Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PREVALENSI, KARAKTERISTIK, DAN PENANGANAN DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS (DOMS) Prihantoro, Yanuar; Ambardini, Rachmah Laksmi
MEDIKORA Vol 17, No 2 (2018): Oktober
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.667 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v17i2.29184

Abstract

Latihan yang melibatkan kontraksi eccentric seringkali menimbulkan nyeri 1 hari setelah latihan (DOMS). Sampai saat ini prevalensi, karakteristik dan penanganan DOMS belum diketahui. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi, karakteristik, dan penanganan Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) anggota UKM olahraga di UNY. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini adalah 150 orang dari 5 UKM olahraga UNY. Teknik sampling yang digunakan adalah aksidental sampling. Jumlah sampel adalah 60 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah menggunakan angket. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa seluruh anggota UKM bidang olahraga UNY pernah mengalami DOMS. Penanganan yang dilakukan adalah stretching sebanyak 45% dan istirahat sebanyak 42%. Penanganan yang dilakukan dirasa sudah efektif dalam mengurangi rasa nyeri akibat DOMS. Bagian yang sering mengalami DOMS adalah bagian betis (gastrocnemius) sebanyak 36% dan otot hamstring sebanyak 28%.  PREVALENCE, CHARACTERISTICS, AND HANDLING DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS (DOMS) AbstractExercises that involve eccentric contractions often cause pain 1 day after exercise (DOMS). Until now, the prevalence, characteristics and handling of DOMS is unknown. The purpose of this study was to determine the prevalence, characteristics, and handling of Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) of UKM sports members at UNY. This research is a descriptive study using a survey method. The population of this study was 150 people from 5 UNY sports UKM. The sampling technique used was accidental sampling. The number of samples is 60 people. The research instrument used was using a questionnaire. Analysis of the data used is descriptive statistics. The results showed that all members of UKM in the UNY sports field had experienced DOMS. Handling is done by stretching as much as 45% and as much as 42% rest. Handling is considered effective in reducing pain due to DOMS. The part that often experiences DOMS is the calf (gastrocnemius) as much as 36% and hamstring muscles as much as 28%.
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DENGAN PENDEKATAN FUNGSIONAL PADA MATA KULIAH HISTOLOGI Rachmah Laksmi Ambardini
Jurnal Kependidikan Vol. 39, No.1 (2009)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.026 KB) | DOI: 10.21831/jk.v39i1.229

Abstract

The aim of this study was to find out whether the integrated learning model through the functional approach could improve the students academic achievement in the Histology subject. This action research was done in three cycles during the second semester of the 2007/2008 academic year. Each cycle consisted of four activities: planning, implementation, observation, and reflection. The participants of the study were PJKR students of B Group of the Histology class. The research instruments were field notes, practicum worksheets, and tests. Data were analyzed descriptively. Results of the study indicated that: (1) the integrated learning model through the functional approach improved the students academic achievement in the Histology class; and (2) the most effective learning strategies in the Histology class were conducted in three steps: (a) explanation of the three dimension structure before the two dimension structure, (b) laboratory practice focused on identification of Histology specimen through active learning , (c) small group discussion with subject matter informed one week before the class.
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DENGAN PENDEKATAN FUNGSIONAL PADA MATA KULIAH HISTOLOGI Rachmah Laksmi Ambardini
Jurnal Kependidikan Vol. 39, No.1 (2009)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jk.v39i1.6

Abstract

The aim of this study was to find out whether the integrated learning model through the functional approach could improve the students academic achievement in the Histology subject. This action research was done in three cycles during the second semester of the 2007/2008 academic year. Each cycle consisted of four activities: planning, implementation, observation, and reflection. The participants of the study were PJKR students of B Group of the Histology class. The research instruments were field notes, practicum worksheets, and tests. Data were analyzed descriptively. Results of the study indicated that: (1) the integrated learning model through the functional approach improved the students academic achievement in the Histology class; and (2) the most effective learning strategies in the Histology class were conducted in three steps: (a) explanation of the three dimension structure before the two dimension structure, (b) laboratory practice focused on identification of Histology specimen through active learning , (c) small group discussion with subject matter informed one week before the class. Keyword: integrated learning model, functional approach, histology, three- dimension structure, two-dimension structure
PENDIDIKAN JASMANI DAN PRESTASI AKADEMIK: TINJAUAN NEUROSAINS Rachmah Laksmi Ambardini
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Vol 6, No 1 (2009): April
Publisher : Departement of Sports Education, Faculty of Sport Sciences Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpji.v6i1.432

