Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR NUMBER THEORY UNTUK MAHASISWA KELAS INTERNASIONAL SULAIMAN, RADEN; KURNIASARI, IKA
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains Vol 19, No 1 (2012): Vol. 19, No. 1, Juni 2012
Publisher : Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Hasil pengamatan peneliti saat mengajar matakuliah Teori Bilangan diperoleh data bahwa banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan  membuktikan suatu pernyataan, baik berupa teorema ataupun lemma. Salah satu faktor yang mengakibatkan mahasiswa mengalami kesulitan memahami materi dari matakuliah Teori Bilangan adalah kurangnya bahan ajar yang dapat dimanfaatkan mahasiswa serta bahan ajar yang tidak sesuai dengan deskripsi matakuliah pada buku pedoman mahasiswa, sehingga diperlukan bahan ajar yang sesuai dengan deskripsi yang ada pada buku pedoman mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar matakuliah Number Theory  untuk mahasiswa program studi Pendidikan Matematika kelas Internasional. Rancangan isi dari buku ajarnya  terdiri dari lima bab yang secara garis besar akan disusun sedemikian sehingga: Chapter 1: Divisibility, Chapter 2: Prime Numbers, Chapter 3: Greatest Common Divisor and Least Common Multiple, Chapter 4: Arithmetic Functions, Chapter 5: Congruences. Jenis penelitiannya adalah penelitian pengembangan. Hasil pengembangan bahan ajar matakuliah Number Theory telah selesai sampai draft 1. Draft 1 ini hanya menitikberatkan isi yang sesuai dengan buku pedoman yang dimiliki mahasiswa Kelas Internasional. Oleh karena itu masih perlu perbaikan dalam aspek struktur bahasa, materi dan kelengkapan buku ajar sebagai buku yang akan digunakan dalam perkuliahan oleh mahasiswa jurusan matematika. Sehingga bisa disimpulkan layak untuk digunakan, meskipun banyak revisi yang harus dilakukan. Kata Kunci: Pengembangan bahan ajar dan Number Theory Abstract. Observations the researcher while teaching number theory courses retrieved data that many students have difficulty proving a statement, either in the form of a theorem or lemma. One of the factors that resulted in the students have difficulty understanding the material from the number theory course is the lack of materials that can be utilized as well as student learning materials that do not conform to the description of courses in the student handbook, so that the necessary materials are in accordance with the description found in the student handbook. This research aims to develop learning materials Number Theory courses for students of Mathematics Education study program of international class. Content design of text book consists of five chapters that outline will be structured such that: Chapter 1: Divisibility, Chapter 2: Prime Numbers, Chapter 3: Greatest Common Divisor and Least Common Multiple, Chapter 4: Arithmetic Functions, Chapter 5: Congruences. This type of research is research development. Development of learning materials results Number Theory courses have been completed until the draft 1. This only concerns the 1st Draft of the contents according to the Handbook of student-owned international class. It is therefore still needs improvement in the aspect of the structure of language, content and completeness of the textbook as a handbook to be used in lectures by students majoring in mathematics. So it can be worth to use, though many revisions to be done. Key words: development teaching materials and number theory
PENGEMBANGAN PERMAINAN EDUKASI DALAM PEMBELAJARAN  MATEMATIKA PADA MATERI KESEBANGUNAN FAIZAH, NENY; KURNIASARI, IKA
Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains Vol 19, No 2 (2012): Vol. 19, No. 2, Desember 2012
Publisher : Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa siswa berfikir bahwa aktivitas belajar itu tidak menyenangkan. Hal ini dikarenakan aktivitas pembelajaran yang tidak atraktif, dan membosankan. Peraturan Pemerintah menyatakan bahwa belajar harus menjadi interaktif, menginspirasi, menyenangkan dan menyediakan ruang bagi siswa untuk menjadi kreatif sesuai dengan potensi mereka. Oleh karena itu, guru harus membuat desain aktivitas belajar yang menyenangkan. Salah satu kegiatan yang disukai oleh siswa adalah permainan atau game. Permainan dapat digunakan sebagai alat pengajaran karena permainan dapat menarik siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Permainan ini tidak hanya ditujukan untuk membuat kelas menyenangkan, tetapi juga fokus dalam pembelajaran. Hal ini disebut permainan edukasi. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang tidak disukai oleh para siswa karena matematika sangat abstrak terutama untuk anak-anak. Objek pada suatu permainan jika dimanipulasi dapat digunakan pembelajaran matematika. Jika permainan dapat digunakan sebagai alat mengajar pada pembelajaran matematika. Berdasarkan penjelasan ini, peneliti tertarik untuk mengembangkan permainan edukasi untuk pembelajaran matematika pada materi kesebangunan. Pengembangan permainan edukasi ini diadopsi dari model pengembangan Ross dan Kemp yang terdiri dari tiga fase yaitu perencanaan, prototipe, dan finalisasi. Pengembangan permainan edukasi terdiri dari dua sesi. Tujuan dari sesi pertama untuk membangun konsep kesebangunan dan tujuan sesi dua adalah untuk meningkatkan hasil pemahaman siswa tentang konsep kesebangunan. Hasil dari pengembangan ini adalah petunjuk permainan. Kata kunci: Permainan edukasi, kesebangunan, pengembangan permainan. Many students think that learning activity is not fun. It is because it is because the learning activities not attractive, and boring. The government regulation state that learning should be interactive, inspiring, fun and providing space for student to be creative according to their potential. Therefore, teacher should design fun learning activity, so that can motivate students to be active in learning activity. One of favored activity of children is a game. Game can be used to be a teaching tool because game can attract students to engage actively in the learning activity. The game is not only aimed to bring fun in the classroom but also focus on the learning. It is called educational game. Mathematics is one of subjects that are not liked by the students because mathematics very abstract especially for children. The objects in game if manipulated properly, it can be used in the mathematics learning. So, game can be a teaching tool to teach mathematics. Based on these explanations, the aim of this research is developing educational game for mathematics learning on materials of similarity. This developmental educational game is adopted from Ross and Kemp’s development models. It is consisting of three phases there are plan, prototype, and finalize. The developed educational game consists of two sections. The aim of section I is to construct similarity concept and the aim of section II is to work out student’s understanding about similarity concept. The result of this developmental is a game guideline. Keywords: Educational games, similarity, game developmental  
Cognitive Function of Junior Junior school students in Solving Geometry Problems Based On Verbalizer and Visualizer Cognitive Style Intan, Paramita; Kurniasari, Ika
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN SAINS Vol 5, No 1 (2021): Vol. 5, No. 1 (2021)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jppms.v5n1.p1-9

