Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Andie Murtono; Patrice N.I. Kalangi; Frangky E. Kaparang
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 2: Desember 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.2.2015.10114

Abstract

Ikan adalah bahan organik yang sebagian besar sel penyusunannya terdiri atas enzim dan protein. Kedua zat ini merupakan media perkembang-biakan yang sangat baik bagi bakteri pembusuk. Setelah ditangkap, ikan harus diberi perlakuan tertentu untuk menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meletakkan ikan pada wadah atau ruang yang dingin yaitu cold storage. Tujuan penelitian adalah 1) menghitung besar kapasitas penyimpanan cold storage; 2) menghitung besar beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur. Kapasitas cold storage sesuai perhitungan dalah 123,5 ton tetapi yang digunakan hanya sampai 120 ton. Mesin pendingin melakukan 4 kali defrost secara otomat dalam sehari, masing-masing tiap setengah jam. Lama waktu mesin pendingin beroperasi (running time) dalam 1 hari adalah 22 jam. Total beban pendingin yang dibutuhkan adalah 82.717,32 Btu/hr. Kata-kata kunci: tuna, kapasitas, beban pendingin, cold storage, Bitung
Luas cakupan perpindahan rumpon di Teluk Manado Channia Mandagi; Patrice N.I. Kalangi; Alfret Luasunaung
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 3: Juni 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.3.2016.11446

Abstract

ABSTRACT Fish aggregating devices (FADs) are one of the fishing devices widely used by traditional fishermen in the bay of Manado to attract a group of fish to stay around so they can be easily caught. Surface FADs are floating structures anchored to the sea bottom. The floating structure always moves within a coverage area. This research was done to study the FADs coverage area in Manado Bay in September and October 2015 based on FADs positions measured hourly. The results showed that the length of anchor rope determines the size of coverage area, and the movement of FADs did not have a clear pattern and did not form a circle. The unorganized pattern was due to currents, winds, or the combination of the two. Keywords: FADs, raft, Manado Bay   ABSTRAK Rumpon merupakan salah satu alat bantu penangkapan ikan yang banyak digunakan oleh masyarakat nelayan tradisional di daerah Teluk Manado untuk menarik kelompok ikan berkumpul sehingga mudah ditangkap. Rumpon permukaan merupakan bangunan terapung yang diikat pada suatu titik di dasar perairan (jangkar). Posisi rumpon di permukaan berpindah-pindah dalam suatu wilayah cakupan. Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui luas cakupan-pergerakan rumpon di perairan Teluk Manado pada bulan September dan Oktober 2015 berdasarkan pengukuran posisi-posisi rumpon setiap jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang tali jangkar menentukan luas cakupan, dan pergerakan rakit rumpon tidak teratur dan tidak membentuk sebuah lingkaran. Ketidak-aturan ini disebabkan oleh arus, angin, atau kombinasi dari keduanya. Kata-kata kunci: rumpon, rakit, Teluk Manado
Studi tentang tinggi penempatan lampu terhadap jumlah hasil tangkapan ikan pelagis di rumpon di Perairan Likupang (Study of the placement level of lights on the number of pelagic catches at FADs in Likupang Waters) Elvis Dimes; Fanny Silooy; Patrice N. I. Kalangi
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 3 No. 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.3.2.2018.21426

