Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Rangsangan Titik Akupunktur Nomer 16 Meningkatkan Kadar Hormon Testosteron Mencit Jantan Usia Sembilan Bulan Tanjung Subrata
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 1 No 1 (2016): Mei 2016
Publisher : Warmadewa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wmj.1.1.7.24-29

Abstract

Penurunan kadar testosteron pada laki-laki mulai usia pertengahan antara 45-59 tahun dan menyebabkan terjadinya ganguan seperti menurunnya kekuatan otot, meningkatnya lemak visceral, gangguan fungsi seksual seperti libido menurun dan/atau disfungsi ereksi. Akupunktur dengan konsep pengobatan hantaran rangsang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi seksual laki-laki. Pada penelitian ini diteliti pengaruh perangsangan pada titik akupunktur no.16 dan 49 terhadap kadar hormon testosteron pada mencit (Mus musculus) yang telah mengalami proses penuaan.  Sebanyak 28 ekor mencit jantan usia 9 bulan dijadikan binatang coba. Binatang coba dibagi menjadi empat kelompok eksperimen secara random. Kelompok 1 diberikan rangsangan pada titik akupunktur no.16, kelompok 2 diberikan rangsangan pada titik akupunktur no.49 dan kelompok 3 diberi rangsangan pada titik akupunktur no.16 dan 49, dan kelompok 4 sebagai kontrol. Perlakuan diberikan selama 10 menit, diulang sebanyak tiga kali per minggu, dan diberikan selama empat minggu. Kadar hormon testosteron diukur dari sampel darah mencit setelah perlakuan selesai. Perbedaan rerata kadar hormon testosterone antar kelompok eksperimen diuji dengan uji Kruskal-Wallis dan Man-Whitney pada tingkat kemaknaan a=0,05. Hasil penelitian menunjukan rerata (±sd) kadar hormon testosteron pada kelompok 1, 2, 3, dan 4 adalah 815,0 (±568,8) ng/dl,  229,5 (±337,4) ng/dl, 538,2 (±715,0) ng/dl, dan 50,8 (±32,2) ng/dl secara berurutan. Analisis Mann-Whitney menunjukan bahwa  kadar testosteron kelompok eksperimen 1 berbeda dengan kelompok lain dan control (P<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian rangsangan pada titik akupunktur no.16 meningkatkan kadar hormon testosteron mencit secara signifikan.Kata Kunci: akupunktur, hormon testosteron, mencit tua. [Stimulation on Acupuncture Point Number 16 Increases Testosterone Hormone Level in Nine-Month-old Male Mice].Decreasing level of testosterone in man starts at the age between 45-59 years which causes disorders such as decreased muscle strength, increased visceral fat, sexual dysfunction such as decreased libido and / or erectile dysfunction. Acupuncture with excitatory conduction treatment concept can be used to enhance male sexual function. In this study we examined the effect of stimulation of acupuncture points no.16 and 49 on testosterone levels in mice (Mus musculus) who are aging. A total of 28 male mice aged 9 months were used as experimental animals. The experiment animals were divided into four groups randomly. Group 1 was given stimulation of acupuncture pointno.16, group 2 was given stimulation of acupuncture point 49 and group 3 was given stimulation of acupuncture points no.16 and 49, and group 4 as the control group. Treatment was given for 10 minutes, repeated three times per week, for four weeks. Testosterone levels were measured from blood samples of mice after treatment was completed. The mean differences of testosterone levels between experimental groups were tested by Kruskal-Wallis and Man-Whitney at significance level a =0.05. The results showed  the mean (± sd)  of testosterone levels in group 1, 2, 3, and 4  were 815.0 (±568.8) ng / dl, 229.5 (±337.4) ng / dl, 538, 2 (±715.0) ng / dl, and 50.8 (± 32.2) ng / dl, respectively. Mann-Whitney analysis showed that testosterone level of group 1 was different from those of the other groups and the control (P<0.05). It is concluded that stimulation of acupuncture pointno.16 increases testosterone levels in mice significantly. Keywords: acupuncture, testosterone hormone, aging mice.
Statistics Kingdom: A Very Helpful Basic Statistical Analysis Tool for Health Students Sanglar Polnok; Tanko Titus Auta; Heru Santoso Wahito Nugroho; Gede Dalem Gilang Mahajaya Putra; Ketut Sudiantara; I Ketut Gama; I Wayan Mustika; Suparji Suparji; Fransiskus Salesius Onggang; Wayan Rusni; Tanjung Subrata; Trisna Sumadewi; Matje Meriati Huru; Kamilus Mamoh; Jane Leo Mangi; Tri Johan Agus Yuswanto
Health Notions Vol 6, No 9 (2022): September
Publisher : Humanistic Network for Science and Technology (HNST)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/hn60905

