Articles
ANALISA BUFFER DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PERENCANAAN RUANG KAWASAN
Wafirul Aqli
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 6, No 2 (2010): Desember
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (527.536 KB)
|
DOI: 10.21831/inersia.v6i2.10547
ABSTRACTOn the scale of area or region in spatial planning, it is important to evaluate andto predict the new spatial plan and policy, whether it is effective or not to beimplemented. It is intended that the results of the spatial planning in scale of area orregion, can be optimized to accommodate the needs. Geographical InformationSystem as a computerized instrument of planning is pretty decent to be used for thosestages of planning (evaluation and prediction). More specifically one of its analysisfeature, buffer analysis, is capable to measure the effectiveness of the presence ofpublic facilities –for example- in terms of coverage/distribution of services (in thecontext of evaluation stage). In addition, buffer analysis also capable to predictwhether the spatial policies and its physical implementation possible to be place inaccordance with the goal of the planning.Keyword: Geographical Information System, Buffer Analysis, Spatial Planning.
Kajian Konsep Arsitektur Futuristik Pada Bangunan Konvensi: Setia City Convention Centre
Farhan Faturrahman;
Wafirul Aqli
Jurnal Linears Vol 4, No 1 (2021): Jurnal LINEARS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26618/j-linears.v4i1.5192
ABSTRAK: Arsitektur suatu bangunan harus menyesuaikan aktivitas atau kegiatan yang terkait dengan masa kini hingga yang sekiranya akan terjadi di masa yang akan datang. Arsitektur futuristik dinilai cocok terhadap bangunan umum atau publik yang merupakan bangunan yang banyak dikunjungi oleh orang-orang dengan berbagai aktivitas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahami prinsip desain Futuristik dalam Arsitektur dan juga memahami penerapan konsep Futuristik terhadap Gedung Konvensi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif naratif serta menggunakan variabel penelitian yaitu Kemajuan teknologi, Fasad Dinamis, Bentuk Geometris, Bentukan baru, Tidak memakai seni ornamen, Bidang jendela yang lebar, dan Material Ekspos. Hasil penelitian yang dilakukan pada bangunan Setia City Convention Centre sudah sesuai dengan hasil analisis variabel yang digunakan. Penerapan gaya arsitektur futuristik pada bangunan yang berukuran besar akan sangat cocok karena dapat menuangkan karakter-karakter futuristik dengan maksimal.ABSTRACT: The architecture of a building must adjust the activities or activities related to the present to those that will occur in the future. The futuristic architecture is considered suitable for public or public buildings, which are buildings that are visited by many people with various activities. The purpose of this study is to understand the principles of futuristic design in architecture and also to understand the application of the futuristic concept to the Convention Building. The research method used in this study is a qualitative method with a descriptive narrative approach and uses research variables, namely technological progress, dynamic facades, geometric shapes, formations. New, No ornamental arts, Wide window fields, and Exposed Materials. The results of the research conducted at the Setia City Convention Center building are by the results of the variable analysis used. Applying a futuristic architectural style to a large building will be very suitable because it can convey the maximum futuristic characters.
TIPOLOGI KONVERSI BANGUNAN TUA DI PUSAT KOTA STUDI KASUS PECINAN DI SINGAPURA DAN PETAK SEMBILAN DI JAKARTA
Ari Widyati Purwantiasning;
Lily Mauliani;
Wafirul Aqli
NALARs Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.11.2.%p