Abstract

Fishing aids commonly used in fishing operations in Indonesia include FADs and light attractors. The use of lighting fishing is generally intended to attract fish to gather around light sources. The success of the light source to attract and collect fish around the lamp depends on the state of the lamp and environmental conditions. In this study treatment was is the height of the lamp from the water surface, namely 80 cm, 120 cm, and 180 cm. 120 cm high is the height commonly used by fishermen. The lights are made in two series, each consisting of four lights with a total of 200 watts. The purpose is to find out the catch of fishing rods around the FADs with high treatment of lights that are dissected. Based on the graph, the treatment given has a different tendency in catches number. The types of fish caught by hand line in FADs around 5 types of fish in the order of the most catches are mackerel (Selaroides leptolepis), and followed by flying fish (Decapterus ruselli), tuna fish (Auxis thazard), dolphin fish (Coryphaena hippurus), and squid (Loligo sp).The lamps placed at the level of 180 cm gives more catches, followed by the lamps at thelevel of 80 cm which is not much different from an level of 120 cm. cm and type of flying fish was caught more at the height of the lamp at 180 cm from the surface.Keywords: LED lights, FADs, pelagic fish, Likupang waters AbstrakAlat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia antara lain adalah rumpon dengan attractor cahaya. Penggunaan alat bantu cahaya pada penangkapan ikan umumnya dimaksudkan untuk menarik ikan agar berkumpul di sekitar sumber cahaya. Berhasil tidaknya sumber cahaya lampu untuk menarik dan mengumpulkan ikan-ikan di sekitar lampu tergantung keadaan lampu dan kondisi lingkungan. Perlakuan pada penelitian ini adalah tinggi lampu dari permukaan air, yakni 80 cm, 120 cm, dan 180 cm. Tinggi 120 cm merupakan tinggi yang biasa digunakan oleh nelayan. Lampu dibuat dalam dua rangkaian yang masing-masing terdiri atas empat lampu dengan intensitas total 200 watt. Tujuan untuk mengetahui hasil tangkapan pancing ulur di sekitar rakit dengan perlakuan tinggi lampu yang berbedah. Berdasarkan grafik, perlakuan yang diberikan memiliki kecenderungan berbeda. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan pancing ulur di rumpon adalah 5 jenis ikan dengan urutan hasil tangkapan terbanyak adalah selar (Selaroides leptolepis), dan diikuti oleh ikan layang (Decapterus ruselli), tongkol (Auxis thazard), lemadang (Coryphaena hippurus), dan cumi-cumi (Loligo sp). lampu yang ditempatkan pada ketinggian 180 cm memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak, diikuti lampu pada ketinggian 80 cm yang tidak jauh berbeda dengan ketinggian 120 cm. Jenis ikan selar diperoleh paling banyak pada ketinggian 120 cm dan jenis ikan layang lebih banyak tertangkap pada ketinggian lampu 180 cm dari permukaan.Kata kunci: lampu LED, rumpon, ikan pelagis, perairan Likupang
Arus lagrangian di sekitar rumpon di tengah teluk Manado Demsi Y. Tatanging; Alfret Luasunaung; Vivanda O. J. Modaso; Patrice N. I. Kalangi; Kawilarang W. A. Masengi; Henry J. Kumajas†
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 4 No. 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.4.1.2019.22782

Abstract

Masyarakat nelayan tradisional di daerah Teluk Manado memanfaatkan potensi sumber daya perikanan melalui usaha penangkapan ikan dengan menggunakan peralatan relatif sederhana dan menggunakan alat bantu rumpon. Pergerakan atau perpindahan rumpon sangat di pengaruhi oleh arus permukaan. Untuk itu, tujuan penelitian adalah mengetahui pergerakan dan pola arus yang ada di sekitar rumpon di tengah teluk Manado (124 47’42.5” BT; 01 30’22.0” LU) dengan menggunakan Metode Lagrangian. Penelitian ini berdasarkan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan float tracking dan dilaksanakan selama sebulan.  Pemetaan dan analisis data pola pergerakan arus dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputasi numerikal.  Hasil penelitian menunjukkan, arus permukaan di sekitar rumpon didominsasi pergerakan dan pola arus ke arah Timur, Utara dan Selatan dipengaruhi oleh pasang surut.
Pengaruh warna lampu light emitting diode dalam air terhadap hasil tangkapan ikan Teri (Stolephorus commersonii) dengan bagan Christianti Triagneriauly Amos; Revols D. Ch. Pamikiran; Patrice Nelson Isaak Kalangi; Henry James Kumajas
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 4 No. 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.4.2.2019.24225

