Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Fitokimia Minyak Trikatu yang Diproduksi dengan Variasi Suhu dan Waktu Digesti secara GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry) Pramitha, Dewa Ayu Ika; Wibawa, Agung Ari Chandra; Yuda, Putu Era Sandhi Kusuma
JST (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 12 No. 2 (2023): July
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jstundiksha.v12i2.55313

Abstract

Kasa adalah kondisi klinis yang didefinisikan dengan jelas seperti batuk, dan patofisiologisnya terkait erat dengan mekanisme refleks batuk dalam pengobatan modern. Trikatu adalah ramuan yang mengandung tiga bahan herbal dengan rasa pedas, yaitu maricha (black papper), Peepli (long pepper), dan Sunthi (Ginger). Komposisi dari Trikatu terbukti efektif dalam pengobatan Kasa. Perawatan khas dalam mengatasi gejala bronkitis akut, seperti pneumonia dan asma, terbukti tidak efektif, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat menyarankan untuk tidak menggunakan obat batuk dan pilek pada anak di bawah enam tahun. Pengobatan alternatif perlu dilakukan. Oleh karena itu, pada penelitian ini formula sediaan Trikatu ditransformasikan ke dalam pengobatan Kasa berupa minyak herbal menggunakan VCO, rimpang jahe merah (Zingiber officinale Roxb.), buah kering cabai jawa (Piper retrofractum), dan buah kering merica hitam (Piper nigrum Linn). Formula minyak Trikatu menggunakan metode digesti dengan variasi suhu dan waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa minyak Trikatu terbentuk akibat variasi suhu dan waktu digesti dengan GC-MS. Senyawa  bioaktif utama yang dihasilkan pada minyak Trikatu dengan variasi suhu dan waktu digesti yaitu octanoic acid, n-decanoic acid, caryophyllene, α-curcumene, dodecanoic acid, zingerone, tetradecanoic acid, n-hexadecanoic acid, α-Monolaurin, oleic acid, dan piperine. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu digesti berpengaruh terhadap keberadaan senyawa dalam pembuatan minyak Trikatu. Semakin lama waktu digesti yang digunakan dalam pembuatan minyak Trikatu, maka kandungan asam lemak tak jenuh dan jenuh akan semakin meningkat.
Uji Aktivitas Antiinflamasi serta Toksisitas Senyawa Peristrophine terhadap Reseptor Prostaglandin Sintase 2 (PTGS2) secara In Silico Gunawan, I Putu Windra; Santoso, Puguh; Pramitha, Dewa Ayu Ika; Adrianta, Ketut Agus
Usadha Vol 1 No 1 (2021): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak memiliki kasus penyakit yang diakibatkan oleh inflamasi. Rasa sakit atau nyeri sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari. Inflamasi merupakan suatu respon dari tubuh yang terjadi akibat cedera maupun infeksi. Peristrophine adalah salah satu turunan senyawa antosianin yang berasal dari tanaman magenta (Peristrophe bivalvis L. Merr). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi dan nilai LD50 dari senyawa peristrophine secara komputasi. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara in silico untuk meminimalisir terjadinya kegagalan pada uji in vivo ataupun in vitro. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data makromolekul yang dipakai sebagai reseptor yang didapatkan dari situs web Protein Data Bank (PDB) dengan PDB ID 5IKR menggunakan native ligand asam mefenamat sebagai senyawa pembanding. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah senyawa peristrophine memiliki nilai aktivitas sebesar -6.90 kkal/mol pada asam amino Tyr 385A dengan nilai toksisitas 650,974 mg/kg, sedangkan asam mefenamat memiliki nilai aktivitas sebesar -7.58 kkal/mol dengan nilai toksisitas 595.50 mg/kg. Dari hasil yang didapat, seyawa peristrophine diprediksi memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflmasi.
OPTIMASI WAKTU PERENDAMAN INFUSED WATER KOMBINASI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DAN DAUN MINT (Mentha piperita L) TERHADAP KADAR VITAMIN C Pramitha, Dewa Ayu Ika
Usadha Vol 1 No 2 (2022): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infused water adalah air yang ditambah dengan potongan buah-buahan dan didiamkan selama beberapa jam sampai sari buahnya keluar, lalu siap dikonsumsi, sehingga memberi cita rasa dan manfaat untuk kesehatan. Salah satu buah-buahan yang digunakan untuk membuat infused water yaitu jeruk nipis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa waktu perendaman yang dibutuhkan untuk mendapatkan kadar vitamin C yang optimum dalam infused water kombinasi jeruk nipis dan daun mint. Pembuatan infused water dilakukan dengan cara 10 gr jeruk nipis dipotong dan direndam dalam 100 ml air ditambahkan daun mint didalam toples kaca. Infused water direndam dengan variasi waktu 30,60,90,120 dan 150 menit. Lalu dari masing-masing waktu perendaman tersebut diambil 1 mL sebagai sampel dan diuji dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Kadar vitamin C secara optimum diperoleh pada waktu perendaman jeruk nipis (Citrus aunrantifolia) dan daun mint (Mentha piperita L) dalam infused water selama 90 menit dengan kadar (29.84±42.2)mg/100mg. Apabila buah jeruk nipis direndam lebih lama dari 90 menit maka kadar vitamin C yang didapat akan lebih sedikit karena vitamin C telah mencapai titik jenuh dan mengalami proses oksidasi.
Penentuan Jenis Senyawa Flavonoid pada Isolat Biji Kakao (Theobroma cacao L.) dalam Fraksi N-butanol dengan Aktivitas Antioksidan Tertinggi menggunakkan Metode Spektrofotometri UV-VIS Wardana, I Made Wisnu; Pramitha, Dewa Ayu Ika; Wibawa, Agung Ari Chandra; Sanjiwani, Ni Made Sukma
Chimica et Natura Acta Vol 12, No 2 (2024)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cna.v12.n2.48577

