Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Pengaruh Minyak Ikan Toman (Channa micropeltes) Terhadap Fungsi Kognitif Mencit Putih (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster Jantan Zulissetiana, Eka Febri; Cahyaputra, ariefqi Naufaldi; Sinulingga, Sadakata
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 2 No. 2 (2019): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (784.666 KB)

Abstract

Salah satu faktor utama yang memengaruhi fungsi kognitif adalah asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang harus diperhatikan antara lain asam lemak omega-6, asam lemak omega-3 seperti Eicosapentaenoic Acid (EPA) dan Docosahexaenoic Acid (DHA) dan asam lemak tak jenuh. Omega-3 banyak dikandung pada ikan salah satunya ikan toman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak ikan toman (Channa micropeltes) terhadap fungsi kognitif mencit putih (Mus musculus L.) galur Swiss Webster jantan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-posttest with control group design. Subjek penelitian adalah 30 ekor mencit putih (Mus musculus L.) galur Swiss Webster jantan, umur 4-10 minggu, berat badan 20-35 gram yang dibagi menjadi 5 kelompok: kontrol positif (K1), kelompok kontrol negatif (K2), kelompok mencit yang diberikan dosis minyak ikan toman sebanyak 5% (K3), kelompok mencit yang diberikan dosis minyak ikan toman sebanyak 10% (K4) dan kelompok mencit yang diberikan dosis minyak ikan toman sebanyak 20% (K5) masing-masing sebanyak 6 ekor mencit. Fungsi kognitif dinilai menggunakan Uji MWM yang dilakukan sebanyak 2 kali. Pemberian minyak ikan toman selama 14 hari (p<0,05) mengurangi waktu latensi pada dosis tinggi (20%). Sementara itu, kelompok dengan dosis rendah dan sedang (5% dan 10%) tidak menunjukkan adanya pengaruh pemberian minyak ikan toman terhadap waktu latensi. Minyak ikan toman (Channa micropeltes), dosis 20% meningkatkan fungsi kognitif mencit putih (Mus Musculus L.) galur Swiss Webster jantan.
Hubungan Pola Makan dengan Risiko Terjadinya Sindrom Ovarium Polikistik pada Remaja Irene, Angela; Alkaf, Syifa; Zulissetiana, Eka Febri; Usman, Fatimah; Larasaty, Veny
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 3 No. 1 (2020): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) is the most common endocrine disorder in women with broad consequences that affect every aspect of a woman's life, with the incidence of PCOS in adolescents approximately 11-26%. More than 50% of PCOS patients are associated with metabolic syndrome including obesity, insulin resistance, and dyslipidemia. Studies said that diet plays an important role as a risk factor for PCOS in adolescents. Therefore the importance of dietary arrangements to improve hormonal disorders and long-term effects due to PCOS, so it is necessary to do further analysis of the relationship between eating patterns and the risk of PCOS occurrence in adolescents aged 15-19 years in the city of Palembang. This study was an observational study with a cross-sectional design. The data taken is primary data on adolescents aged 15-19 years in Palembang City. Retrieval of data intake on respondents was carried out with a food recall questionnaire, which is then for calorie and macronutrient calculations using nutrisurvey software. The diagnosis of PCOS is established by finding two of the three Rotterdam criteria. From a total of 150 samples, most with normal menstrual cycles, overweight/obese BMI, calorie intake, excess carbohydrate and fat consumption, adequate protein consumption, and less fiber consumption. There were 38 samples (25.3%) obtained with Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Samples that have PCOS, mostly with overweight/obese BMI (p <0.05), calorie intake, consumption of carbohydrates, protein, excess fat (p<0.05), and less fiber consumption (p>0.05). There is a significant relationship between calorie intake, consumption of carbohydrates, protein, and excess fat, as well as less fiber consumption and the risk of Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) in adolescents aged 15-19 years in the city of Palembang.
The Effect of Hydrotherapy on Pain Intensity and Functional Ability in Lumbar Disk Herniation (LDH) Patients that Undergo Non-operative Procedure Pre-experimental Study at Medical Rehabilitation Installation of RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Rahmadhani, Theresa; Nyimas Fatimah; Eka Febri Zulissetiana
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 3 No. 3 (2020): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/sjm.v3i3.214