Abstract

Physical education class is only 2 hours per week. Physical inactivity is a leading contributor to obesity and chronic disease. Numerous studies have shown positive relationships between academic achievement and physical activity. The mechanisms by which students may improve academic achievement as a result of increased physical activity through physical education included improved attention, mood, motivation, cognitive function, and neuroplasticity. Physical activity, especially aerobic activity, increased neurotransmitter activity, blood flow to the brain, and production BDNF (brain-derived neurotrphic factor). BDNF is responsible for neurons creation, survival, and resistance to damage and stress, which is support learning. Kata kunci: pendidikan jasmani, prestasi akademik, fungsi otak
EFEKTIVITAS KOMBINASI PROPRIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION DAN ICE MASSAGE UNTUK MENCEGAH DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS Wazim Bachtiar Wanodyana; Rachmah Laksmi Ambardini
MEDIKORA Vol 17, No 1 (2018): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.422 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v17i1.23491

Abstract

Banyak kasus Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) yang dialami atlet pada fase latihan maupun pertandingan yang menyebabkan penurunan prestasi olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi dari stretching proprioceptive neuromuscular facilitation dan ice massage untuk Mencegah DOMSPenelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Metode yang digunakan adalah controle group pretest-posttest design. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa FIK UNY peserta UKM Olahraga. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa FIK UNY peserta UKM Olahraga berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket tingkat nyeri dan goniometer untuk mengukur ROM. Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis uji Wilcoxon.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum kombinasi stretching proprioceptive neuromuscular facilitation dan ice massage efektif untuk mencegah terjadinya delayed onset muscle soreness dengan indikator rasa nyeri, ROM, dan skala fungsi. Terutama untuk penurunan nyeri tekan, peningkatan ROM lutut, skala fungsi duduk dan berdiri, naik tangga, dan jongkok.
Peran Latihan Fisik dalam ManajemenTerpadu Osteoartritis Rachmah Laksmi Ambardini
MEDIKORA Vol. II, No 1, April 2006
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/medikora.v0i1.4755

Abstract

Osteoartrids adalah penyakit sendi yang paling banyakditemui, dialami oleh populasi usia pertengahan ke atas.Osteoartritis ditandai kerusakan progresif karulago sendi danmenyebabkan perubahan struktur di sekitar sendi. Perubahanperubahanyang terjadi antara lain akumulasi cairan, pertumbuhantulang yang berlebih, kelemahan otot, dan tendon, sehinggamembatasi gerak dan menyebabkan nyeri dan bengkak. Sendi yangsering terkena adalah sendi-sendi yang menahan berat tubuh {weigthbearingjoint),seperd sendi lutut, panggul, dan mlang belakang.Diagnosis osteoartrids didasarkan pada keluhan nyeri padasendi yang terkena, dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik yang memperlihat- kan pembesaran tulang pada persendian, akumulasicairan, timbul krepitasi selama bergerak, kelemahan otot, daninstabilitas sendi. Pemeriksaan radiologis berguna sebagaipenunjang diagnosis. Tujuan terapi osteoartrids adalah menguranginyeri dan mengembalikan fungsi sendi yang terkena. Hal ini dapatdicapai dengan menerapkan manajemen terpadu osteoartritis, yaimmengkombinasikan terapi farmakologi dan non-farmakologi.Latihan fisik merupakan bagian penting dalam manajemenosteoartritis.Tujuan latihan fisik, yaim memperbaiki fungsi sendi,proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi stres pada sendi.meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabiUtas, danmeningkatkan kebugaran jasmani. Manfaat latihan fisik adalahmeningkatnya mobilitas sendi dan memperkuat otot yangmenyokong dan melindungi sendi, mengurangi nyeri dan kakusendi, serta dapat mengurangi pembengkakan. Program latihanfisik yang dapat diberikan yaitu latihan fleksibihtas, latihanpenguatan isometrik, isokinetik, dan isotonik, dan latihan aerobik
EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI DINGIN DAN MASASE DALAM PENANGANAN CEDERA ANKLE SPRAIN AKUT Wahyu Tri Atmojo; Rachmah Laksmi Ambardini
MEDIKORA Vol 16, No 1 (2017): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.109 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v16i1.23485

