Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker Aan Nuraeni; Ikeu Nurhidayah; Nuroktavia Hidayati; Citra Windani Mambang Sari; Ristina Mirwanti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (731.306 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.101

Abstract

Spiritual care merupakan hal yang penting bagi pasien kanker. Namun pelayan keperawatan masih terfokus pada aspek fisik, sehingga data mengenai kebutuhan spiritual pasien kanker di Indonesia belum komprehensif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kebutuhan spiritual pada pasien kanker serta tingkat kebutuhannya. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 76 pasien kanker yang sedang menjalani perawatan di salah satu RS di Bandung yang diambil dengan accidental sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen Spiritual Needs Questionaire 2.1 (SPNQ 2.1) yang meliputi aspek religi, kedamaian dan eksistensi diri. Analisa data kebutuhan spiritualitas menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, sedangkan nilai rerata digunakan untuk mengidentifikasi seberapa kuat kebutuhan spiritual tersebut bagi responden dengan kategori 1 – 1,9  agak dibutuhkan; 2 – 2,9 dibutuhkan; 3 sangat dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek religi, berdoa dengan orang lain dan seseorang berdoa untuk responden memiliki persentase paling tinggi (96,05%). Pada aspek kedamaian, tinggal di tempat yang tenang dan damai serta menemukan kedamaian batin memiliki persentase paling tinggi (89,47%). Pada aspek eksistensi diri, menemukan makna dalam sakit dan penderitaan memiliki persentase paling tinggi (94,74%). Adapun pada kebutuhan untuk memberi, beralih menjadi orang yang penuh cinta kasih memiliki persentase paling tinggi (89,47%). Kebutuhan tersebut masuk ke dalam kategori dibutuhkan dengan nilai rerata sebagai berikut : kebutuhan religi (2,28±0,47); kedamaian (2,19±0,47); eksistensi diri (2,11±0,76); dan kebutuhan untuk memberi (2,08±0,55). Penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan oleh responden, dan kebutuhan religi merupakan kebutuhan yang paling banyak dipilih dan dirasakan paling dibutuhkan. Kata kunci: Kanker, kebutuhan spiritual, pasien.Spiritual Needs of Patients with CancerAbstractCancer affects a patient’s various life aspects, physical, psychological, as well as spiritual. However, more often than not, nursing care focuses only on the physical aspect, and neglects the spiritual side. This study aimed to identify the types and levels of spiritual needs affecting cancer patients. This quantitative descriptive study involved 76 cancer patients, selected using accidental sampling method, who were undergoing treatment in a hospital in Bandung, West Java. Data were collected using Spiritual Needs Questionnaire 2.1 (SPNQ 2.1) consisting of Religious, Inner Peace, Existential, and Actively Giving aspects. To analyse data of spiritual needs, the study used distribution of frequency and percentage. Mean value was used to identify how important those spiritual needs were to respondents (1-1.9: somewhat needed, 2-2.9: fairly needed, 3: strongly needed). The results showed that on Religious aspect, “praying with others” and “having someone pray for me” have the highest percentage (96.05%). On Inner Peace, “living in a calm and peaceful place” and “finding inner peace” have the highest precentage (89.47%). On Existential aspect, “finding meaning in pain and suffering” has the highest percentage (94.74%). On Actively Giving, “becoming a loving person” has the highest percentage (89.47%). Those needs were identified as “fairly needed”, with the following mean values: Religious (2.28±0.47), Inner Peace (2.19±0.47), Existential (2.11±0,76), and Actively Giving (2.08±0,55). This study indicated all dimensions of spiritual aspects were needed by respondents and religious aspects were most needed. Key words: Cancer, patient, spiritual needs.
Intensi Perawat Melakukan Pencegahan Luka Tekan di Ruang Intensif berdasarkan Theory Planned of Behaviour Ristina Mirwanti; M. Z. Arifin; Hana Rizmadewi Agustina
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.677 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.108

