Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Implementasi algoritma Floyd dalam menentukan rute terpendek transportasi pariwisata Rifanti, Utti Marina; Arifwidodo, Bongga
Register: Jurnal Ilmiah Teknologi Sistem Informasi Vol 5, No 2 (2019): July-December
Publisher : Information Systems - Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1415.975 KB) | DOI: 10.26594/register.v5i2.1683

Abstract

The implementation of Floyd algorithm in determining the shortest routes for tourism transportationPariwisata merupakan penyumbang kontribusi yang cukup signifikan bagi kemajuan perekonomian suatu daerah. Sarana transportasi umum khusus pariwisata dapat menjadi penyokong kemajuan pariwisata. Sarana transportasi tersebut diperuntukkan bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi objek-objek wisata, sehingga mereka dapat melakukan perjalanan wisata dengan mudah, efektif, dan efisien. Dalam pembangunan rute transportasi yang efektif dan efisien, dibutuhkan kontribusi ilmu pengetahuan yang mempelajari hal tersebut, misalnya teori graf. Teori graf mempunyai berbagai aplikasi dalam kehidupan manusia, termasuk bidang transportasi. Salah satu algoritma dalam teori graf yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan rute suatu model transportasi adalah algoritma Floyd. Studi kasus dari penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk merancang rute bus wisata yang dapat menjangkau objek-objek wisata di Kabupaten Banyumas dengan rute terpendek menggunakan algoritma Floyd. Hasil penelitian ini diperoleh rute yang dapat dilalui oleh bus wisata agar dapat menempuh jarak terpendek. Perancangan rute transportasi ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Banyumas, baik wisatawan asing maupun wisatawan nusantara. Tourism is a significant contributor to the development of the regional economy. Public transportation specially designed for tourism may well support the development of tourism. Such means of transportation is designed for tourists who would like to visit tourism objects so that they can travel easily, effectively, and efficiently. In developing effective and efficient transportation routes, the contribution of science, such as graph theory, is necessary. Graph theory has been applied in various fields of human life, including in the field of transportation. One of the algorithms in the graph theory that can be used to optimize the route of a transportation model is Floyd algorithm. This research was a case study in Banyumas Regency. It was aimed at designing tour bus routes heading for the tourism objects in Banyumas Regency by displaying the shortest routes using Floyd algorithm. Through this research, it was obtained the shortest routes that could be traveled by tour buses. The routes were expected to increase the number of visitors, both foreign and domestic tourists, to Banyumas Regency.
Implementasi algoritma Floyd dalam menentukan rute terpendek transportasi pariwisata Rifanti, Utti Marina; Arifwidodo, Bongga
Register: Jurnal Ilmiah Teknologi Sistem Informasi Vol 5, No 2 (2019): July
Publisher : Information Systems - Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/register.v5i2.1683

Abstract

The implementation of Floyd algorithm in determining the shortest routes for tourism transportationPariwisata merupakan penyumbang kontribusi yang cukup signifikan bagi kemajuan perekonomian suatu daerah. Sarana transportasi umum khusus pariwisata dapat menjadi penyokong kemajuan pariwisata. Sarana transportasi tersebut diperuntukkan bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi objek-objek wisata, sehingga mereka dapat melakukan perjalanan wisata dengan mudah, efektif, dan efisien. Dalam pembangunan rute transportasi yang efektif dan efisien, dibutuhkan kontribusi ilmu pengetahuan yang mempelajari hal tersebut, misalnya teori graf. Teori graf mempunyai berbagai aplikasi dalam kehidupan manusia, termasuk bidang transportasi. Salah satu algoritma dalam teori graf yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan rute suatu model transportasi adalah algoritma Floyd. Studi kasus dari penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk merancang rute bus wisata yang dapat menjangkau objek-objek wisata di Kabupaten Banyumas dengan rute terpendek menggunakan algoritma Floyd. Hasil penelitian ini diperoleh rute yang dapat dilalui oleh bus wisata agar dapat menempuh jarak terpendek. Perancangan rute transportasi ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Banyumas, baik wisatawan asing maupun wisatawan nusantara. Tourism is a significant contributor to the development of the regional economy. Public transportation specially designed for tourism may well support the development of tourism. Such means of transportation is designed for tourists who would like to visit tourism objects so that they can travel easily, effectively, and efficiently. In developing effective and efficient transportation routes, the contribution of science, such as graph theory, is necessary. Graph theory has been applied in various fields of human life, including in the field of transportation. One of the algorithms in the graph theory that can be used to optimize the route of a transportation model is Floyd algorithm. This research was a case study in Banyumas Regency. It was aimed at designing tour bus routes heading for the tourism objects in Banyumas Regency by displaying the shortest routes using Floyd algorithm. Through this research, it was obtained the shortest routes that could be traveled by tour buses. The routes were expected to increase the number of visitors, both foreign and domestic tourists, to Banyumas Regency.
Analisis Kinerja Mikrotik Terhadap Serangan Brute Force Dan DDoS Bongga Arifwidodo; Yusup Syuhada; Syariful Ikhwan
Techno.Com Vol 20, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : LPPM Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/tc.v20i3.4615