Abstract

Lift nets is one of the fishing gear which operate at the night.  This fishing gear are using light as a aids to attract fish into the fishing area.  Research on the use of LED lights in water on lift nets is carried out in Tateli Weru Waters, with the aim to see how the effect of using different color underwater LED lights on anchovy catches (Stolephorus commersonii), and knowing the amount of anchovy (Stolephorus commersonii) catch on lift net using the experimental method, where data is analyzed using Completely Randomized Block Design (RCBD), and continued by Least Significant Difference test (LSD).  Trial of anchovy fishing (Stolephorus commersonii) was conducted in December 2018 for 10 days by operating boat lift nets using green, blue and green-blue LED lights.  The results showed that the use of LED light colors in blue water had a very significant effect on the amount of anchovy catch (Stolephorus comersonii) compared to to the color of LED lights in green-blue and green water.  Whereas the use of LED light colors in blue-green water with green is not statistically significantly different from the amount of anchovy caught (Stolephorus comersonii).ABSTRAKBagan merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang dioperasikan pada malam hari.  Alat tangkap ini menggunakan cahaya lampu sebagai alat bantu untuk menarik ikan masuk ke dalam area penangkapan.  Penelitian mengenai penggunaan lampu LED dalam air pada bagan dilakukan di Perairan Tateli Weru, dengan tujuan untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan lampu LED bawah air dengan warna yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus commersonii), serta mengetahui jumlah hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus commersonii) pada bagan dengan menggunakan metode eksperimental, dimana data dianalisis dengan menggunakan  Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).  Uji coba penangkapan ikan teri (Stolephorus commersonii) dilakukan pada bulan Desember 2018 selama 10 hari dengan mengoperasikan bagan apung menggunakan lampu LED hijau, biru dan hijau-biru.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan warna lampu LED dalam air biru memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus comersonii) dibandingkan warna lampu LED dalam air hijau-biru dan hijau.  Sedangkan antara penggunaan warna lampu LED dalam air hijau-biru dengan hijau secara statistik tidak berbeda nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus comersonii).
Pengamatan ketertarikan ikan pada lampu Led RGB bawah air di Perairan Teluk Manado Lita ImanSari Turnip; Wilhelmina Patty; Patrice Kalangi; Fransisco Pangalila
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.v7i1.36873

Abstract

            Penggunaan Lampu LED RGB dalam air berbasis Internet of things sebagai alat bantu penangkapan ikan, baru digunakan di Perairan Teluk Manado, dengan beberapa keunggulan yakni dapat dioperasikan secara insitu dari jarak jauh dan menggunakan beberapa warna cahaya secara otomatis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketertarikan ikan terhadap cahaya lampu LED dalam air dan komposisi hasil tangkapan ikan dengan pukat cincin selama 3 hari pengamatan di rakit. Hasil pengamatan yang diperoleh adalah ikan lebih cepat tertarik pada cahaya warna biru, kemudian cahaya warna hijau. Ikan yang mendekati sumber cahaya memerlukan waktu penyesuaian 10 – 30 menit untuk tetap berada disekitar lampu. Setelah pencahayaan warna merah, ikan terlihat semakin banyak dan tenang berada di sekitar lampu. Ada 6 jenis ikan yang tertangkap yakni ikan selar, kuwe, tongkol, layang, tuna, moonfish, dan cumi-cumi. Dengan jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan selar , layang, dan ikan kuwe. 
Analisis kapal perikanan pelaku illegal fishing yang ditangani Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Bitung Amiruddin Amiruddin; Patrice Nelson Isaak Kalangi; Vivanda O. J. Modaso
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.7.2.2022.41656

