Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

COMPOUND WORDS IN THE KERINCI LANGUAGE, PONDOK TINGGI DIALECT Arif, Nely; Volya, Duty; ., Ernanda
LearnING Journal Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.878 KB)

Abstract

This research focused on compound words in  the Kerinci language, Pondok Tinggi Dialect seen from its function in the sentence. To clarify the issues to be investigated, then the problem is formulated as “How are the compound words in the Kerinci language, Pondok Tinggi  dialect seen from its function in the sentence?” This research is descriptive qualitative. The sources of data in this research were the use of spoken language. This research is conducted because until now there is no written data source such as magazines, books and so on in the Kerinci language, Pondok Tinggi Dialect. The research involved several informants whose criteria refer to the opinion of Samarin (1998), Djajasudarma (1993), and Sudaryanto (1998).The data in this research were obtained by using the technique of observation, interviews and recordings. The function of the compound in Kerinci language, Pondok Tingi Dialect can grammatically be a subject, predicate, object, and adverbs. The pattern of formation of compound words are: Compound Words that  Function As subject, e.g.: N + N, V + N and N + V;  the function of  compound word as a predicate , such as N + N , / Ba - / + N + N ; Compound words function as Object , some of them are  N + V / N, N + V / N / Adv; and function of  compound word as adverb , some of them are  N + N , N + V , and N+R+N
The Referential Uses of Demonstratives in Kerinci Malay, Indonesia Ernanda Ernanda
JURNAL ARBITRER Vol. 7 No. 2 (2020)
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ar.7.2.118-127.2020

Abstract

Demonstratives are pervasive and ubiquitous in every human language. This study explores further evidence from Kerinci, a Malayic sub-variety spoken in Sumatra, Indonesia. It highlights the referential uses of the Kerinci proximal demonstratives ineh/neh 'this' and the distal demonstrative itoh/toh 'that'. It is based on a corpus containing eight hours of recordings. The basic indexical functions of demonstratives within the referential domain are sketched from three perspectives, namely syntactic contexts, deictic expressions, and pragmatic uses. In light of the evidence presented, this study supports the most accepted principle that demonstratives are universal. However, this research also suggests that the form, use, and meaning of the Kerinci demonstratives are language-specific as presented in this paper.
Pemetaan Tradisi Lisan di Provinsi Jambi Ade Kusmana; Ernanda; Julisah Izar; Sean Popo Hardi
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 4 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.104 KB) | DOI: 10.22437/titian.v4i1.9202

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan tradisi lisan yang ada di Provinsi Jambi Khususnya di Kabupaten Batanghari dan Sarolangun. Data dalam penelitian ini adalah data tradisi lisan verbal, tradisi lisan setengah verbal dan tradisi lisan non verbal. Analisis data dalam penelitian pemetaan tradisi lisan ini diperlukan metode triangulasi agar temuan-temuan penelitian dicek oleh beberapa ahli yang mampu memberikan analisis dan interpretasi. Hasil analisis dan interpretasi akan dapat memperkuat kebenaran hasil penelitian. Triangulasi penganalisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga stakeholder kebudayaan, yakni Lembaga Kebudayaan, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat pemilik tradisi. Terakhir, data dianalisis berdasarkan pemetaan data temuan yang dibagi ke dalam klasifikasi letak geografis dan jenis tradisi lisan tersebut. Hasil dari penelitian ini terdapat beberapa jenis tradisi lisan di kabupaten Batanghari diantaranya : tradisi verbal Dadung, Tapa Malenggang, tradisi lisan setengah verbal antaranya Ngarak Garudo tradisi lisan non verbal antaranya Gulai Talang dan Kue Padamaran. Sedangkan di kabupaten Sarolangun, tradisi lisan verbal diantaranya Biduk Sayak, setengah verbal diantaranya Besale. Tradisi lisan non verbal diantaranya peralatan tradisional anatara lain Ambung, Lukah, dan Jalo. Kata kunci : tradisi lisan; pemetaan Jambi
Tindak Tutur Representatif pada Film Surau dan Silek dalam Bahasa Minangkabau Wanti Fitri Ami; Ernanda Ernanda; Rengki Afria
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.887 KB) | DOI: 10.22437/kalistra.v1i1.18710