Abstract

Serangan cyber yang semakin meningkat menjadikan persoalan bagi penyedia layanan jasa internet. Contoh jenis serangan cyber yang digunakan adalah dengan teknik serangan DDoS dan Brute Force. Perangkat jaringan seperti Mikrotik pun bisa menjadi target dari serangan. Upaya mencegah serangan diperlukan dengan suatu sistem keamanan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menganalisis performasi dan kinerja dari Mikrotik apabila terjadi serangan. Hasil Pengujian, serangan DDos sebanyak 171847 serangan ke port 80 terpantau CPU Mikrotik sebesar 96,81% dan pada webserver sebesar 16,61%. Perangkat Mikrotik yang telah terkena serangan DDoS sudah tidak dapat lagi beroperasi secara normal. Namun saat skenario serangan Brute Force, terpantu normal 4,76% pada CPU Mikrotik karena port forwarding telah meneruskan paket serangan ke server Honeypot. Kesimpulan dari penelitian ini serangan DDoS dan Brute Force mengakibatkan peningkatan beban kinerja CPU baik pada Mikrotik maupun pada server Honeypot.
Implementasi Web Server Menggunakan Infrastructure As Code Terraform Berbasis Cloud Computing Yusuf Hidayat; Bongga Arifwidodo
FORMAT Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/format.2021.v10.i2.010

Abstract

Kemajuan teknologi otomatisasi menjadikan suatu kemudahan untuk pembangunan infrastruktur web server, tanpa harus melakukan perintah pembuatan secara berulang ulang, hanya dengan serangkaian kode yang telah didefinisikan menggunakan Infrastructure as code Terraform maka infrastruktur web server berhasil dibangun. Namun, pertanyaan mulai muncul terhadap kualitas nya pada instance web server yang dibuat secara otomatis akankah sesuai standar, hal ini menjadi pertanyaan para penyedia layanan web server. Pada parameter yang dilihat pada penelitian ini yaitu perbandingan terhadap waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan instance web server dari kedua metode tersebut dan perbandingan kualitas web server dengan melakukan pengujian beban request terhadap web server. Hasilnya disimpulkan bahwa Infrastructure As Code Terraform layak untuk dijadikan tools automasi sebagai penyediaan infrastruktur web server otomatis pada pembangunan web server beserta Virtual Machine dengan selisih nilai rata-rata perbandingan dari kedua metode tersebut didapatkan untuk waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan Instance web server yang menggunakan Infrastructure As Code Terraform lebih unggul dengan selisih waktu 12 Menit 19 Detik, perbandingan seluruh rata – rata  nilai pengujian Quality Of Service untuk instance web server manual unggul tipis dengan selisih nilai throughput 0.750 Mbit/s, packetloss 0.00%, nilai delay 0,0035 ms, nilai jitter 0,004 ms. Parameter CPU usage dengan selisih nilai rata – rata diseluruh pengujian yaitu 5,899%.
Optimasi dan Performansi Proses Rehoming Terhadap Teknologi Jaringan GSM Bongga Arifwidodo
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v6i2.1155

Abstract

Kehandalan suatu jaringan akan berubah sesuai trafik yang terjadi pada jaringan. Lalu lintas beban trafik pada suatu area dapat diseimbangkan. Operator seluler berusaha untuk mengatasi masalah dengan rehoming.Berdasarkan hal ini dilakukan analisis lalu lintas dan optimasi pada jaringan untuk mencapai pelayanan yang optimal bagi. Secara khusus menyeimbangkan kinerja suatu BSC. Pengamatan dilakukan pada mekanisme rehoming teknologi GSM. Analisis yang dilakukan diantaranya adalah analisis performa saat ini dan analisis tren yang terjadi pada jaringan. Fokus terhadap utilisasi BSC pada teknologi GSM Operator X dengan data parameter. Pengukuran dilakukan pada jaringan GSM operasi GSM-900 & GSM-1800 dengan 3 BSC sebagai objek penelitian. Tren waktu pada bulan Juni 2014 dan Maret 2015, dengan ukuran waktu tertentu tren dari BSC (sebelum dan sesudah esekusi). Analisa utilitas suatu BSC serta proses rehoming baik sebelum dan sesudah dilaksanakan. Hasil analisis keberhasilan terlihat setelah proses rehoming menunjukan KPI performance terjaga. Performasi KPI jaringan 2G pun meningkat dengan ditunjukkan menurunnya average congestion dan TCH availability meningkat. Batas wajar (threshold) TCH congestion operator menggunakan < 2% dan <0,2 % untuk SDCCH congestion.
Analisis Kinerja Load Balancing pada Server Web Menggunakan Algoritma Weighted Round Robin pada Proxmox VE Bongga Arifwidodo; Vassa Metayasha; Syariful Ikhwan
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 11, No 3 (2021)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v11i3.11775