ABSTRAK. Sebuah bangunan tua biasanya akan terbengkalai. Hal ini menjadi masalah utama sebuah pusat kota, karena selain mengganggu wajah kota juga akan merusak penampilan sebuah kota ataupun membuat sebuah bangunan tidak layak huni sebagaimana mesinya. Keberadaan sebuah bangunan tua sebaiknya menjadikannya aikon sebuah kota bersejarah. Salah satu usaha dalam mengaplikasikan konsep konservasi adalah dengan mengkonversikan sebuah bangunan tua menjadi fungsi baru yang lebih bermanfaat baik bagi pengguna bangunan maupun bagi lingkungan sekitarnya. Perubahan fungsi sebuah bangunan tua dikenal juga sebagai konsep konversi bangunan tua. Tujuan dari konsep ini adalah untuk mencari fungsi yang lebih layak huni bagi bangunan tua tersebut baik secara ekonomi maupun efisiensi dalam pemeliharaannya, sehingga bangunan-bangunan tua tersebut tidak lagi terbengkalai dan tidak terawat lagi. Pada kenyataannya, konsep konversi bangunan tua dipilih sebagai salah satu upaya dalam konservasi bangunan karena terlihat bahwa fungsi bangunan-bangunan tua tersebut tidak lagi layak dan sesuai bila dipertahankan. Kata kunci: konversi, konservasi, bangunan tua, pecinan ABSTRACT. An unoccupied old building, usually will be neglected. This will become a major issue in city center, either will interfere the face as well as the image of the city or will make the building is not worth anymore. The existence of an old building should become an icon of the historic city. One of an application in applying the concept of conservation is by converting the old building into a new function which more useful either for the people or the environment. The changing and make over the function of an old building has been known as a conversion of an old building. The goal of this concept is to find a feasible use of the building economically and efficiently in maintenance, thus the building will be not neglected and remain untreated anymore. In fact, the concept of building conversion has been selected as a conservation effort because it has been seen that the function of old building is no longer approriated if retained. Keywords: conversion, conservation, old buildings, china town
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG LEBIH BAIK DENGAN PENYEDIAAN JALUR PEDESTRIAN BAGI PEJALAN KAKI
Lily Mauliani;
Ari Widyati Purwantiasning;
Wafirul Aqli
NALARs Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.14.1.%p
ABSTRAK Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya dengan judul “Kajian Jalur Pedestrian Sebagai Ruang terbuka Pada Area Kampus” yang dipublikasikan pada Jurnal yang sama Volume 12 Nomor 2 Bulan Juli 2013. Tulisan ini adalah hasil akhir dari Penelitian Desentralisasi Skim Penelitian Hibah Bersaing tahun kedua. Oleh karenanya pada tulisan ini, hasil akhir luarannya adalah berupa disain sesuai dengan yang diajukan sebelumnya. Ajuan disain alternatif dari Jalur Pejalan Kaki atau dikenal dengan jalur pedestrian ini merupakan hasil telaah survey lapangan, analisa baik fisik maupun fisik dari studi kasus yang terpilih yaitu Jalan Cempaka Putih Tengah XXX Jakarta Pusat serta hasil dari pemikiran berdasarkan studi preseden dari beberapa lokasi yang dianggap berhasil dan juga teori-teori yang berkaitan dengan hal tersebut. Sebelum solusi disain diberikan, tentunya penelitian harus melalui beberapa tahapan proses yang akan menghasilkan luaran yang optimal. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis penerapan konsep pedestrianisasi dalam area kampus sebagai ruang terbuka bagi komunitas kampus baik untuk memfasilitasi kebutuhan sosial juga untuk beraktifitas di dalamnya. Sebagai fakta terlihat bahwa jumlah arus pejalan kaki dalam waktu area kampus cukup tinggi. Perlunya kegiatan bersosialisasi antara mahasiswa dan lain-lain sangat penting. Metode deskriptif serta metode studi banding telah dipilih sebagai metodologi penelitian dalam merangkum fakta yang ada dan menganalisa data yang didapatkan, kemudian metode perencanaan juga dilakukan dalam menghasilkan luaran solusi disain yang tentunya diharapkan dapat diadopsi untuk direalisasikan. ABSTRACT This paper is a continuation from the former paper titled “Kajian Jalur Pedestrian Sebagai Ruang terbuka Pada Area Kampus” which had been published in the same Journal Volume 12 Number 2 July 2013. This paper is a final output from Decentralization Research Program with a scheme of Penelitian Hibah Bersaing from DP2M, second year from two years research. Therefor within this paper, will deliver an appropriate design for a better solution. The proposed alternative designed for pedestrian way is a resulft from field survey analysis either physical or non physical analysis from designated case study Jalan Cempaka Putih Tengah XXX Jakarta Pusat which had been sincronized with appropriate theories and succeeded precedent studies. Descriptive method and comparative method have been chosen as a research methodology for concluding the existing facts and to analysis all collected data. Then planning method will be used as well to deliver solution design which hopefully could be adopted.