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak tutur representatif dalam film surau dan silek. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dihasilkan berdasarkan jenis dan fungsi tindak tutur representatif ada 14 jenis, yakni tindak tutur asertif memiliki 30 data, tindak tutur retrodiktif memiliki 2 data, tindak tutur deskriptif memiliki 4 data, tindak tutur askriptif memiliki 2 data, tindak tutur informatif memiliki 43 data. Tindak tutur konfirmatif memiliki 13 data, tindak tutur konsensif memiliki 2 data, tindak tutur retraktif memiliki 1 data, tindak tutur asentif memiliki 14 data, tindak tutur dissentif memiliki 7 data, tindak tutur disputatif memiliki 16 data, tindak tutur responsif memiliki 18 data, tindak tutur sugestif memiliki 7 data, tindak tutur Supositif memiliki 5 data. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat kita ketahui bahwa setiap tuturan memiliki fungsi yang ingin ditunjukkan. Penelitian ini menunjukkan bagaimana bentuk dan fungsi tindak tutur yang direpsesentasikan pada konteks yang terjadi pada film.
When Women Are the Bosses: Linguistic Strategies in Managing Problematic Discourses Ernanda Ernanda; Delita Sartika
JURNAL ARBITRER Vol. 9 No. 2 (2022)
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ar.9.2.80-93.2022

Abstract

The exercise of power in leadership may involve conflicts, especially in precarious situations. Politeness strategies come into practice to cushion the aftermath of face-threatening acts that presumably trigger tension. This study aims to shed light on female leaders' linguistic strategies in managing problematic discourses involving older male subordinates in the Indonesian university context. The naturalistic data was obtained from recorded meetings. The study results depict that the female leader employs both direct and indirect strategies in handling problematic issues, especially when the female leader has to face up to senior subordinates. She adopts direct strategies to convey important messages that have to be obeyed by the employees. On the other hand, she adheres to the cultural norms that oblige younger people to show respect to older people by using indirect strategies. The politeness strategies employed in her utterances show how culture shapes communication approaches. In general, a female leader has to have a range of sophisticated linguistic competence in a high-rank managerial position.
Variasi Leksikal Bahasa Kerinci Isolek Desa-desa di Kecamatan Depati Tujuh Kabupaten Kerinci: Kajian Dialektologi Harmedianti Harmedianti; Ernanda Ernanda; Rengki Afria
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.20307

Abstract

Abstract This study aims to describe the form of lexical variations and calculate the distance between linguistic elements in the villages in the Depati Tujuh sub-district, Kerinci district. This type of research is a qualitative and quantitative research using a descriptive approach. Data collection techniques used observation techniques, interview techniques, fishing techniques, recording techniques, and note-taking techniques. Data analysis used the stages of reading transcription data, doing sorting and comparison, describing the characteristics of lexical variations, and finally calculating the distance between linguistic elements using dialectometric formulas. Based on the data analysis, from the data of 200 Morris Swadesh vocabularies there are 39 glosses that have lexical variations. And based on dialectometry calculations, 19.5% (no difference).  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk variasi leksikal dan menghitung jarak unsur kebahasaan Desa-Desa di Kecamatan Depati Tujuh Kabupaten Kerinci. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, teknik pancing, teknik rekam, dan teknik catat. Analisis data menggunakan tahap membaca data transkripsi, melakukan pemilahan dan hubung banding, mendeskripsikan karakteristik variasi leksikal dan terakhir melakukan tahap perhitungan jarak unsur kebahasaan dengan rumus dialektometri. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dari data 200 kosakata Morris Swadesh terdapat 39 glos yang memiliki variasi leksikal. Berdasarkan perhitungan dialektometri didapatkan 19,5% (tidak ada perbedaan).
Analisis Makna Referensial dan Nonreferensial dalam Umpasa Batak Toba Roslina Mariana Butarbutar; Ernanda Ernanda; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23277