Abstract

“Statistics Kingdom” is a website that really helps the learning process of “statistics and research” for health students. When final year health students need statistical analysis tools for their research projects, then visiting the “Statistics Kingdom” website is a very good choice. Health students can very easily enter data and then analyze it directly on the website, also provided the opportunity to ask questions and discuss further with the consultant. Thus, “Statistics Kingdom” is a web-based statistical analysis tool that health students really need.Keywords: “Statistics Kingdom”; statistical analysis; website
Hubungan antara Komposisi Tubuh dengan Laju Pernapasan Setelah Recovery Pasca Harvard Step Test pada Mahasiswa Kedokteran I Dewa Gede Yogananda; Tanjung Subrata; Made Dharmesti Wijaya
AMJ (Aesculapius Medical Journal) Vol. 3 No. 1 (2023): February
Publisher : Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Mewujudkan kebugaran jasmani menjadi tantangan mengingat pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19 yang semakin meningkatkan gaya hidup pasif. Jika hal tersebut tidak ditangani akan berisiko mudah terkena obesitas dan penyakit kardiorespirasi. Untuk mencegahnya, sangat penting untuk mengetahui hubungan antara komposisi tubuh terhadap kemampuan recovery laju pernapasan seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara komposisi tubuh dengan laju pernapasan setelah recovery pada mahasiswa kedokteran yang melakukan Harvard Step Test. Metode yang digunakan adalah analisis korelatif dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa (FKIK Unwar) angkatan 2021 pemilih Tim Bantuan Medis Baswara Prada (TBM-BP). Responden diambil melalui metode total sampling dengan merekrut 61 orang responden. Hasil analisis univariat menggunakan SPSS version 18 menunjukkan proporsi tertinggi komposisi tubuh berada di kategori ‘cukup’ (55,7%). Untuk laju pernapasan sebelum perlakuan, terdapat 8 responden (13,1%) dengan laju pernapasan di atas normal sementara untuk laju pernapasan setelah perlakuan, proporsi tertinggi berada di rentang 21-30 kali/menit (80,3%). Hasil analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi searah namun lemah dan tidak signifikan antara komposisi tubuh dengan laju pernapasan setelah recovery (p = 0,097 dan r = +0,215). Disimpulkan bahwa komposisi tubuh dapat berpengaruh terhadap kebugaran jasmani kendati bukan faktor utama. Mahasiswa, masyarakat, serta institusi terkait diharapkan dapat memahami pentingnya latihan fisik untuk mewujudkan kebugaran jasmani dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih komprehensif dalam mencari hubungan berbagai variabel terkait komposisi tubuh dan laju pernapasan setelah recovery. Kata Kunci: kebugaran jasmani, komposisi tubuh, recovery laju pernapasan
The Potential of Subak Uma Lambing in Sibangkaja Abiansemal Village, Badung Based on Organic Farming Culture as Ectourism I Wayan Wesna Astara; I Wayan Budiarta; Kadek Merta Wijaya; I Gusti Agus Maha Putra Sanjaya; Tanjung Subrata; Desak Ketut Tristiana Sukmadewi; Naori Miyazawa
Journal of Legal and Cultural Analytics Vol. 2 No. 3 (2023): August 2023
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/jlca.v2i3.5829