Abstract

Luka tekan merupakan salah satu dampak hospitalisasi pada pasien kritis. Perawat memiliki peran yang penting dalam pencegahan luka tekan tetapi banyak perawat yang belum melakukan upaya pencegahan luka tekan secara maksimal sehingga perlu kajian untuk mengetahui faktor –-faktor yang memengaruhinya. Intensi merupakan antiseden terdekat dengan perilaku seseorang. Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB), intensi seseorang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif, dan pengendalian perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi intensi perawat melakukan pencegahan luka tekan. Penelitian kuantitatif ini menggunakan deskriptif analinitik observasional dengan pendekatan korelasional dilakukan secara cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien di ruang perawatan intensif. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling, yaitu 70 perawat di ruang perawatan intensif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan intensi (r = 0,632, p < 0,05), norma subyektif dengan intensi (r = 0,625, p < 0,05), dan pengendalian perilaku dengan intensi (r = 0,633, p < 0,05). Semakin favorable sikap perawat maka akan semakin tinggi intensi perawat melakukan pencegahan luka tekan. Semakin tinggi tekanan normatif dari sekitar perawat maka akan semakin tinggi pula intensi perawat, dan semakin tinggi pengendalian perilaku yang dirasakan perawat maka akan semakin tinggi pula intens perawat.Kata kunci: Intensi, pencegahan luka tekan, perawat, ruang intensif.Nurses’ Intention to Prevent Pressure Ulcers in ICU based on Theory of Planned BehaviourAbstractPressure ulcer is one of the effects of hospitalization in critically-ill patients. Nurses have an important role in preventing pressure ulcer but many nurses do not implement preventive measures well. Factors influencing it need to be studied. Intention is the closest antecedent to behaviour. Based on the Theory of Planned Behavior (TPB), intention to do something is influenced by attitude, subjective norms, and perceived behavior control (PBC). The purpose of this study was to examine the relationship among antecedents: attitude, subjective norm, perceived behavior control and the intention of nurses to prevent pressure ulcer. This research was a correlational study using observational analytic description design with cross sectional approach. Population of this study was nurses who worked in the intensive care unit. Total sampling technique was used to select 70 nurses. Results of this study showed  there was relationship between attitude and intention (r = 0.632, P <0.05), subjective norms and intention (r = 0.625, P <0.05), and PBC and intention (r = 0.633, p <0.05). The more favorable the attitude, the higher the intention to prevent pressure ulcer. The higher the normative pressure from surrounding nurses, the higher the intention. The higher the perceived behavioral control, the higher the intention to prevent pressure ulcer.Key words: Intense, intensive care unit, nurse, pressure ulcer prevention.
Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Aan Nuraeni; Ristina Mirwanti; Anastasia Anna; Ayu Prawesti; etika emaliyawati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.154 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.231

Abstract

Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan menjadi masalah kesehatan utama di masyarakat saat ini. PJK berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan penderitanya baik fisik, psikososial maupun spiritual yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Isu kualitas hidup dan faktor-faktor yang berhubungan didalamnya belum tergambar jelas di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien PJK yang sedang menjalani rawat jalan. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, tingkat penghasilan, revaskularisasi jantung, rehabilitasi jantung, kecemasan, depresi dan kesejahteraan spiritual. Kecemasan diukur dengan Zung Self-rating Anxiety Scale, depresi diukur dengan Beck Depression Inventory II, kesejahteraan spiritual diukur dengan kuesioner Spirituality Index of Well-Beingdan kualitas hidup diukur menggunakan Seattle Angina Questionnaire. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif deskriptif dan analitik multivariatedengan regresi logistic. Diteliti pada 100 responden yang diambil secara randomdalam kurun waktu 1 bulan di Poli Jantung. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien PJK adalah cemas (p) 0,002; Odd Ratio(OR) 4,736 (95% confidence interval(CI), 1,749 – 12,827); depresi (p) 0,003; OR 5,450 ( 95% CI, 1,794 – 16,562); dan revaskularisasi (p) 0,033; OR 3,232 (95% CI, 1,096 – 9,528). Depresi menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PJK. Faktor yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien PJK meliputi depresi, cemas dan revaskularisasi. Dari ketiga variabel tersebut depresi merupakan variabel yang paling signifikan berpengaruh, sehingga manajemen untuk mencegah depresi perlu mendapatkan perhatian lebih baik lagi dalam discharge planningataupun rehabilitasi jantung.Kata kunci: Cemas, depresi, faktor yang memengaruhi, kualitas hidup, spiritual.Factors Influenced the Quality of Life among Patients Diagnosed with Coronary Heart Disease AbstractCoronary Heart Disease (CHD) has affected multidimensional aspects of human live nowadays. Yet, quality of life and factors associated with quality of life among people who live with heart disease has not been explored in Indonesia. This study aimed to identify factors influenced the quality of life among people with CHD received outpatient services. Those factors are gender, income, revascularization, cardiac rehabilitation, anxiety, depression and spiritual well-being. Zung Self-rating Anxiety Scale was used to measure anxiety where depression level measured using Beck Depression Inventory II. Spirituality index was used to measure spiritual well-being. The quality of life level was measured using the Seattle Angina Questionnaire. This study used quantitative descriptive with multivariate analysis using logistic regression. 100 respondents were randomly selected from the Cardiac Outpatient Unit. Findings indicated factors influenced the quality of life of CHD patients using a significance of ƿ-value < 0.005 were: anxiety (ƿ=0,002, OR = 4,736, 95% CI, 1,749 – 12,827); depression (ƿ=0,003; OR=5,450, 95% CI, 1,794 – 16,562); and revascularizations (ƿ=0,033; OR=3,232, 95% CI, 1,096 – 9,528). Depression was considered as the most significant factor; therefore, managing depression is a priority in the discharge planning or cardiac rehabilitation programme. Keywords: Anxiety, depression, quality of life, spiritual, well-being.
HAMBATAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN STANDARD PRECAUTIONS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SUMEDANG Dina Pranita; Ati Surya Mediawati; Ristina Mirwanti
Journal of Nursing Care Vol 2, No 3 (2019): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (980.439 KB) | DOI: 10.24198/jnc.v2i3.19385