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan kombinasi terapi dingin dan masase dalam menangani cedera ankle sprain akut pada atlet pencak silat Daerah Istimewa Yogyakarta.Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design. Teknik pengambilan data menggunakan tes dan pengukuran berupa tes awal dan tes akhir dengan penentuan diagnosis cedera ankle sprain akut tersebut menggunakan angket catatan medis. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet pemusatan latihan Daerah Istimewa Yogyakarta cabang olahraga pencak silat yang mengalami cedera ankle sprain akut. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik incidental sampling. Perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus Slovin dan didapat sampel sebanyak 20 atlet. Teknik analisis data menggunakan uji-t berpasangan setelah sebelumnya melalui uji prasyarat, uji normalitas, dan uji homogenitas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada perlakuan kombinasi terapi dingin dan masase dalam menangani cedera ankle sprain akut, dengan indikasi berkurangnya tanda radang cedera meliputi kemerahan, suhu panas, lingkar ankle, nyeri, serta meningkatnya ROM sendi ankle dengan nilai p = 0.000 (p0.05). Secara praktis, berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kombinasi terapi dingin dan masase efektif dalam menangani cedera ankle sprain akut pada atlet Pencak Silat Daerah Istimewa Yogyakarta.
TINGKAT PEMAHAMAN DAN SURVEI LEVEL AKTIVITAS FISIK, STATUS KECUKUPAN ENERGI DAN STATUS ANTROPOMETRIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FIK UNY Prijo Sudibjo; Novita Intan Arovah; Rachmah Laksmi Ambardini
MEDIKORA Vol. XI No. 1 Oktober 2013
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/medikora.v11i2.2816

Abstract

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan dipersiapkan menjadi pelatih yang kompeten. Salah satu kompetensi yang diperlukan oleh pelatih adalah pemahaman dan keterampilan dalam pengukuran tingkat aktivitas fisik, status kecukupan energi dan status antropometrik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengukuran level aktivitas fisik, status kecukupan energy, dan status antropometrik mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY. Penelitian ini merupakan penelitian observasi cross sectional pada 30 mahasiswa Program Stusi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY yang telah menempuh mata kuliah Anatomi. Pengukuran tingkat pemahaman dilaksanakan dengan metode tes. Level aktivitas fisik diukur dengan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire), status kecukupan energi diukur dengan membagi antara asupan kalori dibagi dengan kebutuhan kalori, dan status antropometris dinilai dengan menggunakan rumus BMI (body mass index) dansomatotype berdasarkan Health Charter Manual. Data diolah secara deskriptif dan korelatif menggunakan analisis Korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara tingkat pemahaman dan status level aktivitas fisik, status kecukupan energy, dan status antropometrik dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY mempunyai level aktivitas fisik yang baik (skor IPAQ rata-rata 7248,13 ± 2420,58 METS), dan status kecukupan energi yang baik pula (rata-rata kecukupan energi sebesar 96,62 ± 19,81%). Di sisi lain, status gizi pada 90 % mahasiswa menunjukkan kriteria yang normal. Uji Korelasi Pearson menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat kuat antara tingkat pemahaman level aktivitas fisik dan level aktivitas fisik (korelasi 0.902 dan p 0,05), namun tidak terbukti adanya korelasi yang signifikan (p 0,05) antara tingkat pemahaman dan status kecukupan energi dan status gizi yang secara berurutan didapatkan nilai korelasi sebesar 0,27 dan 0,048.Kata Kunci: level aktivitas fisik, status kecukupan energi, status antropometrik
EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI MASASE FRIRAGE DAN LATIHAN PNF TERHADAP PEMULIHAN CEDERA PANGGUL Davit Firmanda Hernowo; Rachmah Laksmi Ambardini
MEDIKORA Vol 18, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.655 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v18i2.29201