DESAIN INTERIOR PERSINGGAHAN TRANSPORTASI PUBLIK SEBAGAI ALAT REKOGNISI TEMPAT (PENGAMATAN STASIUN MASS RAPID TRANSIT DI SINGAPURA)
Wafirul Aqli
NALARs Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.11.2.%p
ABSTRAK.Persinggahan transportasi publik seperti halte bus, terminal, dermaga, pelabuhan laut maupun udara memiliki fitur yang dapat membantu pengguna atau penumpang moda transportasi tersebut untuk bernavigasi menentukan rute perjalanan sekaligus mencari jalan ke tempat tujuannya. Fitur tersebut adalah penanda tertulis atau grafis berupa signage yang informatif bagi pengguna/penumpang. Yang menjadi permasalahan adalah apabila signage yang tersedia tidak dapat direspon oleh pengguna moda transportasi karena memiliki keterbatasan fungsi indera. Lingkungan yang paling dekat dengan pengguna ketika tidak dapat membaca signage yang ada adalah dengan melihat bentukan desain interior persinggahan yang ada. Dalam tulisan ini penulis mencoba mengamati bagaimana desain interior dalam studi kasus stasiun transportasi massal di Singapura, SMRT dapat menjadi penanda kawasan yang dapat dibaca sebagai alternatif selain signage yang ada. Hasil dari pengamatan tersebut dirumuskan ke dalam ciri-ciri utama yang dapat dikembangkan konsepnya menjadi instrumen pananda kawasan selain hanya sekedar pemanis ruang dalam. Kata Kunci: Penanda, Desain Interior, Stasiun MRT. ABSTRACT. Transit facilities in public transport services such as bus stop, bus terminal, boat pier and port, or airport have feature that can help the users to navigate their journey. That feature formed as a written signage or illustrated graphically which informative to the users. This signage feature become not functioning when if the users cannot respond the notification appear on the signage caused by their sensory disability. The closest element in the built environment which can directly scanned by disabled users are the interior surround them. observed in this article about how the design in some sample stations from Singapore Mass Rapid Transit system, can become an alternate signage-function. This observation result is in form of definitive characteristic of the interior design, which can developed as a signage design concept. Key words: Signage, Interior Design, MRT Station.
KAJIAN CROWDING DI ANJUNGAN PENGANTAR (WAVING GALLERY) BANDARA INTERNASIONAL ADISUCIPTO YOGYAKARTA
Wafirul Aqli
NALARs Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.15.2.109-120
ABSTRAK. Crowding atau disebut juga dengan kesesakan merupakan kejadian di mana kuantitas populasi pengguna ruang yang tidak hanya manusia tapi juga benda dan non-benda melebihi dari apa yang suatu ruang bisa mewadahinya. Dipilihnya studi kasus waving gallery bandara internasional Adi Sucipto karena fenomena crowding berpotensi terjadi di ruang ini. Waving gallery tersebut memiliki luasan yang terbatas sementara fungsinya termasuk yang cukup penting bagi pengguna/ pengunjung bandara. Lebih lanjut kajian yang diangkat adalah bagaimana pola crowding yang terjadi dan perilaku keruangan apa saja yang dilakukan oleh user berkaitan dengan crowding tersebut. Sebagai kesimpulan terdapat kecenderungan bahwa crowding yang terjadi terlihat pada waktu siang hari di hari libur, yang dipicu dengan pertambahan pengunjung ke ruang tersebut dan membentuk zona-zona seperti zona orientasi, zona settled/ menetap, dan zona mobile/ berpindah-pindah, serta terjadi perilaku withdrawal untuk keluar dari kesesakan dan menempati zona kosong.Kata Kunci: Kesesakan, Anjungan Pengantar, Perilaku PenggunaABSTRACT. Crowding is a condition in which the quantity of the users, objects and non-objects excess of what a room could accomodate it. Waving gallery at Adi Sucipto International Airport has been conducted as a case study because the phenomenon of crowding could potentially occur within the area. The waving gallery has a limited area while the function is quite vital for the users/ visitors of the airport. Study conducted is how the crowding pattern occurs and what kind of spatial behavior is being done by the user associated with the crowding. As the conclusion, there is a tendency that the crowding occurs during the daytime on the holiday, which was triggered by the increase of visitors to the gallery and forming zones of orientation, settled and mobile/ nomadic, as well as the withdrawal behavior occurs to get out of distress situation and occupy the empty zone.Key Words: Crowding, Waving Gallery, Using Behavior
KAJIAN JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI RUANG TERBUKA PADA AREA KAMPUS
Ari Widyati Purwantiasning;
Lily Mauliani;
Wafirul Aqli
NALARs Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.12.2.%p