Abstract

Abstrak — Pada penelitian ini, peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana fungsi kognitif siswa SMP dalam menyelesaikan masalah geometri ditinjau dari gaya kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan fungsi kognitif siswa SMP menyelesaikan masalah geometri ditinjau dari gaya kognitif yakni gaya kognitif verbalizer dan visualizer. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan dua siswa SMP kelas IX di Surabaya sebagai responden yang masing-masing memiliki gaya kognitif verbalizer dan visualizer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa PRM bergaya kognitif verbalizer berada pada level ketiga (berpikir rasional abstrak) dari fungsi kognitif rigorus mathematical thinking dan subjek telah menerapkan semua fungsi kognitif pada level pertama dengan indikator yang menonjol yaitu pembandingan dimana subjek mencari karakteristik yang sama dan berbeda antara persegi dan persegi panjang dalam menyelesaikan masalah geometri. Sedangkan siswa LDH bergaya kognitif visualizer berada pada level ketiga (berpikir rasional abstrak) dari fungsi kognitif rigorus mathematical thinking dan hanya menerapkan sebagian besar fungsi kognitif pada level pertama dalam menyelesaikan masalah geometri dengan indikator yang menonjol yaitu visualisasi dimana subjek memberikan simbol pada gambar bangun yang disajikan dalam menyelesaikan masalah geometri.Kata kunci: Fungsi kognitif, Gaya kognitif, Masalah geometri, Verbalizer, Visualizer.Abstract — In this article, we explore how the cognitive function of junior junior school students in solving geometry problems based on cognitive style. The purpose of this study was to describe the cognitive functions of junior junior school students solving geometry problems reviewed from verbalizer and visualizer cognitive style. The research method used in this research is descriptive qualitative research. This research used two students of IX grade in Surabaya as respondents who each student have a cognitive style of verbalizer and visualizer. The results of this study indicate that PRM students with cognitive verbalizer style are at the third level (abstract rational thinking) of the cognitive function rigorous mathematical thinking and the subject has applied all cognitive functions at the first level with a prominent indicator is comparison where the subject looks for the same and different characteristics between square and rectangle in solving geometry problems. Whereas LDH students with cognitive visualizer style is at the third level (abstract rational thinking) of cognitive function rigorous mathematical thinking and apply most cognitive functionsat the first level with a prominent indicator is visualization where the subject provides symbols on the image in solving geometric problems.Keywords: Cognitive function, Cognitive style, Geometry problems, Verbalizer, Visualizer.
KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT BAGI GURU-GURU MGMP SMP, SMA, DAN SMK DI KABUPATEN BANYUWANGI Budiarto, Mega Teguh; Wijayanti, Pradnyo; Kurniasari, Ika
Jurnal ABDI: Media Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/ja.v1n2.p162-167