Abstract

Cedera adalah kelainan atau gangguan yang terjadi pada anggota tubuh yang menyebabkan timbulnya keluhan seperti, nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada otot, tendon, ligamen, persendian maupun tulang yang terjadi akibat aktivitas yang berulang, berlebihan maupun kecelakaan. Panggul merupakan salah satu bagian persendian yang sering digunakan manusia melakukan aktivitas sehari-hari, oleh karena itu akan memiliki persentase untuk dapat terjadi cedera. Masase terapi ataupun stretching merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan cedera. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang efektivias terapi kombinasi Frirage dan terapi latihan PNF terhadap pemulihan cedera panggul. Metode penelitian menggunakan penelitian pra eksperimen dengan desain satu kelompok dengan tes awal dan tes akhir (one-group pretest-posttest design). Penelitian ini dilakukan di klinik terapi FIK UNY pada tanggal 14 sampai dengan 27 September 2017. Populasi penelitian ini adalah pasien laki-laki di klinik terapi FIK UNY pada bulan Agustus 2017. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 15 subjek diperoleh dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian pada range of motion (ROM) secara keseluruhan sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan nilai signifikansi (p 0,05), dengan efektivitas sebesar 6,60% untuk fleksi, 26,85% untuk ekstensi, 28,23% untuk abduksi, 10,74% untuk adduksi, 5,16 untuk medial rotasi, dan 6,77% untuk lateral rotasi, pada nyeri secara keseluruhan sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan nilai signifikansi (p 0,05), dengan efektivitas sebesar 51,13%. dan pada fungsi gerak secara keseluruhan sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan nilai signifikansi (p. 0,05), dengan efektivitas sebesar 72,10% untuk jalan, 73,33% untuk duduk berdiri, 50,53% untuk berdiri satu kaki. Simpulan penelitian, terapi kombinasi masase frirage dan terapi latihan PNF efektif terhadap pemulihan ROM, nyeri dan fungsi gerak cedera panggul pasien Klinik Terapi FIK UNY. EFFECTIVENESS OF FRIRAGE MASSAGE THERAPY THERAPY AND PNF EXERCISES ON PELVIC INJURY RECOVERY AbstractInjury is a disorder or disorder that occurs in a limb that causes complaints such as pain, heat, redness, swelling, and can not function well in muscles, tendons, ligaments, joints or bones that occur due to repetitive, excessive activity or accidents. Pelvis is one part of a joint that is often used by humans to carry out daily activities, therefore it will have a percentage of injury to occur. Massage therapy or stretching is one effort that can be done to reduce injury complaints. The purpose of this study was to find out about the effectivity of Frirage combination therapy and PNF exercise therapy on pelvic injury recovery. The research method uses pre-experimental research with one group design with initial tests and final tests (one-group pretest-posttest design). The research was conducted at the UNY FIK therapy clinic on 14 to 27 September 2017. The population of this study was male patients at the UNY FIK therapy clinic in August 2017. The samples in this study were 15 subjects obtained using purposive sampling. The results of the study on the range of motion (ROM) as a whole before and after treatment showed a significance value (p 0.05), with an effectiveness of 6.60% for flexion, 26.85% for extension, 28.23% for abduction, 10.74% for adduction, 5.16 for medial rotation, and 6.77% for lateral rotation, the overall pain before and after treatment showed a significance value (p 0.05), with an effectiveness of 51.13%. and the overall motion function before and after treatment showed a significance value (p. 0.05), with an effectiveness of 72.10% for the road, 73.33% for sitting standing, 50.53% for standing on one foot. Conclusions of the study, combination massage therapy and PNF exercise therapy are effective for recovery of ROM, pain and pelvic injury function of patients at the Therapy Clinic of Sport Science Faculty UNY.
EVALUASI EFEK ERGOGENIK GINSENG Rachmah Laksmi Ambardini
MEDIKORA Vol. I, No. 1, April 2005
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1496.276 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i1.4732

Abstract

Ginseng merupakan tanaman obat yang sudah lama digunakan dan  dipercaya mempunyai efek adaptogen dan ergogenik. Suplemen ginseng banyak  dikonsumsi olahragawan dengan tujuan utama meningkatkan kinerja fisik.   Salah  satu spesies yang paling sering digunakan adalah Panax ginseng  C.A.Meyer atau  ginseng Korea. Komponen zat aktif Pginseng adalah  ginsenoside. Berbagai  penelitian menunjukkan bahwa Pginseng mampu  meningkatkan kinerja fisik,  meningkatkan fungsi psikologis, fungsi imun, dan  anti diabetik.  Penelitian tentang efek ergogenik ginseng memberikan hasil yang bervariasi.  Banyak penelitian bermakna jika dilakukan dengan menggunakan ekstrak  ginseng  standar, durasi penelitian lebih dari 8 minggu, dosis lebih dari 1 g akar  kering  atau ekuivalen, dan jumlah subjek yang lebih besar. Secara umum  ginseng aman  digunakan. Penelitian mendatang tentang efek ergogenik  ginseng harus  memperhatikan kualitas ekstrak, respons dosis, durasi  penelitian, dan desain  penelitian yang tepat.Kata kunci: ginseng, efek ergogenik