Daniel Budiana
Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Star Studies Terhadap Konstruksi Image Vanessa Angel di Media Tipta Santa Tampubolon; Chory Angela Wijayanti; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 8, No 2 (2020): VOL 8, NO 2 AUGUST 2020
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Vanessa Angel merupakan seorang bintang yang menjadi kontroversial di tahun 2019 karena kasus prostitusi online yang merupakan dugaan untuk kasusnya saat itu. Setelah terbebas dari penjara, konten yang Vanessa buat sering menjadi kontroversi karena terdapat beberapa konten berbau “sensual” di dalamnya. Image yang Vanessa konstruksikan melalui media sosial, media online, dan program televisi yang mengundang dirinya akan diteliti menggunakan metode star studies milik Richard Dyer dan Martin Shingler dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Ditemukan bahwa terdapat pemikiran dualisme dalam image yang Vanessa konstrusikan. Terdapat hal yang bertentangan antara image yang berbau “sensual” yang ditunjukkan dengan mengunggah konten kontroversial, mengenakan pakaian terbuka, mengenakan emotikon pisang, dengan image yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang bintang yang bangga terhadap Indonesia, bersahabat, ramah, dan lain-lain. Image yang Vanessa konstruksikan membuat beberapa program televisi mengundang dirinya untuk diwawancarai dan juga ramai diperbincangkan oleh masyarakat.
Representasi Diskriminasi Ras dan Kasta Sosial dalam Serial Kartun SpongeBob SquarePants Antonius Adika Kusuma; Daniel Budiana; Megawati Wahjudianata
Jurnal e-Komunikasi Vol 9, No 2 (2021): VOL 9, NO 2 SEPTEMBER 2021
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film kartun merupakan film yang biasanya dibuat dan ditujukan kepada anak - anak. Serial kartun SpongeBob SquarePants adalah salah satu contoh dari film kartun. Dalam hal ini terdapat delapan episode yang diteliti. Peneliti menggunakan metode semiotika kode - kode televisi John Fiske yang terdiri dari tiga level, yaitu : level realitas, level representasi, dan level ideologi. Diskriminasi dalam serial kartun SpongeBob SquarePants terjadi secara verbal maupun non verbal. Selain itu diskriminasi yang terjadi juga melalui sebuah aturan atau kebijakan. Dalam serial kartun SpongeBob SquarePants juga terdapat diskriminasi berdasarkan perbedaan ras dan diskriminasi karena adanya sebuah kasta sosial. Idelogi yang tampak di dalam serial kartun SpongeBob SquarePants ini adalah idelogi rasisme, ideologi marxisme, dan ideologi feodalisme.
Representasi Hedonisme Dalam Film Orang Kaya Baru Antonius Antonius; Daniel Budiana; Megawati Wahjudianata
Jurnal e-Komunikasi Vol 9, No 2 (2021): VOL 9, NO 2 SEPTEMBER 2021
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena mengenai hedonisme dalam kehidupan secara luas dalam masyarakat seringkali terjadi tanpa disadari. Hedonisme juga secara umum bisa muncul karena keinginan sendiri dan akibat pergaulan bebas / orang lain. Fenomena hedonisme juga berkaitan dengan materialisme, dan konsumerisme. Hal ini juga sering digambarkan dalam dunia perfilman, salah satunya dalam film “ Orang Kaya Baru”. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah semiotika televisi John Fiske dengan 3 level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini hedonisme dalam film Orang Kaya Baru direpresentasikan sebagai orang yang tidak bisa berpikir panjang, sebagai cara untuk menaikan status sosial, sebagai cara untuk sombong dan kebanggaan tersendiri, juga berbagi kekayaan dan menutupi kekurangan, sebagai gaya hidup. Setiap orang yang melakukan hedonisme cenderung memiliki sikap sombong, membeli barang mahal secara berlebihan, egois dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain ( individual).