Abstract

Partners in this service are Prajuru Subak Umalambing, which involves organic and non-organic farmers in Subak Umalambing Sibangkaja Ecotourism. The partner's problems are the developed Subak Lambing ecotourism has not been able to implement state law and local law (adat law, awig-awig, and perarem) as part of legal certainty. Objectives: First, to provide legal awareness of ecotourism and organic farming-based culture with the expectation that the law has a cultural meaning in managing ecotourism; second, the potential of Subak Umalambing as ecotourism organic farming requires synergy between Kelian Subak and the Astungkara Way Foundation in managing small tradition-based agriculture (farmers) that can provide added value to farmers. Third, Subak Umalambing Ecotourism in a "redesign" manner and public health needs continuous education and state intervention, especially village government Sibangkaja, to design sustainable ecotourism with the protection of state law
First Aid Training on Near Drowning and Emergency System Activation to Employees of Hotel Quest San Denpasar Tanjung Subrata; Komang Trisna Sumadewi; Aulia Iefan Datya
Community Development Journal Vol 7 No 2 (2023): Community Development Journal
Publisher : UNUSA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33086/cdj.v7i2.4137

Abstract

It is possible to use the global decline in the Covid-19 epidemic as a trigger for the revival of Bali's tourism sector. Bali tourism includes a significant portion of water sports like surfing, diving, rafting, and swimming on beaches, lakes, and rivers. Swimming pools and other activities are available at amusement parks. One of the most common events in water tourism is almost drowning. There were 9 fatalities and 300 drowning instances in the Kuta beach area alone, according to the 2018 data. Because it is essential for tourist actors, especially those associated with water leisure, to acquire Basic Life Support (BLS) training, especially in saving drowning victims, the success of the rescue of drowning victims greatly depends on the speed and precision of administering BLS. The administration of the Quest San Denpasar Hotel, where Partners work, wishes to offer first aid training for accidents, particularly for drowning victims, as none of the hotel staff have ever had first aid training. Ten hotel staff members attended the training on October 29, 2022, at the Quest San Denpasar Hotel. The training provided is in the form of theory and practice of identifying drowning victims, activating the emergency system, evacuating victims from the waters to land, providing BLS, and sending victims to the nearest health facility. Before the training, a pre-test was carried out and afterward, a post-test was carried out, from the results of these tests it could be concluded that there was an increase in the participants' knowledge of 32%, and from BLS practice all participants were able to assist properly.
Peningkatan Imunitas pada Kelompok Prolanis Puskesmas IV Denpasar Selatan Selama Pandemi COVID-19 Asri Lestarini; Tanjung Subrata; Anak Agung Gede Raka Gunawarman; Pande Ayu Naya Kasih Permatananda; Putu Nita Cahyawati
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 15, No 1 (2024): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v15i1.15446

Abstract

Banyak faktor yang dapat menurunkan imunitas tubuh, di antaranya diet yang tidak sesuai, kurangnya olahraga serta stres baik fisik maupun psikologis. Selama masa pandemi ini kegiatan Kelompok Program Lansia (Prolanis) Puskesmas IV Denpasar Selatan menjadi menurun. Hal ini mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik, motivasi, kualitas hidup serta menurunkan imunitas. Selain aktivitas fisik, imunitas juga dapat ditingkatkan dengan tetap menjaga pola makan (diet) yang sesuai dengan penyakit yang diderita serta mengombinasikannya dengan olahraga secara teratur. Mitra terdiri dari pasien lanjut usia yang menderita penyakit diabetes melitus yang memerlukan penerapan diet dan olahraga sehingga dapat meningkatkan imunitas selama pandemi COVID-19. Pemberdayaan mitra ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan menerapkan diet yang sesuai serta melakukan exercise agar dapat membantu pengendalian kadar gula darah khususnya bagi pasien diabetes melitus. Metode yang akan dipakai untuk mencapai tujuan tersebut di antaranya melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan tentang diet, dan exercise berupa Resistance and Aerobic Exercise Combination (RabEC) bagi penderita diabetes melitus sampai dapat diterapkan secara mandiri oleh mitra. Kegiatan dilakukan di Puskesmas IV Denpasar Selatan, dengan melibatkan peserta sebanyak 17 orang peserta. Hasil program ini adalah adanya peningkatan pengetahuan yang dilihat dari hasil rerata postest (81,17) lebih tinggi dari hasil rerata pretest (58,23). Setelah diobservasi, didapatkan peningkatan kemampuan peserta untuk melakukan exercise kombinasi tersebut. Diharapkan dapat dilakukan kegiatan yang serupa sehingga meningkatkan keterampilan anggota Prolanis puskesmas IV Denpasar Selatan dalam exercise kombinasi RabEC.
Hubungan IMT Terhadap Kebugaran Kardiorespirasi Pada Mahasiswa Dengan Obesitas Sentral Di FKIK UNWAR Gede Bagus Dwipayana Putra Dewa; Tanjung Subrata; Asri Lestarini
Aesculapius Medical Journal Vol 4 No 1 (2024): February
Publisher : Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/amj.4.1.2024.123-128

