

ABSTRACT WR. Supratman is the primary collector road, where the land use around is an office, commercial, and settlement area. Segment between WR. Supratman - Gadung to the intersection of WR. Supratman - Kamboja - Seruni Street, there are frequent traffic congestion problems. When viewed from the segment of the segment there are RSU Puri Raharja, Unit Rawat Jalan RSU Puri Raharja, Mosque, and the Police of Bali Region which of course cause high pedestrian movement. Therefore, there is also an analysis of pedestrian facilities, thus providing a sense of security and comfort for pedestrians. The data required in this study are primary data obtained from survey results to the field. From the analysis result obtained WR. Supratman the densest movement on the working day (weekday) occurred at 17:00 to 18:00 WITA with traffic volume of 2598.2 pcu/hour, with a value of V/C Ratio of 0.83 so that the level of service road segment including the category "D". Vehicles velocity on WR Road. Supratman on working days is 23.65 km/h. Result of performance analysis of WR. Supratman's segment most busy movement on a weekdend occurs at 12:30 to 13:30 pm with a traffic volume of 2180.6 pcu/hour, with a value of V / C Ratio of 0.870 so that the level of road service is categorized as "C". Speed of vehicle on WR Road. Supratman on holiday is 26.43 km / hour. Based on the results of analysis, for pedestrian facilities recommended Pelican Crossing is installed as a crossing facility people. Key word: pedesterian, road performance
Merancang Dengan Pertimbangan Perspektif Masyarakat Pengguna Studi Kasus Perencanaan Masterplan Pura Bukit Amerta Desa Karangdoro Kabupaten Banyuwangi I Nyoman Gede Maha Putra; Ni Wayan Nurwarsih; Ni Made Widya Pratiwi
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1035.343 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1019.60-65

Abstract

This study takes the theme of building temples that have local cultural identity and identity - a strong place to support the psychological well-being of the pengempon and penyungsung Pura Amertha Jati communities. A group of people in Kedungdoro Village are working to consolidate their local beliefs which are believed to increase the level of their psychological well-being. To support this, the community group intends to create a built environment that is able to support its goals. Independent efforts have been made. Information dissemination activities were conducted to obtain feedback that will be used to make improvements and improvements. From the FGD activities, a deepening of the material will be conducted where the proponents and also the penyungsung Pura Bukit Amertha community can carry out a two-way dialogue that will support the 'joint learning' process to obtain optimal. This method of socialization is divided into two, namely through exposure which is done by making verbal and non-verbal presentations. Verbal presentations are carried out in the presence of the surrounding community which is the penyungsung Pura Bukit Amertha. Non-verbal presentations are carried out by printing a complete master plan with the calculation of the budget plan and fund collection strategy Penelitian ini mengambil tema pembangunan pura yang memiliki jati diri budaya lokal dan identitas-tempat yang kuat guna mendukung kesejahteraan psikologis masyarakat pengempon dan penyungsung Pura Amertha Jati. Sekelompok masyarakat di Desa Kedungdoro sedang berupaya untuk mengonsolidasi kepercayaan lokalnya yang dipercaya akan meningkatkan tingkat kesejahteraan psikisnya. Guna mendukung hal tersebut, kelompok masyarakat tersebut bermaksud untuk menciptakan lingkungan binaan yang mampu mendukung cita-citanya. Upaya-upaya mandiri sudah dilakukan. Kegiatan sosialisasi hasil pengabdian dilakukan untuk mendapatkan umpan balik yang akan diapakai untuk melakukan perbaikan serta penyempurnaan. Dari kegiatan FGD akan dilakukan pendalaman materi dimana pengusul dan juga masyarakat penyungsung Pura Bukit Amertha bisa melakukan dialog dua arah yang akan mendukung proses ‘belajar bersama’ sehingga diperoleh manfaat optimal. Metode sosialisasi ini dibagi dua, yakni melalui pemaparan yang dilakukan dengan cara melakukan presentasi verbal dan non-verbal. Presentasi verbal dilakukan di hadapan masyarakat sekitar yang merupakan penyungsung Pura Bukit Amertha. Presentasi non-verbal dilakukan dengan mencetak masterplan lengkap dengan perhitungan rencana anggaran biaya serta strategi penghimpunan dananya
Fenomena Ruang Saling Berbagi Bale Banjar Titih Sebagai Model Ruang Bermukim Perkotaan di Denpasar Made Suryanatha Prabawa; Ni Made Widya Pratiwi
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1562.778 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1026.75-81