Representasi Pluralisme dalam Film Ngenest Fennuel Victoryan Christianto; Lady Joanne Tjahyana; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 8, No 2 (2020): VOL 8, NO 2 AUGUST 2020
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pluralisme adalah upaya untuk membangun kesadaran sosial. Penelitian ini menggambarkan bagaimana representasi pluralisme dalam film Ngenest.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah semiotika televisi John Fiske dengan 3 level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Subjek yang dianalisis adalah film Ngenest, sementara objek yang dianalisis adalah representasi pluralisme dalam film tersebut. Hasil pembahasan dari level realitas, level representasi dan level ideologi dalam film Ngenest adalah pluralisme bukan hanya beragam atau majemuk melainkan adanya keterlibatan dengan keragaman tersebut, pluralisme lebih dari sekadar toleransi dengan usaha aktif memahami orang lain, pluralisme bukanlah relativisme melainkan pertautan komitmen dan pluralisme didasarkan pada dialog.
Taktik Self-Presentation Joko Widodo dalam Menangani COVID-19 di Instagram Anggi Panjaitan; Gatut Priyowidodo; Daniel Budianad
Jurnal e-Komunikasi Vol 9, No 2 (2021): VOL 9, NO 2 SEPTEMBER 2021
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Self-presentation adalah proses individu untuk membentuk image yang orang lain pikirkan maupun apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri. Taktik dalam self-presentation terbagi menjadi 13 indikator yaitu Excuse, Justification, Self-handicapping, Apology, Disclaimer, Ingratiation, Intimidation, Supplication, Entitlement, Enhacement, Blasting, Basking dan Exemplification. Penelitian ini untuk mengetahui apa saja taktik self-presentation yang dilakukan Joko Widodo melalui caption di akun instagram @jokowi sejak tanggal 23 Desember 2020 hingga 30 April 2021. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitatif dengan menganalisis 138 sampel caption. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa taktik self-presentation yang paling sering dilakukan oleh Joko Widodo adalah taktik Entitlement, dimana Joko Widodo mengaku siap bertanggungjawab dan membanggakan hasil positif yang telah dicapai. Dapat dilihat saat Joko Widodo bertanggungjawab mengenai pengadaan dan pendistribusian vaksin dalam negeri serta tercapainya pemulihan ekonomi nasional tahun 2021.
Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Julia Ayu Gracia; Daniel Budiana; Megawati Wahjudianata
Jurnal e-Komunikasi Vol 9, No 2 (2021): VOL 9, NO 2 SEPTEMBER 2021
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena mengenai disfungsi keluarga dalam kehidupan masyrakat sering terjadi tanpa disadari. Hal ini juga sering digambarkan di dalam dunia perfilman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penggambaran disfungsi keluarga dalam film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”. Film ini memberi pesan kepada penontonnya bahwa keluarga yang memiliki trauma masa lalu dan tidak adanya komunikasi yang baik akan mempengaruhi peran sebagai anggota keluarga yang tidak berjalan dengan baik menyebab disfungsi keluarga. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah semiotika dengan kode televisi John Fiske dengan 3 level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Peneliti menggunakan karakteristik disfungsi keluarga milik firstcry parenting.com untuk menemukan penggambaran disfungsi keluarga dalam film yaitu kurangnya komunikasi, kurangnya empati, perfeksionis , mengontrol perilaku dan kurangnya kebebasan & privasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana penggambaran disfungsi keluarga dalam film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” dengan menggambarkan disfungsi keluarga yang timbul akibat perlakuan masa lalu dan disfungsi keluarga yang digambarkan pada masa depan keluarga
Motif dan Kepuasan Subscriber Menonton Channel Deddy Corbuzier di Youtube Dhea Dithya Senduk; Lady Joanne Tjahyana; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 8, No 2 (2020): VOL 8, NO 2 AUGUST 2020
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif dan kepuasan subscriber dalam menonton channel Youtube Deddy Corbuzier. Channel ini mendapati julukan “father of Youtube” dan salah satu channel dengan konten video podcast yang konsisten mengunggah konten tersebut dibandingkan dengan Youtubers lain. Meskipun Deddy bukan orang pertama dengan konten tersebut. Peneliti menggunakan teori Uses and Gratification dengan empat indikator yang diambil dari jurnal milik Xinchen Xu yaitu novelty (keterbaruan), bandwagon (aktivitas dalam channel), ownness (kepemilikan), dan dynamic control (kontrol). Metode penelitian ini adalah survei dengan jenis penelitian deskriptif, eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini juga menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji korelasi, uji-T berpasangan, serta tabulasi silang (crosstab) untuk melihat hubungan profil respoden dengan indikator motif dan kepuasan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa subscriber tidak mendapatkan kepuasan karena total rata-rata mean GS lebih besar dari total rata-rata mean GO, yaitu mean GS sebesar 3.99 dan mean GO sebesar 3.88. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif tertinggi adalah indikator bandwagon. Hal yang membuat subscriber tidak puas karena mayoritas adalah millennial. Mereka sudah terbiasa dengan teknologi, dan juga mereka tidak mendapatkan sudut pandang baru dari sesama subscriber. Hasil crosstab mengatakan bahwa semua profil responden memiliki hubungan yang tinggi dengan masing-masing indikator. Namun ternyata hal tersebut tidak membuktikan bahwa responden merasa puas.