Abstract

Illegal fishing is a fishing activity that does not comply with laws and regulations. The practice of illegal fishing does not only have a negative impact on the sustainability of resources, but also has a negative impact on the community, regional and national economy. The Bitung Marine and Fisheries Resources Surveillance Base (Pangkalan PSDKP Bitung) has the task of surveilancing and enforcing laws and regulations in the marine and fisheries sector in Sulawesi waters. The objectives of this research were: 1) to identify the areas prone to illegal fishing in the State Fisheries Management Area of the Republic of Indonesia (WPPNRI), 2) to examine the characteristics of illegal fishing perpetrator related to the specifications of the ship and its origin. All data related to the purpose of this study were obtained from the Bitung PSDKP Base. The data was then analyzed using descriptive statistics in the form of simple tables, graphs and proportion values. The results of this study indicate that there are three areas prone to illegal fishing, in order, namely: 1) the territorial sea and the ZEEI of the Sulawesi Sea in the western waters of the Sitaro Islands Regency and Sangihe Islands Regency, 2) the northern waters of the Talaud Islands Regency, and 3) the  Maluku Sea east of Minahasa. Based on the characteristics of the vessels, 71.1% of the vessels were from the Philippines, captained by Filipinos, and manned by Filipino crew. Ships of£5 GT in capacityaccount for 68.8%, and 87.3% of ships are made of wood. Around 60.7% of ships are equipped with three kinds of radio and navigation equipment. The fishing gear operated is mainly (78.6 %)tuna handline.Illegal fishingatau penangkapan ikan secara tidak sah adalah aktivitas penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Praktik illegal fishing tidak hanya berdampak buruk pada kondisi sumberdaya, tetapi juga berdampak buruk pada perekonomian masyarakat, daerah, dan nasional. Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Bitung mempunyai tugas mengawasi dan menegakkan peraturan dan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan di wilayah perairan Sulawesi. Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk: 1) Mengetahui sebaran daerah rawan terjadinya illegalfishingdi Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), 2) Mengetahui karakteristik pelaku illegalfishingberkaitan dengan spesifikasi kapal dan asalnya. Semua data yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini diperoleh dari Pangkalan PSDKP Bitung. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan statistika deskriptif dalam bentuk tabel-tabel sederhana, grafik dan nilai proporsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga daerah rawan tindakan illegalfishing, secara berurut yakni: 1)Laut teritorial dan ZEEI Laut Sulawesi di perairan sebelah barat Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2)Perairan sebelah utara Kabupaten Kepulauan Talaud, dan 3) Perairan Laut Maluku sebelah timur Minahasa. Berdasarkan karakteristik kapal, 71.1 % kapal yang tertangkap berasal dari Filipina, dinakhodai oleh warga Filipina, dan diawaki oleh ABK Filipina. Kapal berukuran £5 GT mencapai 68.8 %, dan 87.3 % terbuat dari bahan kayu. Sekitar 60.7% kapal dilengkapi dengan tiga macam alat radio dan navigasi. Alat tangkap yang dioperasikan didominasi oleh pancing ulur vertikal untuk tuna (78.6 %).
Studi tentang tahanan perahu pelang di desa Rap-Rap Kabupaten Minahasa Selatan Rachim Sjah Agung Renato Waworoentoe; Heffry V Dien; Patrice N.I. Kalangi; Franky E Kaparang; Vivanda O.J. Modaso; Fransisco P.T Pangalila
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 7 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.7.2.2022.41745

Abstract

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki luas perairan yang lebih besar dibandingkan daratan. Dengan semua hal itu, banyak yang bekerja sebagai petani dan nelayan tradisional. Setiap wilayah pasti memiliki kebudayaan karakter yang beda begitu juga dengan nelayan tradisonal memiliki alat tangkap yang berbeda, alat tangkap juga membutuhkan alat bantu yaitu kapal tradisional.Perahu tradisional di Sulawesi Utara seperti londe, pelang, dan lain lain berbahan  dasar kayu dengan seiringnya zaman dan meningkatnya harga kayu dikarenakan sulitnya untuk mendapat kayu sebagai bahan dasar pembuatan kapal tradisional beralih bahan dasar lain yaitu FRP, sudah banyak ditemui kapal perikanan yang berbahan dasar FRP (Fiber Reinforced Plastic) sebagai pengganti bahan kayu penggantian ini dikarenakan bahan baku kayu sudah semakin sulit dicari dan semakin mahal.Dalam pengoperasiannya, kapal bergerak melalui media air karena adanya gaya dorong dari sistem penggerak kapal. Air memiliki pengaruh terhadap kapal karena memberikan gaya menahan  dari pergerakan kapal yang disebut boat resistanceTahanan mempelajari reaksi fluida terhadap gerakan kapal pada saat melalui fluida tersebut. Tahanan juga disebut resistance drag  adalah besarnya gaya fluida yang melawan gerakan kapal sedemikian rupa yang sejajar dengan sumbu gerak kecepatan kapal (Rosmani  2013).Ada beberapa perbedaan dalam penggunaan metode Kaper pada aplikasi Delftship dan Freeship. Metode Kaper pada aplikasi Delftship metode ini menghasilkan diagram data yang membahas tahanan kapal berdasarkan kecepatan dalam satuan kN dan kecepatan N, sedangkan pada data hasil perhitungan tahanan yang muncul pada perhitungan terakhir yang dicantumkan dalam table data meliputi data kecepatan kapal, meter per detik, Froude Number, tahanan gesek, tahanan sisa, dan tahanan total.Perahu pelang yang diukur bentuk lambungnya telah digambar pada aplikasi Freeship dan menghasilkan linesplan yang menyerupai dengan kapal pelang yang diukur. Hasil penggambaran ini kemudian digunakan dalam penghitungan tahanan pada Freeship menggunakan metode Kaper dan Delft yacht. Hasil output perhitungan diberikan dalam bentuk grafik dan tabel laju kapal, speed lenght ratio, tahanan gesek, tahanan sisa, dan tahanan total. Pada metode Delft ada output tambahan yaitu power.Ada beberapa perbedaan dalam output metode Kaper pada aplikasi Delftship dan Freeship. Metode Kaper pada aplikasi Delftship menghasilkan grafik data yang membahas tahanan kapal berdasarkan laju dalam satuan kn dan kecepatan knot. Data hasil perhitungan tahanan yang muncul pada perhitungan terakhir atau final calculation yang dicantumkan dalam grafik meliputi data laju kapal, speed length ratio, Froude Number, tahanan gesek, tahanan sisa, dan tahanan total.
Operasi penangkapan dan penanganan hasil tangkapan pole and line KM Sari Usaha 09: Fishing operation and on-board catch handling of KM Sari Usaha 09 pole and liner Bofmar Sasaleno; Patrice N I Kalangi; Lefrand Manoppo; Alfret Luasuanaung; Heffry V Dien; Fransisco P T Pangalila
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 8 No. 2 (2023): Juli - Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.8.2.2023.49357