Abstract

Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan materi bidang studi dan pembelajarannya. Kegiatan ini merupakan implikasi dari hasil Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tentang pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) dalam pembelajaran materi bidang studi geometri. Secara khusus, tujuan kegiatan ini adalah guru mampu mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang digunakan adalah: (1) mengembangkan media berbasis ICT atau menggunakan perangkat lunak untuk pembelajaran materi bidang studi berbasis kelas; (2) implementasi media pembelajaran berbasis ICT di dalam kelas; dan (3) diskusi hasil implementasi dan revisi. Sasaran dari kegiatan ini utamanya adalah guru MGMP SMA. Namun, atas permintaan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, diikutsertakan guru MGMP SMP dan guru MGMP SMK. Jenis kegiatan ini mencakup: (1) pemetaan atau klasifikasi kemampuan ICT dari peserta, (2) pemberian informasi tentang pembuatan animasi berbasis Flash, (3) diskusi, (4) workshop pembuatan media ICT berbasis Macromedia Flash, (5) presentasi hasil workshop dan pemberian masukan dari narasumber untuk bahan kerja mandiri, dan (6) praktek kerja nyata menggunakan media ICT yang telah dibuat. Hasil akhir yang dicapai dalam kegiatan ini berupa persentase media ICT berbasis Flash yang terkumpul dan diterapkannya dalam pembelajaran di kelas. Sebanyak 10 dari 150 media ICT yang telah dibuat oleh guru MGMP baik SMP, SMA, dan SMK telah layak diterapkan di pembelajaran kelas. Diinformasikan bahwa 10 media tersebut, 7 media ICT dihasilkan oleh guru MGMP SMA, 2 media ICT dari guru MGMP SMP, dan 1 media ICT dari guru MGMP SMK. Tampak bahwa hanya sekitar 11% guru MGMP SMA, 6% guru MGMP SMP, dan 1% guru MGMP SMK yang telah berhasil membuat/menyelesaikan pembuatan media berbasis ICT.
PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERAGA MATEMATIKA DAN IPA BAGI GURU-GURU SD ANA MARITIM SURABAYA Kurniasari, Ika; Oktaviarina, Affiati; Maulana, Dimas Avian
Jurnal ABDI: Media Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/ja.v4n1.p17-20

Abstract

In the cognitive development, students of elementary school need a real object in the learning process which has an impact on elementary school teachers who have to be able to make their own properties. The purpose of this community service is to provide information to teachers of SD Ana Maritim Surabaya to make the simple and easy media. Stages took in the process are: the participants formed a group of three and each group consists of three or four participants. Each group got the tools and materials needed to make props. Participants created props according to the directions available on given hand-out. The result of this community services are (1) the participants are making mathematical props using paper--coins integer and various forms of two-dimensional figure and (2) for Science media, participants created jumping can and coloured water in bottles.
ANALISIS KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN Nur Aini; Ika Kurniasari
MATHEdunesa Vol 10 No 2 (2021): Jurnal Mathedunesa Volume 10 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.708 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v10n2.p350-363

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir reflektif siswa dalam matematika beserta disposisi atau sikap yang muncul, ditinjau dari perbedaan jenis kelaminnya. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Sukorejo. Subjek dipilih 2 siswa dari masing-masing jenis kelamin dengan syarat nilai tes kemampuan berpikir reflektif matematis yang tertinggi dan jawaban yang lebih lengkap. Instrumen yang digunakan yaitu tes kemampuan berpikir reflektif matematis, skala disposisi berpikir reflektif matematis, dan pedoman wawancara. Penelitian ini diawali dengan siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir reflektif matematis dan skala disposisi berpikir reflektif matematis. Kemudian dilakukan wawancara kepada subjek terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berjenis kelamin laki-laki memenuhi tiga fase berpikir reflektif yaitu reacting, comparing, dan contemplanting. Sedangkan siswa berjenis kelamin perempuan hanya memenuhi fase reacting dan comparing. Sehingga dalam hal ini, kemampuan berpikir reflektif matematis siswa berjenis kelamin laki-laki tergolong sudah mampu sedangkan siswa berjenis kelamin perempuan tergolong kurang mampu. Kemudian, untuk disposisi berpikir reflektif matematisnya sama-sama tergolong cukup. dari hasil tersebut, diperoleh hubungan negatif antara kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dengan disposisi atau sikap yang muncul yang ditinjau dari perbedaan jenis kelaminnya. Dimana kemampuan siswa yang baik, tidak menjamin disposisi atau sikap yang muncul juga baik, maupun kebalikannya.
Proses Berpikir Kritis Siswa SMA dalam Mengerjakan Soal Matematika HOT Ditinjau dari Kemampuan Matematika Airna Perwitasari; Ika Kurniasari
MATHEdunesa Vol 10 No 2 (2021): Jurnal Mathedunesa Volume 10 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.622 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v10n2.p364-373