Representasi Cybercrime Dalam Film Searching Tjia Maissy Carreta; Lady Joanne Tjahyana; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 7, No 2 (2019): VOL 7, NO 2 AUGUST 2019
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Cybercrime direpresentasikan melalui film Searching. Film sebagai komunikasi digunakan sebagai penyampai pesan, dalam penelitian ini digunakan sebagai penyampaian pesan penggambaran cybercrime. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika John Fiske, dengan menggunakan tiga kode-kode televisi, yaitu level realitas, representasi dan ideologi. Berdasarkan kode-kode tersebut, peneliti melihat adanya konsep cybercrime yang digambarkan dalam film Searching. Teori yang digunakan adalah representasi, cybercrime dan semiotika John Fiske. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat upaya penciptaan post-truth, masalah keamanan pribadi seperti keamanan identitas dan privasi, masalah hak cipta foto, pelanggaran kebijakan, malware yang digambarkan sebagai cybercrime.
Representasi Budaya Jawa dalam Film Tilik Maudy Christina Johanna Wuwung; Daniel Budiana; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 9, No 2 (2021): VOL 9, NO 2 SEPTEMBER 2021
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada 17 Agustus 2020 lalu, media sosial Youtube di Indonesia sempat diramaikan dengan Film pendek yang berjudul Tilik, Film ini mengisahkan sekelompok ibu-ibu yang tinggal dalam satu desa berencana untuk menjenguk Bu Lurah yang dikabarkan masuk rumah sakit. Sekelompok ibu- ibu ini melakukan perjalanan ke rumah sakit menggunakankendaraan truk milik seorang warga. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penggambaran Budaya Jawa dalam film Tilik. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan adalah semiotika dengan kode televisi John Fiske dengan 3 level, yaitu realitas, level representasi, dan level ideologi. Peneliti menggunakan karakteristik Budaya Jawa milik Thomas Wiyasa Bratawijaya untuk menemukan penggambaran Budaya Jawa dalam film Tilik. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana representasi Budaya Jawa dalam film Tilik dengan menggambarkan orang Jawa sebagai sosok yang diajarkan untuk berbuat baik, taat beragama, saling membantu, dan selalu menjaga perkataannya.
Penerimaan Audience Mengenai Mental Illness Dalam Film The Joker Steyer Noya; Gatut Priyowidodo; Daniel Budiana
Jurnal e-Komunikasi Vol 8, No 2 (2020): VOL 8, NO 2 AUGUST 2020
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mental illness masih menjadi perbincangan yang tabu untuk dibicarakan di Indonesia. Film The Joker menampilkan penggambaran mengenai mental illness yang dimaknai secara berbeda oleh audience. Pemaknaan oleh audience dilatarbelakangi oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan in-depth interview. Metode yang digunakan adalah Reception Analysis. Informan dari penelitian ini adalah audience yang pernah menonton film The Joker. Keempat informan yang berasal dari latar belakang yang berbeda memiliki penerimaan yang cukup beragam, ada yang dominant dan negotiated. Penerimaan para informan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu field of experience, frame of references dan dampak dari media yang ditonton.