ABSTRAK. Jalur pedestrian sudah seharusnya dapat menjadi fasilitas yang baik yang disediakan baik oleh pemerintah maupun lembaga swasta sebagai fasilitas untuk pejalan kaki. Kebutuhan fasilitas pejalan kaki sebagai ruang terbuka publik juga meningkat karena adanya penyesuaian gaya hidup dan standar hidup bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jakarta khususnya. Daerah jalur pejalan kaki memiliki banyak fungsi, salah satu fungsi mereka baik sebagai fasilitas untuk pejalan kaki, juga sebagai ruang terbuka untuk berbagai aktifitas diantaranya aktifitas social dan juga aktifitas lainnya. Sebuah jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja harus direncanakan dan dirancang sebagai akses yang mudah dan dapat dicapai dengan berjalan kaki. Hal ini menjadi latar belakang mengapa konsep pedestrian penting untuk diterapkan dalam wilayah publik seperti area kampus. Namun pada kenyataannya jalur pedestrian yang ada masih jauh dari optimal dalam hal perencanaan, desain atau penggunaannya. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis penerapan konsep pedestrianisasi dalam area kampus sebagai ruang terbuka bagi komunitas kampus baik untuk memfasilitasi kebutuhan sosial juga untuk beraktifitas di dalamnya. Sebagai fakta terlihat bahwa jumlah arus pejalan kaki dalam waktu area kampus cukup tinggi. Perlunya kegiatan bersosialisasi antara mahasiswa dan lain-lain sangat penting. Metode deskriptif serta metode studi banding telah dipilih sebagai metodologi penelitian. Kata kunci: jalur pedestrian, ruang terbuka, area kampus ABSTRACT. A pedestrian line should be a good facility provided either by government or private institutions as a tool for pedestrians. The need for pedestrian facilities as public open spaces have also increased due to an adjustment of lifestyle and standard of living for Indonesian community generally and Jakarta’s community particularly. Pedestrian areas have many functions, one of their functions either as a tool for pedestrians, also as a space for social need for many people. A distance from residence to work place should be planned and designed as an easy access and can be reached by walking distance. This is become a background why the concept of pedestrian is important to be applied within public area such as campus area. But in fact the existing pedestrian path is far from optimal in terms of planning, design or use. This paper is aimed to analyse the application of pedestrianization concept within campus area as a public space for social need. As the fact showed that number of pedestrian’s flow within campus area is quite high. The need for socialization’s activity between students and others is significant as well. Descriptive method as well as comparative studies method have been chosen as a methodology of the research. Keywords: pedestrian line, open space, campus area
KAJIAN KETERHUBUNGAN DAN KATASTROPIK DALAM TEORI FOLDING ARCHITECTURE
Wafirul Aqli;
Sepli Yandri
NALARs Vol 20, No 1 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 1 Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.20.1.53-60
ABSTRAK. Kajian ini merupakan langkah penelitian dalam memahami bagaimana teori folding architecture didefinisikan dan diterapkan ke dalam karya bangunan/arsitektural. Dalam beberapa telaah di aspek filosofis yang menjadi dasar teorinya, ditemukan bahwa teori dan konsep folding architecture bercabang pada penerapan praktisnya dalam membentuk massa dan tampilan bangunan, atau penerapan abstrak yang perwujudannya adalah mengatur ruang aktivitas secara menyatu atau terpisah tergantung pada perlakuan lipat-melipat bidang/elemen bangunan. Melalui telaah tersebut dapat dikerucutkan bahwa inti dari konsep folding architecture adalah prinsip keterhubungan melalui perlakuan-perlakuan seperti mentransfer aktivitas secara mulus, memiringkan bidang, menekuk bidang dan membuka bidang.Kata kunci: Fold, Folding Architecture, Keterhubungan, Katastropik,ABSTRACT. This study is a process in understanding how the folding architecture theory is defined and applied to architectural/building works. In several studies on the philosophical aspects on which the theory is based, it was found that the theory and concept of the folding architecture branched out from its practical application in shaping the mass and appearance of a building. Moreover, it also an abstract application where the embodiment is to organize the activity space unified or separately to depend on the plane building elements' folding treatment. This study can conclude that the core of the folding architecture concept is the principle of connection through treatments such as smooth transfer of activity, tilting the plane, bending the plane, and opening the plane.Keywords: Fold, Folding Architecture, Connectivity, Catastrophe
ANATOMI BUBUNGAN TINGGI SEBAGAI RUMAH TRADISIONAL UTAMA DALAM KELOMPOK RUMAH BANJAR
Wafirul Aqli
NALARs Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.10.1.%p