Abstract

Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis siswa SMA dalam mengerjakan soal matematika HOT ditinjau dari kemampuan matematika tinggi dan sedang. Subjek penelitian terdiri dari dua siswa kelas XI. Instrumen yang digunakan yaitu tes kemampuan matematika, tes berpikir kritis, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan proses berpikir kritis siswa yaitu, (1) terdapat persamaan kedua subjek pada tahap klarifikasi yaitu siswa mengidentifikasi informasi dan perintah yang ada pada soal; (2) terdapat perbedaan kedua subjek pada tahap asesmen yaitu subjek berkemampuan matematika tinggi mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dengan disertai alasan sedangkan subjek berkemampuan matematika sedang tidak disertai alasan; (3) terdapat perbedaan kedua subjek pada tahap inferensi yaitu subjek berkemampuan matematika tinggi menjelaskan hubungan dari setiap informasi dan memberikan kesimpulan lengkap, sedangkan siswa berkemampuan matematika sedang tidak memberikan kesimpulan yang lengkap untuk soal analisis; (4) terdapat perbedaan kedua subjek pada tahap strategi yaitu subjek berkemampuan matematika tinggi mengerjakan soal dengan dua cara serta mengevaluasi hasil pekerjaannya sehingga memperoleh jawaban benar, sedangkan siswa berkemampuan matematika sedang mengerjakan soal dengan satu cara dan tidak mengevaluasi hasil pekerjaanya pada soal analisis. Kata Kunci: Proses Berpikir Kritis, Soal HOT, Kemampuan Matematika.
STUDENTS’ MATHEMATICAL CONNECTION PROCESSES IN PROBLEM POSING BASED ON REFLECTIVE-IMPULSIVE COGNITIVE STYLE Annisa Nurul Hidayati; Ika Kurniasari
MATHEdunesa Vol 10 No 3 (2021): Jurnal Mathedunesa Volume 10 Nomor 3 Tahun 2021
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.532 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v10n3.p458-469

Abstract

This study aims to describe the student’s mathematical connection processes in problem-posing reviewed by reflective-impulsive cognitive style. This research is descriptive qualitative with the chosen subjects are two female eleventh graders, one having a reflective cognitive style and one having an impulsive cognitive style, with both have a high mathematical ability. The subjects were chosen through analysis of math ability test (TKM), Matching Familiar Figure Test (MFFT), problem-posing test (TPM), and interview results. The result shows that: (1) the processes of mathematical connection of the student with reflective cognitive style in problem-posing are done consecutively. At the understanding information stage, the student identifies mathematics concepts, other science concepts, and their relationships with the real world. At the planning the problem-posing stage, the student plan to make a story problem with mathematics and other sciences concepts that have been identified. At the stage of making problems, the student does as planned and gives clear reasons for the use of information for the problem and the solution. At the re-checking stage, the student checked the completeness of the information that was used in the problem and also checked the correctness of the answer by proving it. (2) The processes of mathematical connection of the student with impulsive cognitive style in problem-posing are done dynamically and don’t up to the re-checking stage. At the stage of understanding information, the student couldn’t directly identify mathematics concepts and other sciences, and so started the processes again by reading information repeatedly, then continued to connect it with the real-world context. At the stage of planning the problem-posing, the student plans to make a story problem related to the mathematics and other sciences concepts that have been identified. At the stage of making problems, the student used all the information given and gave no apparent reason for it.
Student's Error Analysis In Solving Definite Integral Problem Based On Multiple Intelligences Fatimah Ihza Aulia; Ika Kurniasari
MATHEdunesa Vol 11 No 1 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.655 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n1.p320-327