Abstract

Latar belakang: Standard precautions merupakan praktik pencegahan infeksi yang berlaku untuk semua perawatan pasien didalam memberikan layanan kesehatan namun beberapa penelitian menunjukkan pelaksanaan standard precautions belum optimal karena adanya hambatan yang dipersepsikan perawat.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan yang dipersepsikan perawat dalam pelaksanaan standard precautions.Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional pada 37 perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sumedang dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari 48 pernyataan, mencakup lima tindakan standard precautions (hand hygiene, penggunaan APD, praktik injeksi yang aman, desinfeksi lingkungan, dan kebersihan pernafasan / etika batuk dan bersin) dan telah melalui uji content dan face validity. Data dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk persentase tiap faktor hambatan.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa hambatan yang dipersepsikan oleh perawat pada tindakan standard precautions. Hambatan yang paling dirasakan yaitu peralatan yang membuat iritasi kulit pada hand hygiene (37,8%), keterbatasan peralatan APD (45,9%), keterbatasan dukungan dan pengawasan dalam pelaksanaan standard precautions pada praktik injeksi yang aman (16,2%), meningkatnya jumlah pasien pada desinfeksi lingkungan (32,4%), dan keterbatasan peralatan pada praktik kebersihan pernafasan / etika batuk dan bersin (10,8%).Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, pihak rumah sakit harus mengupayakan peralatan hand hygiene yang mengandung emolien/pelembab dan jenis alcohol handrub n-propanol untuk mengatasi iritasi kulit. Memperkuat penyediaan sarana secara benar dan teratur untuk mengatasi keterbatasan peralatan. Memperhatikan kajian jumlah rasio perawat dan pasien untuk praktik kerja yang aman. Selain itu, membentuk komunitas praktik, mensosialisasikan reward atau punishment untuk  meningkatkan kepatuhan dalam pelaksanaan standard precautions.  
The Reliability and Accuracy of International Triage Scale in the Emergency Department (ED): A Literature Review T. Abdur Rasyid; Cecep Eli Kosasih; Ristina Mirwanti
Journal of Nursing Care Vol 3, No 1 (2020): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (947.331 KB) | DOI: 10.24198/jnc.v3i1.24503