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna referensial dan nonreferensial dalam umpasa Batak Toba yang terdapat dalam upacara-upacara Batak Toba yaitu dalam upacara pernikahan, kelahiran, kematian, memasuki rumah dan baptisan kudus. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kata dalam umpasa Batak Toba yang mengandung makna referensial dan nonreferensial. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik pilah unsur penentu, wawancara, dan teknik rekam. Hasil penelitian ditemukan makna referensial dan nonreferensial sebanyak  44 umpasa. Dari 44 data umpasa ditemukan 14 data bermaknakan referensial. Referensial ialah makna yang berhubungan langsung dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen ataupun acuan boleh saja berupa benda, gejala, peristiwa, proses, sifat ataupun kenyataan. Adapun makna referensial yang mengacu pada benda terdapat 13 data, makna referensial yang mengacu pada sifat berjumlah 1 data. Adapun makna nonreferensial dalam penelitian ini ditemukan 8 data. Dikatakan makna nonreferensial jika kata-kata tidak memiliki acuan/referen dan kata tugas merupakan makna nonreferensial yakni seperti pada kata tugas preposisi dan konjungsi serta relative marker (penanda relatif). Dari 8 data makna nonreferensial ditemukan penghubung koordinatif pertentangan berjumlah 1. Makna referensial pada penghubung koordinatif penggabungan 3. Makna nonreferensial pada penghubung koordinatif pemilihan berjumlah 1. Makna nonreferensial pada penghubung subordinatif penyebab berjumlah 1. Makna nonreferensial pada penghubung subordinatif syarat berjumlah 1. Makna nonreferensial relative marker berjumlah 1. Adapun makna referensial dan nonreferensial ditemukan 22 data yakni makana referensial dengan preposisi ke- ada 2 data. Makna referensial dengan preposisi di- ada 1 data. Makna referensial dengan konjungsi koordinatif penggabungan ada 10 data. Makna referensial dengan konjungsi koordinatif pertentangan ada 1 data. Makna referensial dengan dengan konjungsi subordinatif tujuan ada 2 data. Makna referensial dengan relative marker (penanda relatif) ada 6 data. Jadi, dalam umpasa Batak Toba sering menggunakan makna referensial dengan konjungsi koordinatif penggabungan. Abstract This study aims to describe the referential and nonreferential meanings in the Batak Toba umpasa contained in the Batak Toba ceremonies, namely in the ceremonies of marriage, birth, death, entering the house and holy baptism. The type of research used is qualitative descriptive research. The data in this study is in the form of words in umpasa Batak Toba which contain referential and nonreferential meanings. The techniques used in this study are the determinant element sorting technique, interviews, and recording techniques. The results of the study found referential and nonreferential meanings of 44 umpasa. Of the 44 data, 14 data were found to be referential. Referential is a meaning that is directly related to the reference designated by the word. References or references may be objects, symptoms, events, processes, properties, or realities. As for the referential meaning that refers to objects, there are 13 data, the referential meaning that refers to the nature of 1 data.  As for the nonreferential meaning in this study, 8 data were found. It says a nonreferential meaning if the words do not have a reference / referent and the word task is a nonreferential meaning that is as in the word task preposition and conjunction and relative marker (relative marker). From 8 nonreferential meaning data found coordinate links of opposition totaling 1. Referential meanings on the coordinate link of merging 3. The nonreferential meanings on the coordinate link of the election amount to 1. The nonreferential meanings on the subordinative link of the cause amount to 1. The nonreferential meaning on the subordinate link of the condition amounts to 1. The nonreferential meaning of relative marker amounts to 1. The referential and nonreferential meanings found 22 data, namely referential feeds with the preposition to- there are 2 data. Referential meaning with prepositions in- there is 1 data. The referential meaning with the coordinate conjunction of the merger there are 10 data. Referential meaning with coordinate conjunction of the opposition there is 1 data. The referential meaning with the subordinative conjunction of the purpose there are 2 data. The referential meaning with relative marker (relative marker) there are 6 data. Thus, in umpasa Batak Toba often uses referential meanings with coordinate conjunctions of merging.
Variasi Leksikal Bahasa Melayu Jambi di Kecamatan Taman Rajo dan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Tarah Imansari; Ernanda Ernanda; Rengki Afria
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23278

Abstract

Abstract This study aims to describe the forms of lexical variations and proportions found in Jambi Malay in Taman Rajo District and Sekernan District, Muaro Jambi Regency. This type of research uses qualitative and quantitative with a descriptive approach. The data used are from isolect informants with 200 Swadesh vocabularies. Data collection techniques in this study used observation techniques, interview techniques, fishing techniques, note-taking techniques, and recording techniques. The results of data analysis found 55 lexical variations from 200 Swadesh vocabularies and a percentage of 27.5% with 55 lexical variations vocabularies. The percentage shows the linguistic status, namely the difference in speech. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk variasi leksikal dan persentase yang terdapat dalam bahasa Melayu Jambi di Kecamatan Taman Rajo dan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang digunakan berasal dari isolek informan dengan 200 kosakata Swadesh.  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, teknik pancing, teknik catat, dan teknik rekam. Hasil analisis data ditemukan 55 kosakata variasi leksikal dari 200 kosakata Swadesh dan persentase 27,5 % dengan 55 kosakata variasi leksikal. Persentase menunjukkan status kebahasaan yaitu perbedaan wicara.
Konstruksi Kalimat Imperatif dalam Bahasa Karo Isa Dora Perbina Br Karo; Ernanda Ernanda; Rengki Afria
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23279