ABSTRAK. Rumah Bubungan Tinggi merupakan Rumah adat suku Banjar, Kalimantan Selatan yang menempati strata paling tinggi dari kelompok Rumah Banjar yang berjumlah 11 jenis. Dengan fungsinya sebagai rumah raja atau sultan yang berkuasa dan merupakan jenis rumah Banjar tertua di antara rumah-rumah lainnya menjadikan jenis Bubungan Tinggi ini sebagai wajah dari arsitektur tradisional Kalimantan Selatan. Nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi rumah Bubungan Tinggi menjadikan rumah tradisional ini sebagai ekspresi keberagaman latar belakang kepercayaan serta tanggapan terhadap potensi lokal dalam hal kekayaan hasil alam seperti kayu-kayuan. Dalam tulisan ini diuraikan secara anatomis bagaimana wujud rumah Bubungan Tinggi dan diharapkan dapat terurai lebih lanjut kajian-kajian yang lebih dalam menjelaskan konteks filosofi, fungsi dan lainnya yang berkaitan dengan metode desain arsitektural. Kata Kunci: Rumah Banjar, Bubungan Tinggi ABSTRACT. Bubungan Tinggi is one of 11 types in Banjar’s (South Kalimantan) Traditional Houses group, which occupies the highest strata within the group. With its function as the home of the ruling king or sultan, and the oldest type among other type of house, makes this Bubungan Tinggi as the main character/ typical image of traditional architecture in South Kalimantan. The values embodied in the philosophy of the house makes this traditional house as an expression of the diversity of beliefs background and responses to the local potential in terms of natural resources such as various woods. In this paper the Bubungan Tinggi house described anatomically and expected to be developed in further studies to explaining the context of philosophy, specific explanations about functions and other discussions related to architectural design methods. Key words: House of Banjar, Bubungan Tinggi
PERMEABILITAS KAWASAN JALAN MH. THAMRIN TERHADAP AKSES PEJALAN KAKI MENUJU STASIUN MRT BUNDARAN HI JAKARTA
Wafirul Aqli;
Lily Mauliani;
Anisa Anisa
NALARs Vol 18, No 1 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 1 Januari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24853/nalars.18.1.75-84
ABSTRAK. Kawasan jalan MH. Thamrin Jakarta Pusat merupakan kawasan perkantoran yang berdampingan dengan kawasan permukiman serta pusat perbelanjaan dengan skala sosial-ekonominya yang beragam. Keberadaan fasilitas MRT Jakarta dengan stasiun MRT Bundaran HI yang berdiri di kawasan tersebut menjadi faktor tarikan terhadap pergerakan pejalan kaki di sekitarnya, terutama yang berasal dari permukiman (bangkitan pergerakan). Dengan akses ruang jalan yang eksisting, blok perkantoran dan pusat perbelanjaan yang ada perlu dikaji kemampuan permeabilitasnya untuk mempermudah pejalan kaki untuk menuju faktor tarikan di kawasan tersebut. Latar belakang tersebut mendasari permasalahan yang diangkat, agar ditemukan solusi aksesibilitas dan kemampuan permeabilitas yang lebih baik sehingga keberadaan fasilitas MRT dapat lebih terjangkau dari kawasan sekitarnya. Dalam teori tentang aktivitas berjalan kaki, pengurangan waktu tempuh atau peningkatan mobilitas dapat diperoleh dari tingkat permeabilitas lingkungan yang baik terhadap pelaku pejalan kaki/pedemstrian-nya. Konektivitas dan aksesibilitas adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam menciptakan lingkungan yang permeabel. Penelitian ini bertujuan untuk; Mengidentifikasi kondisi aksesibilitas di kawasan Jl. MH. Thamrin Jakarta Pusat terkait keberadaan fasilitas MRT di area tersebut. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk menemukan potensi permeabilitas lingkungan untuk menyediakan akses fasilitas MRT melalui kawasan perkantoran yang ada. Obyek dalam penelitian ini adalah jaringan jalan di sekitar akses masuk stasiun MRT Bundaran HI Jakarta, dengan menggunakan teknik simulasi sintaksis ruang (Space Syntax). Kata kunci: Akses MRT, Permeabilitas, Sintaksis Ruang ABSTRACT. The Area of Jalan MH Thamrin in Central Jakarta is an office area adjacent to residential areas and shopping centers with diverse socio-economic scales. The existence of the Jakarta MRT facility with the Bundaran HI MRT station that stands in the area has become a pull factor towards the movement of pedestrians in the vicinity, especially those from settlements (trip generation). With access to existing road space, existing office blocks, and shopping centers, permeability capabilities are needed to facilitate pedestrians to get to the attraction factors in the region. This background underlies the issues raised so that accessibility solutions and better permeability capabilities can be found so that the presence of MRT facilities can be more affordable from the surrounding area. In theory about walking activities, reducing travel time or increasing mobility can be obtained from a good level of environmental permeability towards pedestrians. Connectivity and accessibility are influential factors in creating a permeable environment. This research aims to; Identify accessibility conditions in the area Jl. MH. Thamrin Central Jakarta related to the existence of MRT facilities in the area. Besides, this research also aims at discovering the potential of environmental permeability to provide access to MRT facilities through existing office areas. The object of this research is the road network around the entrance of the Bundaran HI Jakarta MRT station, using space syntax simulation techniques. Keywords: Access of MRT, permeability, space syntaxntax