Abstract

A large number of patient visits to the Emergency Department (ED) will influence the outcome of the services provided. The triage scale is one method designed to manage patient screening for quality service improvement. Several triage scales are employed internationally in the EDs including the Australasian Triage Scale (ATS), the Manchester Triage System (MTS), the Canadian Triage and Accuracy Scale (CTAS), and the Emergency Severity Index (ESI). Several studies have a concern to identify the reliability of the triage scale, but only a few of them identified the accuracy of the triage scale. The purpose of this literature review was to identify the best reliability and accuracy among ATS, MTS, CTAS, and ESI based on the literature. The literature search was conducted on electronic databases EBSCO and PubMed with keywords including (triage OR emergency department triage) AND reliability AND ((the Canadian Triage and Accuracy Scale OR CTAS) AND (the Australasian Triage Scale OR ATS) AND (the Manchester Triage System OR MTS) AND the Emergency Severity Index OR ESI)). Assessment of articles was composed based on the PRISMA format with criteria including primary research articles containing the reliability and accuracy of the triage scale in English and published between 2009 – 2019. A total of 271 publications were identified and only 10 studies were included in this literature review. The results reveal that ATS has a moderate level of reliability (k = 04 – 0.57) with an accuracy of 46.2% – 58.3%, CTAS has a good level reliability (k = 0.770) with accuracy of 49%, MTS have good to excellent level of reliability (k = 0.61 – 0.95) with accuracy of 49%, and ESI have moderate to excellent level reliability (k = 0.45 – 0.94) with accuracy of 59.6 % – 72.5%. Based on this review, MTS and ESI are the triage scale with the highest reliability and accuracy. Therefore, MTS and ESI are highly recommended in the ED. However, each EDs need to pay attention to the characteristics, culture, and available resources before choosing and implementing an appropriate triage scale.
Beban Kerja Mental Perawat Ruang Kritis dan IGD di RSUD Kota Bandung Tia Dwi Aprilia; Irman Somantri; Ristina Mirwanti
Journal of Nursing Care Vol 2, No 3 (2019): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (936.804 KB) | DOI: 10.24198/jnc.v2i3.20372

Abstract

Nurses who work in intensive care unit and emergency rooms have excessive workload, and they are required to carry out nursing interventions appropriately and quickly. The heavy workload has an impact on the nurse's mentality, however limited information about the nurse's mentality related to workload. The aim of the study was to identify the mental workload of nurses in intensive care and emergency rooms. Method, this research is quantitative descriptive study with total sampling technique, 63 nurses who worked in ICU, PICU / NICU, and IGD of RSUD Kota Bandung involved in this study. The research instrument was NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task Load Index). Data were analyed using descriptive analysis in the form of frequency distribution and mean. The results showed that nurses in the emergency room (42.9%) had high mental workload, and the moderate mental workload identified in nurses who works the PICU / NICU and ICU rooms. Conclusion, critical care rooms and emergency room should consider nurses’ working balance and fulfill their rest needs. Further research is needed to examine the efforts that can be made to reduce nurses' mental workload.
Metode Daring dengan Flatform Zoom Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang Selfcare Pada Pasien Covid-19 selama ISOMAN Yanny Trisyani; Donny Mahendra; Aan Nuraeni; Cecep Eli Kosasih; Etika Emaliyawati; Ristina Mirwanti; Anita Setyawati; Donny Nurhamsyah; Anastasia Anna; Ayu Prawesti
Media Karya Kesehatan Vol 5, No 1 (2022): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mkk.v5i1.34988

Abstract

Pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga sedang menjalani isolasi mandiri sesuai dengan kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah karena keterbatasan ruang perawatan. Pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien COVID-19 selama menjalani isolasi mandiri (ISOMAN), menjadi sangat penting untuk mendukung keberhasilan ISOMAN pasien Covid 19. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang self care pada pasien COVID-19 selama menjalani isolasi mandiri dirumah. Sasaran kegiatan adalah seluruh masyarakat terutama pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri dirumah. Jumlah partisipan yang terlibat sebanyak 74 peserta. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan pretest, pemaparan materi, sesi diskusi dan tanya jawab dengan menggunakan aplikasi zoom, kemudian diakhiri dengan mengisi post test. Data univariat dan bivariat dianalisis dengan menggunakan uji t test berpasangan. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan rata-rata responden secara signifikan pretest 42.77 dan post test 83,24 dengan signifikansi 0,00. Hal ini menujukkan bahwa penggunaan metode daring dapat meningkatkan pengetahuan responden terkait topik pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Kesimpulan pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan medode daring dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang self care pada pasien Covid-19 selama isolasi mandiri. Diharapkan pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan metode ini dapat dilakukan untuk memberikan informasi bagi pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri. Kata kunci: Covid-19, isolasi mandiri, pendidikan kesehatan, tingkat pengetahuan. 
PENGETAHUAN TIM REAKSI CEPAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Ulfah Nasti Wiliastuti; Anastasia Anna; Ristina Mirwanti
Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) Vol. 4 No. 2 (2018): JURNAL KEPERAWATAN KOMPREHENSIF (COMPEREHENSIVE NURSING JOURNAL)
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.838 KB) | DOI: 10.33755/jkk.v4i2.105