Abstract

[The Correlation Between BMI and Cardiorespiratory Endurance in FKIK UNWAR Student with Central Obesity] The Correlation Between BMI and Cardiorespiratory Endurance in FKIK Unwar Student with Central Obesity Cardiorespiratory endurance is the ability of the heart, lungs, and blood vessels in providing oxygen for muscle performance during rhythmic and sustained activity. Body Mass Index (BMI) is one of the factors that can affect the level of cardiorespiratory endurance. However, this measurement cannot measure the proportion of body fat as in someone with central obesity. A person with normal BMI can have a proportion of body fat > 30%, and if distributed as visceral fat will have a high association with cardiometabolic risk. The purpose of this study was to determine the relationship between BMI and cardiorespiratory endurance in Faculty of Medicine and Health Sciences Warmadewa University student with central obesity. The design of this study was observational analytic with cross sectional approach. This study was conducted on 60 students with central obesity. Body Mass Index was measured using equation body weight (kg)/the square of height (m), while the level of cardiorespiratory endurance was measured using Harvard Step Up Test. The data was analyzed by Statistical Package for Social Science (SPSS) 18.0 for Windows program. The correlation between both variable were analyzed by Spearman correlation test. The results was showed as follow: the average score Weist Circumference, BMI and cardiorespiratory endurance were 91,0±8; 29.01±3.01; and 18.61±8.40, respectively and the correlations between both were negatif (p=000 and r=0.51). The conclusion could be drawn that there was significance correlation between BMI and cardiorespiratory endurance. It was recommended that the students with central obesity should be improved the physical activity regularly
Hubungan Rasio Lebar Bahu dan Panjang Leher terhadap Daya Tahan Kardiorespiratori pada Anggota Tim Bantuan Medis Baswara Prada Agus Pramana Shakti Manik Artha; Tanjung Subrata; Fransiscus Fiano Anthony Kerans
Aesculapius Medical Journal Vol 4 No 1 (2024): February
Publisher : Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/amj.4.1.2024.109-115