Abstract

Abstract This study aims to describe the form of imperative sentence construction in the Batak Karo language. This research was conducted in April 2022. The type of research used is descriptive qualitative research. The data of this research are imperative sentences in the Batak Karo language. Data collection techniques using interview techniques, fishing techniques, and recording techniques. Data analysis uses data reduction, data presentation, and verification. The results of this study are the existence of smooth and rough speech in imperative sentences in the Batak Karo language. Of the 5 types of imperative sentences found construction, namely the imperative sentence prohibition found 3 constructions in the Batak Karo language, namely S-P-O, S-P, and P-O-S. In imperative sentences, there are 4 constructions, namely S-P-O, S-P-O-K, P-S-O-K, and P-S-O. The imperative sentence of invitation found 3 constructions namely S-P-O, S-P-K, S-P-O-K, and P-S-K. In imperative sentences, there are 3 constructions, namely S-P-O, S-P-O-K, and P-S-O-K. Imperative sentences usually have 2 constructions, namely S-P-O, and S-P-O-K. and found the construction of NP, VP, Rails, Particles, Determinants, Prepositions. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk konstruksi kalimat imperatif dalam bahasa batak karo. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini ialah kalimat imperatif dalam Bahasa batak karo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, teknik pancing, serta teknik rekam. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah adanya tuturan halus dan kasar pada kalimat imperatif dalam bahasa batak karo. Dari 5 jenis kalimat imperatif ditemukan konstruksi yaitu pada kalimat imperatif larangan ditemukan 3 konstruksi dalam bahasa batak karo yakni S-P-O, S-P, dan P-O-S. kalimat imperatif suruhan ditemukan 4 konstruksi yakni S-P-O, S-P-O-K, P-S-O-K, dan P-S-O. Kalimat imperatif ajakan ditemukan 3 konstruksi yakni S-P-O, S-P-K, S-P-O-K, dan P-S-K. Kalimat imperatif permintaan ditemukan 3 konstruksi yakni S-P-O, S-P-O-K, serta P-S-O-K. Kalimat imperatif biasa ditemukan 2 konstruksi yakni S-P-O, dan S-P-O-K. dan ditemukan  konstruksi NP, VP, Rel, Partikel, Determinan, Preposisi.
Makna Leksikal dan Makna Kultural pada Nama Makanan dan Peralatan dalam Upacara-Upacara Adat Batak Toba: Kajian Etnolinguistik Maya Sari Harahap; Ernanda Ernanda; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23281

Abstract

Abstract This study aims to determine the lexical and cultural meanings of food names and utensils used in Toba Batak traditional ceremonies in Simangumban District, North Tapanuli Regency. The method in this study is descriptive with a qualitative approach, while data collection techniques use observation techniques, recording techniques, interview techniques, observing techniques and note-taking techniques. While the data analysis technique uses the distribution method and the matching method. The data were obtained from informants and four types of traditional ceremonies in the Batak Toba in Simangumban District, North Tapanuli Regency became the object of his research. The results of this study are the lexical and cultural meanings of the names of the food and utensils used in the forty Toba Batak traditional ceremonies, consisting of names that use the local language. The cultural meaning obtained from the name of the food and equipment can be seen from the way it is made, how to use it, based on the ingredients and based on the characteristics of the food and equipment. The cultural meaning attached to these foods and utensils leads to hope, prayer, and the sharing of blessings. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna leksikal dan makna kultural pada nama makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara-upacara adat Batak Toba di Kecamatan Simangumban, Kabaupaten Tapanuli Utara. Metode pada penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik obeservasi, teknik rekam, teknik wawancara, teknik simak dan teknik catat. Sedangkan teknik analisis data menggunakan metode agih dan metode padan. Data diperoleh dari informan dan empat jenis upacara adat dalam Batak Toba di Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara menjadi objek penelitiannya. Hasil dari penelitian ini adalah makna leksikal dan makna kultural dari nama makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara-upacara adat Batak Toba yang berjumlah empat puluh, terdiri dari nama yang memang menggunakan bahasa daerah. Makna kultural yang diperoleh berdasarkan nama makanan dan peralatan tersebut dilihat dari cara pembuatan, cara penggunaan, berdasarkan bahan dan berdasarkan ciri dari makanan dan peralatan tersebut. Makna kultural yang terdapat pada makanan dan peralatan tersebut mengarah kepada harapan, doa dan penyampaian berkat.