Abstract

Bale Banjar Titih is a Bale Banjar standing in the trade center of Denpasar that besides containing the traditional activities of Banjar itself, also contains a busy market activities. The research problems are to uncover the existence of cohabitation space of Bale Banjar Titih, a traditional space that mix with a busy commercial area in Denpasar. Research questions are to ask what kind of aspects that influence the space of Bale Banjar so that it can transform to be a multifunctional space (tradition and economy)? how Banjar that bears traditional norm could mix up with modern urban commercial activities?. To answer the questions, the method applies qualitative research. It seeks to uncover cohabitation space phenomenon of actors involved in Bale Banjar Titih. Findings have shown that spatial problems can be solved through Spatial solutions that can be achieved through establishment of relationships between Banjar residents with merchants by the implementation of Tri Hita Karana (collaborate to achieve harmonious life). Cohabitation space in Bale Banjar Titih can be achieved through profit aspects of cooperation, be it financially or in terms of employment opportunities offered. Tri Hita Karana as traditional norms of Balinese people-between the residents and outsiders of the merchants, play important roles towards consensus regarding the spatial issues where developing urban activities could prosper. Fokus riset arsitektural ini adalah munculnya ruang saling berbagi (co-habitation space) pada Bale Banjar Titih. Bale Banjar berbaur langsung dengan kehidupan urban Kota Denpasar, didominasi oleh kegiatan perdagangan yang berdiri di tengah pusat perdagangan Denpasar (Pasar Badung dan Pasar Kumbasari). Persoalan yang akan diteliti adalah bagaimana Bale Banjar Titih dapat memiliki ruang saling berbagi didalam ruang kehidupan sosial (adat istiadat) warga banjar yang dapat bersinergi dengan kehidupan perekonomian (pedagang). Riset arsitektural bertujuan mengungkap fenomena ruang saling berbagi Bale Banjar Titih tersebut baik secara fisik dan non-fisik ini melalui metoda penelitian kualitatif. Pendekatan Grounded Theory dipergunakan terutama untuk mengungkap lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memunculkan ruang saling berbagi pada setting lokasi Bale Banjar Titih. Fokus penelitian ada pada aspek metafisiknya (nilai-nilai interaksi ruang) dianalisa dengan teori tentang: keterikatan tempat; mata pencaharian; teritori spasial; hubungan antara teritori dan setting perkotaan; serta penelitian-penelitian terdahulu. Dari para aktor yang terlibat (sosio-kultural dan ekonomi urban). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Temuan penelitian ini adalah melalui Makna Bale Banjar, Keterikatan tempat, mata pencaharian, dan teritori, hubungan timbal balik keuntungan dan rasa toleransi dapat terwujud antar aktor ruang, hal ini menjadikan ruang saling berbagi dapat terselenggara dengan nyaman dan tertib pada Bale Banjar Titih.
Design Of Sensory Park As Educational Park For Children With Special Needs At Autism Service Center, Denpasar City Made Anggita Wahyudi Linggasani; Ni Made Widya Pratiwi; Putu Nugrahaeni Widiasavitri
Jurnal Sutramas Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Sutramas
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.426 KB)

Abstract

Autism is defined as a special behavior that affects a person in communicating or interacting with other people or certain objects. There are varying degrees of autism, but some of the common behaviors associated with this disability include poor motor skills, speech delays, difficulties with skills such as reasoning, and very narrow interests. The Growth and Development Group for Children with Special Needs is an educational service for children with special needs in Denpasar City. Currently, almost all facilities are available in PLA, but outdoor facilities in the form of sensory gardens are not yet available. Therefore, partners want to provide a sensory garden to meet the educational needs of children with special needs and until now it is still difficult to find expertise to design this special garden. There are several problems that are summarized related to the procurement of this sensory park, namely the limitations of available land, the ideal sensory garden design and calculation of the estimated cost of sensory garden realization. By using the design method and approach to the needs of children with special needs, psychological aspects and sensory sensitivity are the main things in the preparation of this sensory garden design. Seeing these obstacles, it is necessary to design an ideal sensory garden, because PLA wants to realize this park and get funding from the government for the sustainability and educational needs of students with special needs.
Jelajah Ruang Desa Berbasis Virtual Reality Di Desa Sembiran Gde Bagus Andhika Wicaksana; I Wayan Widanan; Ni Made Widya Pratiwi
Jurnal Sutramas Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata pedesaan merupakan sebuah bentuk adanya integrasi di antara komponen pariwisata yang diwujudkan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang memiliki tata cara dan tradisi tertentu. Desa Sembiran yang sedang secara serius mengembangkan dirinya sebagai desa wisata Bali Aga, dalam memperkenalkan dirinya sebagai salah satu wujud tujuan wisata, senantiasa masih mempertahankan tradisinya. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologii, Desa Sembiran tentunya ingin dikenal dan dijangkau oleh khalayak luas. Salah satu solusi terkini untuk mempromosikan desa atau lokasi Desa Sembiran adalah dengan menggunakan Virtual Tour. Promosi desa secara virtual tour memberikan kemudahan dalam proses branding atau pencitraan suatu objek yang ingin di promosikan Dengan perkembangan teknologi saat ini virtual tour dapat dimanfaatkan sebagai media promosi suatu daerah tujuan wisata. Promosi desa secara virtual tour memberikan kemudahan dalam proses branding atau pencitraan suatu objek yang ingin di promosikan. Masyarakat Desa Sembiran masih mengharapkan kegiatan promosi desa sebagai tempat wisata yang unik kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, pembuatan Virtual Tour diberikan sebagai solusi bagi Desa Sembiran untuk mempromosikan Potensi Desa secara kekinian dan tetap mampu melakukan kegiatan promosi yang efektif
Mengembangkan Partisipasi Masyarakat dalam Pengolahan Sampah Berbasis Sumber Menjadi Eco Enzyme I Wayan Muliawan; I Gusti Bagus Udayana; Ni Made Widya Pratiwi; Made Sani Damayanthi Muliawan
Jurnal Abdidas Vol. 4 No. 5 (2023): October Pages 363 - 456
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v4i5.829