Abstract

[The Relationship between Shoulder Width and Neck Length Ratio on Cardiorespiratory Endurance in TBM Baswara Prada Members] Cardiorespiratory endurace is the ability of the heart-lung system and muscles used to deliver oxygen during sustained physical activity. Cardiorespiratory endurance for each body type (somatotype) is generally different. Somatotype differences in this study included the ratio of shoulder width to neck length. This study aims to determine the relationship between the ratio of shoulder width and neck length to the cardiorespiratory endurance of TBM Baswara Prada members. The method of this study was observasional with analytical cross sectional. In this study, sampling was carried out using the non-probability sampling method with consecutive sampling techniques. This study was conducted on 70 student who are member of TBM Baswara Prada. This study used primary data through observation or direct observation of research subjects according to the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using the Pearson correlation statistical test with normally distributed data. The results were as follows: The average ratio biacromial width and neck length and cardiorespiratory endurance; 2.83+0.35; 59.25+11.91 respectively; and the relationship of both was strong negative significance (0.05) with a correlation coefficient (-0.720). The conclusion of this study is that there is a relationship between the ratio of biacromial width and neck length with cardiorespiratory endurance which is negative and significant The present study is anticipated to enhance the caliber of TBM Baswara's human resources in selecting members with good cardiorespiratory endurance indicators by using the ratio of shoulder width to neck length.
Pelatihan Interpretasi Elektrokardiogram bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas III Denpasar Selatan Komang Trisna Sumadewi; Ni Wayan Rusni; Tanjung Subrata; Luh Gede Sri Yenny
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Henti jantung merupakan salah satu penyebab kematian utama didunia. Sekitar 85% penderita penyakit kardiovaskuler meninggal akibat henti jantung. Aritmia juga berkontribusi dalam menyebabkan kematian hingga mencapai 50% kasus. Prevalensi aritmia di Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya usia yaitu 70% pada usia 65-85 tahun dan 8% pada usia diatas 85 tahun. Penderita gangguan kardiovaskuler umumnya mendapatkan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk menegakkan diagnosis. Tenaga medis harus mampu menginterpretasikan hasil rekaman EKG, meliputi gangguan konduksi, aritmia, dan gangguan miokard sehingga dapat mengetahui mengidentifikasi kegawatdaruratan di bidang kardiovaskuler. Wawancara bersama tenaga kesehatan di Puskesmas III Denpasar Selatan menemukan fasilitas untuk mendeteksi penyakit jantung masih terbatas. Mesin EKG di Puskesmas tergolong cukup jarang digunakan sehingga keterampilan dalam menggunakan EKG dan menginterpretasikannya mengalami penurunan. Tujuan dari program kemitraan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mengenai kegawatdaruratan kardiovaskuler serta meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas III Denpasar Selatan mengenai penggunaan EKG serta interpretasinya. Mengacu pada permasalahan tersebut, maka dilaksanakan kegiatan pengabdian dengan memberikan edukasi mengenai kegawatdaruratan di bidang kardiovaskuler, melatih tenaga kesehatan dalam menggunakan mesin EKG serta menginterpretasikan hasil rekaman EKG. Program ini diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas III Denpasar Selatan menambah wawasan mengenai penyakit kardiovaskuler serta menurunkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Program kemitraan ini dilaksanakan di ruang pertemuan Puskesmas III Denpasar Selatan dengan kehadiran peserta sebanyak 100%. Berdasarkan nilai pretest dan postest didapatkan peningkatan pengetahuan peserta mengenai penyakit kardiovaskuler (36,9%). Keterampilan mitra dalam menggunakan mesin EKG dan menginterpretasikannya juga meningkat dari observasi yang dilakukan oleh tim pengabdian.
Ketrampilan Bagi Pelatih dan Official Berbagai Cabang Olahraga Mengenai Bantuan Hidup Dasar Ni Wayan Rusni; Tanjung Subrata; Asri Lestarini
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Risiko cedera mulai dari ringan hingga fatal dapat saja terjadi pada setiap aktifitas fisik termasuk dalam kompetisi olahraga. Oleh karena itu, ketepatan dan kecepatan pertolongan yang diberikan menentukan proses penyembuhan pada cedera yang dialami. Komplikasi yang lebih parah dapat saja terjadi apabila terjadi kesalahan ketika pertama kali dilakukan pertolongan. Untuk menghindari hal tersebut adalah menjadi sangat penting bagi official pertandingan mendapatkaan pelatihan dalam upaya memberikan pertolongan untuk pertama kalinya, terlebih lagi official lah yang bertugas mendampingi atlet saat pertandingan. Pelatihan yang diberikan berupa keterampilan resusitasi jantung paru (RJP) dan first aid training, menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan peserta yang signifikan (p=0,000) yang dianalisis dari hasil pretest dan postest setelah pemeberian materi dan pelatihan diberikan. Selain itu peserta pelatihan tampak sangat antusias mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan. Observasi langsung dilakukan saat kegiatan memperlihatkan banyak peserta yang mengajukan pertanyaan serta tingginya antusiasme peserta untuk langsung mencoba melakukan kegiatan simulasi yang telah diajarkan.