Abstract

The effect of hydrotherapy on pain intensity and functional ability in lumbar disk herniation (LDH) patients thatundergo non-operative procedure; pre-experimental study at medical rehabilitation installation of RSUPdr. Mohammad Hoesin Palembang. Lumbar disk herniation (LDH) is the most common disease that becaused low backpain and functional disability. Some studies mentioned that hydrotherapy is an effective treatment for low back pain.Therefore, this study was conducted to determine the effect of hydrotherapy on reducing pain intensity and improvingfunctional ability in LDH patients. This study was a pre-experimental study with one group pretest-posttest design. Datawas collected by direct interviews to the patients using visual analogue scale (VAS) to measure pain intensity andModified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire to assess functional ability before and after underwenthydrotherapy once a week for 4 weeks. The data then undergo Shapiro-Wilk normality test and continue with Paired t-Test or Wilcoxon test. From 30 subjects, it was found that there are effects of hydrotherapy on reducing pain intensity(p<0,001) and improving functional ability (p<0,001) in LDH patients that undergo non-operative procedure at theMedical Rehabilitation Installation of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. There are effects of hydrotherapy onpain intensity and functional ability in LDH patients that undergo non-operative procedure.
Korelasi kecepatan hantaran saraf tepi nervus medianus dengan derajat keparahan carpal tunnel syndrome (cts) menggunakan global symptom score (gss) Rona Hawa Kamilah; Nyimas Fatimah; Eka Febri Zulissetiana
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/JKK.v5i2.6128

Abstract

Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan cidera akibat pekerjaan terbanyak kedua yang sering dijumpai. Beberapa studi menyebutkan bahwa kompresi saraf akan menyebabkan kondisi iskemik yang menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan hantaran saraf dan berhubungan dengan derajat keparahan klinis yang dialami penderita CTS. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi kecepatan hantaran saraf tepi nervus medianus dengan derajat keparahan klinis CTS menggunakan global symptom score (GSS). Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ini adalah semua pasien CTS di Intalasi Rehabiltasi Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin. Sampel penelitian menggunakan teknik consecutive sampling, yaitu penentuan sampel dengan mengambil semua pasien CTS yang datang ke Instalasi Rehabilitasi Medik pada bulan September-Oktober tahun 2017 secara berurutan sampai memenuhi sampel minimal dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Pearson. Dari 28 subjek penelitian, terdapat korelasi antara kecepatan hantaran saraf tepi nervus medianus dengan derajat keparahan CTS menggunakan GSS di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. KHS sensorik memilki korelasi bermakna (p=0,000) dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi kuat (r=0,667) terhadap total skor GSS. KHS motorik memilki korelasi bermakna (p=0,048) dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi sedang (r=0,436) terhadap total skor GSS. Terdapat korelasi yang bermakna antara kecepatan hantaran saraf tepi nervus medianus dan derajat keparahan klinis CTS.
PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN TERGLIKASI (HbA1c) PADA REMAJA OBESITAS Eka Febri Zulissetiana; Elsafani Faddiasya; Nursiah Nasution; Irfannuddin Irfannuddin; Sadakata Sinulingga
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.949 KB) | DOI: 10.32539/JKK.V7I2.11335

Abstract

Obesitas pada anak dan remaja menjadi perhatian serius karena prevalensi yang semakin meningkat setiap tahunnya di seluruh dunia. Obesitas pada anak dan remaja berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya gangguan toleransi glukosa, dislipidemia dan diabetes. Hemoglobin terglikasi (HbA1c) telah direkomendasikan menjadi alat diagnostik untuk mengidentifikasi diabetes. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui perbedaan rerata kadar HbA1c pada remaja dengan obesitas dan remaja non obesitas.Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Palembang dan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dan didapatkan 50 subjek yang terdiri dari kelompok remaja dengan obesitas dan kelompok remaja non obesitas. Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan status gizi dengan cara mengukur indeks massa tubuh menurut umur dan jenis kelamin. Pemeriksaan kadar HbA1c dilakukan dengan menggunakan NycocardReader.Hasil penelitian dengan uji alternatif Mann Whitney menunjukkan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) dengan rerata kadar HbA1c pada remaja obes sebesar 6,1% dan rerata kadar HbA1c pada remaja non-obes sebesar 4,7%. Kesimpulannya, kadar HbA1c pada remaja usia 15-19 tahun yang obes lebih tinggi daripada non-obes.
Faktor-Faktor yang Berperan dalam Keterlambatan Tatalaksana Strabismus pada Anak Down Syndrome Riski Fitri Nopina; Linda Trisna; Eka Febri Zulissetiana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 3 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v50i3.8560