Abstract

Cardiac arrest termasuk kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan bantuan hidup dasar dengan resusitasi jantung paru. Upaya pertolongan bantuan hidup dasar yang terlambat diberikan dapat berdampak kematian pada pasien. Tim reaksi cepat sebagai tenaga kesehatan yang dibentuk khusus untuk menangani pasien kegawatdaruratan dituntut mampu memberikan pertolongan pada pasien gawat darurat dengan cepat dan tepat. Tim reaksi cepat membutuhkan pengetahuan dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan Tim Reaksi Cepat tentang Bantuan Hidup Dasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif pada 37 anggota tim reaksi cepat yang dipilih menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan yang disusun dan dikembangkan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar dalam kategori kurang yaitu sebanyak 36 responden (97,3%) dan satu responden (2,7%) memiliki pengetahuan baik. Responden dengan katergori pengetahuan yang kurang memiliki kategori kurang di semua indikator seperti, pada pengetahuan konsep dasar, pengkajian respon dalam BHD, resusitasi paru dalam BHD, resusitasi jantung dalam BHD, dan AED dalam BHD. Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang bantuan hidup dasar dengan mengadakan pelatihan, evaluasi serta pembaharuan standar prosedur operasional BHD.
Earthquake Disaster Preparedness Among Teachers in The Special School Ade Surya Dwiyanti; Etika Emaliyawati; Ristina Mirwanti
Journal of Nursing Care Vol 5, No 2 (2022): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v5i2.33464

Abstract

The level of teachers' disaster preparedness in schools is one thing that influences the impact of disasters on children with disabilities, especially earthquakes, which can occur at any time, including during school hours. Therefore, this study aims to determine the description of earthquake disaster preparedness for special school teachers. This study used a quantitative descriptive method with a total sample of 37 teachers at Cileunyi State SLB, and the total sampling technique used was this study. Preparedness measurement for SLB teachers uses instruments modified according to research needs. Data analysis with frequency distribution and results were grouped into ready and unprepared categories. The results showed that 86.5% of teachers were categorized as 'ready'. The best preparedness parameter is disaster knowledge, while the lowest is disaster warning. From the study results, it can be concluded that most SLB teachers are categorized as ready to face earthquake disasters. However, it is expected that efforts to improve aspects of disaster warning can be carried out, such as providing disaster warning tools, especially for children with disabilities.
Case Study: Application of Slow Deep Breathing and Murottal Al-Qur'an Therapy to Reduce Chest Pain in Coronary Artery Disease (CAD) Patient Vira Amelia; Aan Nuraeni; Ristina Mirwanti
Padjadjaran Acute Care Nursing Journal Vol 4, No 1 (2022): Padjadjaran Acute Care Nursing Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.227 KB) | DOI: 10.24198/pacnj.v3i3.46155

Abstract

Acute coronary syndrome (ACS) occurs due to sudden cessation of coronary blood flow so that blood flow to the myocardium is disrupted, which causes chest pain. Pain management can be done by providing slow deep breathing and murottal Al-Qur'an intervention. This study aimed to analyze the intervention of slow deep breathing and murottal Al-Qur'an in reducing chest pain in patients with acute coronary syndrome. This type of research was a case study in patients with acute coronary syndrome by exploring the problem of nursing care with a descriptive method through a nursing care approach. The chest pain scale was measured using a numerical rating scale (NRS) instrument. The pain measurement tool for the numerical questionnaire Rating Scale uses numbers from 0 to 10 to express patients' pain levels. The results showed that on the first day, there was no decrease in pain intensity. The pain score was on a scale of 6 before and after the intervention. On the second day, there was a decrease in pain from a scale of 6 to a scale of 5. The third day of the intervention showed a decrease in pain to a scale of 3. The intervention of slow deep breathing and murottal Al-Qur'an can potentially reduce the scale of chest pain in patients with acute coronary syndrome. Future research is expected to see the effectiveness of slow deep breathing and murottal Al-Qur'an in reducing chest pain in patients with acute coronary syndrome