Abstract

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa flavonoid pada isolat biji kakao dalam fraksi n-butanol yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Sementara itu, pengujian penentuan jenis golongan senyawa flavonoid dilakukan secara kualitatif melalui metode pereaksi geser (NaOH 2M, NaOAc, H3BO3, AlCl3, dan HCl). Penentuan aktivitas antioksidan dilihat dari nilai AAI. Isolat 1 memperlihatkan nilai AAI sebesar 4,30±0,43 (sangat kuat), isolat 2 sebesar 3,75±0,23 (sangat kuat), isolat 3 sebesar 3,04±0,36 (sangat kuat) dan isolat 4 sebesar 1,35±0,05 (kuat). Hasil penentuan jenis flavonoid menggunakan pereaksi geser diperoleh hasil bahwa isolat 1 merupakan senyawa golongan flavanon atau dihidroflavonol dengan jenis 6,7-dihidroksi flavanon/ dihididroksi dihidroflavonol atau 7,8-dihidroksi flavanon/dihididroksi dihidroflavonol yang terdapat orto dihidroksi pada cincin A dan B.
Analysis Antioxidant of Fractions Cocoa Beans (Theobroma Cacao L.) as Potential Herbal Medicine Wibawa, Agung Ari Chandra; Pramitha, Dewa Ayu Ika; Sanjiwani, Ni Made Sukma; Adrianta, Ketut Agus
Hydrogen: Jurnal Kependidikan Kimia Vol. 12 No. 4 (2024): August 2024
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/hjkk.v12i4.12548

Abstract

The cocoa seeds of the Gumbrih-Bali region are a natural commodity with great potential for development or processing by local communities. The purpose of this research is to provide information about the antioxidant potential contained in cocoa seeds. Testing the antioxidant capacity in this study uses the Uv-Vis spectrophotometry method at 517 nm wavelengths. Free radical scavanger is measured with control absorption and samples was analyzed with regression curve. The research results proved that the antioxidant (AAI) in the n-butanol fraction show result very strong ability of 4.64 compared to the 0.42 ethyl acetate fraction and 0.46 n-hexane fraction. These results prove that the potential chemical content of cocoa seeds is high in polar solvents (n-butanol fractions) such as flavonoid compounds. Furthermore, this research will be used as a basis for developing natural herbal ingredients such as cocoa which can be consumed in the community to prevent degenerative diseases.