Abstract

Sejatinya sampah bukan merupakan hal yang merugikan manusia, sampah dapat berubah menjadi suatu hal yang berguna jika manusia memiliki kemampuan untuk mengelola sampah dengan baik dan tepat. Desa Kesiman Kertalangu merupakan salah satu desa yang ada di Kota Denpasar dengan jumlah penduduk berjumlah 17.704 jiwa. Dengan padatnya jumlah penduduk yang ada di lingkungan Desa Kesiman Kertalangu, akan berpengaruh dengan sampah yang dihasilkan oleh masing-masing rumah tangga yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Oleh karena itu, kegiatan PKM ini diadakan untuk dapat mengintegrasi antara masyarakat, pemerintah daerah dan lingkungan itu sendiri. Dengan metode pemberian sosialisasi dan pelatihan langsung pembuatan eco enzyme kepada eco community yang beranggotakan ibu PKK di Lingkungan Desa Kesiman Kertalangu. Hasil dari kegiatan ini yaitu peningkatan pengetahuan dan kemampuan peserta untuk mengolah sampah dari sumber sehingga sampah yang di buang ke TPA menjadi berkurang dan hal ini meeupakan salah satu pilihan untuk pengelolaan sampah organic di tingkat rumah tangga yang berfokus mengubah sampah menjadi suatu hal yang lebih berguna yaitu eco enzyme.
Masterplan Commercial Centre Berbasis Masyarakat di Kawasan Gamat Bay, Nusa Penida, Bali Made Suryanatha Prabawa; Ni Made Widya Pratiwi; Ni Luh Anik Puspa Ningsih
Jurnal Sutramas Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Sutramas
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk membantu Desa Sakti dalam mewujudkan perencanaan yang matang terkait dengan mengembangkan Kawasan Hutan Lindung yang ada di wilayah Desa Sakti menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) Terpadu. Kawasan Hutan Lindung tersebut berlokasi di Tanjung Gamat (Gamat Bay) yang saat ini sedang dalam tahap permohonan pengalihfungsian menjadi hutan desa. Dengan perubahan fungsi menjadi Hutan Desam aka akan jauh lebih mudah dalam mengembangkannya menjadi sebuah Daerah Tujuan Wisata (DTW). DTW yang dikhususkan adalah Perancangan Masterplan Commercial Centre yang bertujuan mewadahi aktiviitas komersil dengan komoditi lokal yang diperdagangkan. Konsep Commercial Centre ini bertajuk “Pasar Lokal” karena bertujuan memunculkan suasana lokal yang kental-tradisional. Tema Arsitektur yang dipergunakan adalah Arsitektur Vernakular dengan implementasi Pengadopsian Bentuk dan material lokal Nusa Penida serta bangunan yang temporer agar tidak merusak lingkungan hutan lindung. Pengabdian ini dilaksanakan dengan metode perancangan arsitektur yang partisipatif, karena bekerjasama dengan segenap tokoh masyarakat dan perangkat desa Sakti yang dikepalai oleh Kepala Desa Sakti Bapak I Ketut Partita.Target luaran dari pengabdian ini adalah artikel Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Hak kekayaan Intelektual, Berita Media Massa, dan Tentunya Dokumen Masterplan Commercial Centre DTW Gamat Bay.