Abstract

The utilization of marine biological resources in an effort to increase the production of fishery products has always received serious attention from fishing stakeholders. One of the fishing gear used in exploiting fish resources is pole and line. This study aims to examine pole and line fishing operations and methods of handling the catch on board. This factorrs are important in increasing production with maintained fish quality. This research is descriptive in nature and data collection includes primary data obtained directly from the source or research object, and secondary data obtained indirectly from the research object. Fishing operations include preparation activities, especially ship documents, fishing gear, food supplies, fuel and ice blocks. The operation of pole and line fishing gear uses live bait as a determining factor for fishing success. The types of fish caught are skipjack tuna, yellow fin tuna, dolphinfish, and rainbow runner. The steps taken in the process of handling caught fish on board include preparing catch handling equipment, handling freshly caught fish, and handling fish in holds.
Comparison of Tidal Analysis Results at Tumumpa Coastal Fishing Port Using Least Squares Method and Admiralty Method Lang, Abigail Emylia Febricristiani; Kalangi, Patrice N. I.; Dien, Heffry V; Masengi, K. W. A.; Pamikiran, Revols D. Ch.; Kaparang, Frangky E.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.36887

Abstract

Tumumpa Coastal Fishing Port is located at 1°31'21"-1°31'35" N, 124°50'28"-124°51'24" E Tides are one of the phenomena that can be utilized as a reference in determining natural resource management policies and as a supplement to data used to forecast future marine conditions. Using the Least Squares Method and the Admiralty Method with 15 days of observation data, the analysis was undertaken with the goal of finding the phase and amplitude of tidal components, type of tides, and the elevation of sea level at  Tumumpa Coastal Fishing Port. The tidal type  at the port is mixed semidiurnal tides, the formzahl value for the least square method is 0.48, while for the Admiralty method is 0.39Keywords: Tides; Formzahl; RMSE; PPP Tumumpa.AbstrakPasang surut air laut merupakan salah satu fenomena yang bisa dijadikan referensi dalam penentuan kebijakan untuk pengelolaan sumber daya alam dan sebagai data pelengkap untuk menggambarkan kondisi laut pada masa mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis komponen-komponen pasang surut dan tipe pasang surut yang diukur di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa. Analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan metode Admiralty berdasarkan data 15 hari pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pasang surut di PPP Tumumpa bertipe campuran condong harian ganda. Didapatkan dominasi komponen harmonik pasang surut pada PPP Tumumpa, bertipe campuran condong harian ganda. Komponen harmonik pasang surut dominan di  PPP Tumumpa, yaitu komponen semidiurnal untuk metode kuadrat terkecil M2 = 0.21 dan S2= 1.47 sedangkan untuk metode Admiralty M2 = 52.08 dan S2= 34.59.Kata kunci:  Pasang surut; Nilai Formzahl; RMSE; PPP Tumump