Abstract

Down Syndromemerupakan salah satu masalah kesehatan pada anak berkebutuhan khusus. Salah satu gejala yang meliputi karakteristik fisik bermanifestasi pada mata yaitu strabismus.Studi yang dilakukan di Rhode Island Hospital pada tahun 1993 menunjukkan bahwa banyak orang tua yang tidak mengenali kondisi kesehatan mata anaknya karena pengetahuan tentang strabismus yang rendah sehingga orang tua terlambat untuk melakukan tatalaksana pada anak mereka. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan 11 responden. Pengambilan data dilakukan dengan Focus Group Discussion, wawancara mendalam dan observasi terhadap orang tua anak DS dengan strabismus. Faktor pendorong keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS yaitu pengetahuan tentang strabismus dan tatalaksananya yang rendah, biaya yang tidak memadai dan anggapan orang tua bahwa tatalaksana strabismus tidak penting. Sikap orang tua anak DS yaitu ada yang ingin memeriksakan anak ke dokter mata untuk tatalaksana lebih lanjut dan ada yang tidak berniat untuk memeriksakan anak ke dokter mata untuk tatalaksana lebih lanjut. Faktor pemungkin keterlambatan tatalaksana strabismus yaitu sosialisasi tentang strabismus dan tatalaksananya tidak pernah dilaksanakan. Faktor Penguat keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS yaitu orang tua yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang strabismus dan tatalaksananya dari petugas kesehatan maupun keluarga. Pengetahuan, sikap dan praktik orang tua anak DS berperan dalam keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS di SLB-B Negeri Pembina Palembang.
EARLY DETECTION OF CHANGES IN BLOOD GLUCOSE LEVELS AS AN EFFORT TO INCREASE SUCCESS FOR THE TREATMENT OF LUNG TUBERCULOSIS Pariyana Pariyana; Iche Andriyani Liberty; Eka Febri Zulissetiana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 4 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v52i4.13068

Abstract

Tuberculosis (TB) is a pulmonary infectious disease which is the main cause of increased morbidity and mortality worldwide. Diabetes mellitus is one of the factors that can increase the incidence of pulmonary tuberculosis. This study aims to determine changes in glucose levels in pulmonary TB patients at the beginning of being diagnosed with pulmonary TB or before receiving OAT therapy and after receiving OAT therapy. This study is an analytical study with a cross-sectional repeated measurement design, namely measuring blood glucose levels repeatedly for 2 times (the initial measurement of treatment before receiving OAT therapy and measurement after receiving OAT therapy). The sample in this study were 107 pulmonary tuberculosis patients who were treated at the Public Health Center in Palembang City. The sampling technique is proportional random sampling. Data analysis in this study was carried out descriptively and analytically using the t-test (Wilcoxon). The results showed that in TB patients with normal initial glucose level status, there was a significant difference in glucose levels before and after receiving OAT therapy (p-value = 0.000) p <?, TB patients experienced binding of glucose levels after receiving OAT therapy while in TB patients with DM status, showed no significant difference in glucose levels before and after receiving OAT therapy (p-value = 0.135) p> ?.
Effect of Hydrotherapy on Pain Intensity and Functional Ability in Lumbar Disk Herniation (LDH) Patients that Undergo Non-operative Procedure Theresa Rahmadhani; Nyimas Fatimah; Eka Febri Zulissetiana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 1 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v51i1.8544