Abstract

One of the factors that students perform errors in solving mathematic problem is student’s intelligence. Gardner mentioned there are eight types of multiple intelligences, there are linguistic, logical mathematical, kinesthetic, musical, spatial, interpersonal, intrapersonal and naturalistic. Student’s error can be analyzed using Newman’s error analysis which contains five types of errors, there are reading error, comprehension error, transformation error, process skill error, and encoding error. This research is descriptive qualitative research which aims to describe the types of student’s error in solving definite integral based on multiple intelligences. The subjects of this research are three grade XII senior high school students in Sidoarjo whom have intelligences related to mathematic, there are logical mathematical intelligence, linguistic intelligence and spatial intelligence. Data was collected by giving multiple intelligences test, definite integral problems and interview. Data analysis technique are data reduction, data presentation and data verification. The result of this research showed that: (1) students with logical mathematical intelligence perform transformation error, process skill error and kesalahan encoding error; (2) students with linguistic intelligence perform reading error, comprehension error, transformation error, process skill error and encoding error; (3) students with spatial intelligence perform reading error, transformation error and encoding error.
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MENGGUNAKAN THREE TIER-TEST M Dahlan; Ika Kurniasari
MATHEdunesa Vol 11 No 2 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.006 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n2.p499-512

Abstract

Abstrak Permasalahan yang banyak ditemui siswa SMP yaitu pada mata pelajaran matematika. Siswa SMP mengalami banyak sekali mengalami miskonsepsi terkait materi bangun ruang. Oleh karena itu penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui: (1) adanya miskonsepsi yang dialami siswa SMP dalam mempelajari bangun ruang sisi lengkung, (2) miskonsepsi terbesar pada sub indikator materi bangun ruang sisi lengkung, (3) penyebab miskonsepsi siswa SMP dalam mempelajari bangun ruang sisi lengkung. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini siswa kelas IX sebanyak 23 siswa yang diambil di salah satu SMP yang ada di Bangkalan, dimana siswa sebelumnya pernah memperoleh materi dasar bangun ruang sisi lengkung pada jenjang SD dan juga siswa kelas IX sudah mempelajari bangun ruang sisi datar pada semester ganjil. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan test dan wawancara. Data dianalisis dengan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Soal tes yang digunakan adalah soal tes berbentuk three tier-test. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) siswa mengalami miskonsepsi pada materi bangun ruang sisi lengkung dengan rerata miskonsepsi setiap sub indikator sebesar 77,34%;(2) miskonsepsi murni terbesar siswa terletak pada memahami konsep rusuk, dimana pada konsep rusuk bangun ruang sisi lengkung siswa masih saja terpaku pada konsep rusuk pada bangun ruang sisi datar, untuk miskonsepsi false negatif siswa mengalaminya pada konsep luas, sedangkan pada volume siswa banyak mengalami miskonsepsi false positif dimana pada konsep volume siswa belum paham arti dari sebuah volume itu sendiri;(3) penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan unsur, luas, dan volume ruang bersisi lengkung disebabkan karena guru tidak menggunakan alat bantu visual, media atau alat praga dalam menyampaikan materi bangun ruang pada saat pembelajaran tatap muka. Kata Kunci: isi, format, artikel. Abstract The problems that many junior high school students encounter is in mathematics. Junior high school students experience a lot of misconceptions related to building materials. Therefore, this study supposed to find out: (1) there are misconceptions experienced by junior high school students in studying curved side space build, (2) the biggest misconceptions in the sub-indicators of curved side space build material, (3) the causes of junior high school students' misconceptions in studying curved side space build. The type of research used in this research is descriptive with a qualitative approach. The subjects in this study were 23 students of class IX who were taken in one of the junior high schools in Bangkalan, where students had previously obtained basic material on curved side spaces at the elementary school and also class IX students had studied flat side space in odd semesters. Data collection techniques were carried out using tests and interviews. Data were analyzed in three stages, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The test questions used are test questions in the form of a three-tier-test. The results of this study show that: (1) students have misconceptions in the curved side space material with an average misconception of each sub indicator of 77,34%; (2) the biggest pure misconception of students lies in understanding the concept of ribs, where in the concept of ribs on curved sides students are still fixated on the concept of ribs on flat-sided shapes, for false negative misconceptions students experience it on the broad concept, while in volume many students experience false positive misconceptions where in the concept of volume students do not understand the meaning of a volume itself; (3) the cause of students having difficulty in dealing with problems related to the elements, area, and volume of curved-sided spaces is because the teacher does not use visual aids, media or visual aids in teaching. deliver the material of building space during face-to-face learning. Keywords: misconception, three tier-test, building curved side space.