Abstract

Hernia nukleus pulposus (HNP) lumbal merupakan penyakit yang paling sering menjadi penyebab nyeri punggung bawah dan disabilitas fungsional. Beberapa studi menyebutkan bahwa hidroterapi merupakan terapi efektif untuk pasien dengan nyeri punggung bawah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh hidroterapi terhadap penurunan intensitas nyeri dan perbaikan kemampuan fungsional pasien HNP lumbal. Jenis penelitian ini adalah praeksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara langsung mengenai intensitas nyeri yang diukur menggunakan visual analogue scale (VAS) dan kemampuan fungsional yang diukur menggunakan Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire sebelum dan sesudah hidroterapi selama 4 minggu dengan durasi satu kali seminggu. Uji normalitas data dilakukan dengan metode Shapiro-Wilk dan selanjutnya dianalisa dengan Paired t-Test atau Wilcoxon. Dari 30 subjek penelitian, didapatkan bahwa hidroterapi berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri (p<0,001) dan perbaikan kemampuan fungsional (p<0,001) pasien HNP lumbal yang tidak menjalani tindakan operatif di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Terdapat pengaruh hidroterapi terhadap intensitas nyeri dan kemampuan fungsional pasien HNP lumbal yang tidak menjalani tindakan operatif.
The Status of Oxidants and Antioxidants in Children with Nephrotic Syndrome Hertanti Indah Lestari; Eka Febri Zulissetiana; Ardesy Melizah
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 2 No. 1 (2018): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine and Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v2i1.35

Abstract

Background: The nephrotic syndrome (NS) resistance and relapse to treatment pose challenges in the management of NS. Several experimental studies on both animals and humans have assessed the association between NS and the balance between the oxidants and anti-oxidants. The study aims to compare the status of oxidants and anti-oxidants of NS patients between the massive proteinuria, the remission, the steroid resistance and the control groups. Methods: a cross-sectional design to assess the status of oxidants and antioxidants in children with the nephrotic syndrome. The eligible subjects were divided into four groups, the massive proteinuria group, the remission group, the steroid resistant group and the control group. The status of oxidants and anti-oxidant were evaluated with the Malondialdehyde (MDA) and the Total Antioxidant Status (TAS), respectively. Results: The highest mean MDA levels was observed in the steroid resistant group followed by the massive proteinuria group and the remission group. The mean MDA level of the proteinuria group (massive proteinuria and steroid-resistant) is higher than the remission group. The mean TAS levels in the remission group were higher than the massive proteinuria group, but the difference was not statistically significant. Moreover, the mean difference of SAT between the proteinuria group and without proteinuria was not statistically significant. Conclusions: The oxidative stress marker (MDA) was higher in the NS patients with proteinuria than the patients without proteinuria. The difference in the total anti-oxidant status in NS patients with massive proteinuria, remission and steroid resistance were not statistically significant. Keywords: Nephrotic syndrome, oxidative stress, anti oxidant
Korelasi antara indeks massa tubuh dan profil lipid pada remaja obesitas di kota Palembang Subandrate Subandrate; Sadakata Sinulingga; Eka Febri Zulissetiana; Susilawati Susilawati; Dwi Indira Setyorini; Ella Amalia
Majalah Kedokteran Andalas Vol 43, No 2 (2020): Online Mei 2020
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v43.i2.p105-111.2020

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi  antara indeks massa tubuh  dan profil lipid pada remaja obesitas di Kota Palembang. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang terhadap 143 remaja di Kota Palembang. Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan berat badan (kg) dan tinggi badan (m). Kadar profil lipid berupa kolesterol total, trigliserida, LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol darah diperiksa menggunakan kit dari human® di Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan sekitar 29,4% remaja di Kota Palembang mengalami obesitas dan sekitar 17,5% remaja mengalami dislipidemia. Uji korelasi Pearson antara indeks massa tubuh dan profil lipid menunjukkan nilai p=0,093 r=0,141, p=0,002 r=0,260, p=0,983 r=0,002, dan p=0,256 r=0,096 masing-masing untuk kolesterol total, trigliserida, LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol. Korelasi indeks massa tubuh dengan kadar kolesterol total, LDL-kolseterol dan HDL-kolesterol tidak bermakna (p>0,05). Namun, korelasi indeks massa tubuh dengan kadar trigliserida bermakna (p<0,05) dengan arah korelasi postif dan kekuatan lemah (r=0,2-0,4). Simpulan: Pada remaja, tidak ada korelasi indeks massa tubuh dengan kadar kolesterol total, LDL-kolseterol dan HDL-kolesterol. Terdapat korelasi positif antara indeks massa tubuh dan kadar trigliserida pada remaja.