Abstract

Peningkatan jumlah lalu lintas webserver mengakibatkan peningkatan kinerja server. Kondisi penggunaan satu server dirasa kurang efektif, karena dapat menyebabkan server down jika mendapat beban trafik yang berlebihan. Penyeimbangan beban adalah teknik mendistribusikan beban lalu lintas ke beberapa server dan dapat diterapkan pada teknologi virtualisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja load balancing pada web server menggunakan algoritma weighted round robin yang diimplementasikan pada lingkungan virtualisasi Proxmox VE. Pengukuran kinerja jaringan dilakukan dengan mengirimkan trafik request HTTP ke web server. Saat membagi beban kerja digunakan empat skenario weighted round robin load sharing, WRR 2:1, WRR 3:1, WRR 4:1, dan WRR 5:1 kemudian diukur unjuk kerjanya berdasarkan parameter Quality of Service yaitu throughput, delay, packet loss, dan penggunaan CPU. Hasil penelitian ini, sistem load balancing dapat diimplementasikan dengan baik pada lingkungan virtualisasi. Pembagian kerja skenario penjadwalan yang paling baik adalah pada WRR 2:1, karena mampu membagi beban secara merata antara kedua server. Sehingga menghasilkan rata-rata throughput tertinggi 6.717 Mbit/s, nilai delay terendah 0.505 ms, dan tidak ada paket yang hilang. WRR 2:1 juga membuat kedua web server tersebut mendapatkan beban kerja yang seimbang, dengan perbedaan penggunaan CPU pada koneksi 5000 mencapai 2,244%, koneksi 10000 mencapai 4,528%, dan koneksi 15000 mencapai 3,111%.
Analisis Performansi Gateway Load Balancing Protocol (GLBP) pada Jaringan Lan untuk Layanan Video Streaming Bongga Arifwidodo; Osep Nurchoeri; Kukuh Nugroho
Journal of Telecommunication, Electronics, and Control Engineering (JTECE) Vol 1 No 01 (2019): Journal of Telecommunication, Electronics and Control Engineering (JTECE)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Telkom Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/jtece.v1i01.34

Abstract

Pertukaran informasi tidak hanya sebatas teks dan gambar saja, tetapi kebutuhan terhadap informasi yang bersifat real time juga sangatlah dibutuhkan salah satunya video streaming. Hal tersebut tidak terlepas dari kualitas jaringan, sehingga dibutuhkan suatu jaringan handal yang mampu meminimalisir terjadinya penumpukan data dan packet loss tinggi yang disebabkan karena adanya kegagalan link pada suatu jaringan. Untuk membuat jaringan yang handal pada penelitian ini mengimplementasikan protokol Gateway Load Balancing Protocol (GLBP). Protokol GLBP memiliki fitur load balancing yang merupakan prinsip penyeimbang beban paket yang akan dikirimkan dengan melalui router-router yang aktif. Sehingga apabila ada jalur yang terputus, diharapkan konektifitas data masih tetap terjaga dengan adanya jalur alternatif. Penelitian ini menggunakan layanan video streaming untuk mengetahui kinerja dari jaringan protokol GLBP. Parameter delay dari skenario 1, 2, dan 3 pada variasi 720p berturut-turut 2.60 ms, 2.60 ms, dan 2.75 ms. Pada variasi 1080p berturut-turut 1.68 ms, 1.68 ms, dan 1.76 ms. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori bagus menurut standar TIPHON ETSI TR 101 329. Parameter throughput dari skenario 1, 2, dan 3 pada variasi 720p berturut-turut 2.11 Mbps, 2.11 Mbps, dan 1.99 Mbps. Pada variasi 1080p berturut-turut 3.27Mbps, 3.27 ms, dan 3.10 Mbps. Parameter packet loss dari skenario 1, 2, dan 3 pada variasi 720p berturut-turut 0%, 0%, dan 10.57%. Pada variasi 1080p berturut-turut 0%, 0%, dan 10.19%. Hasil dari skenario 1, 2 pada kedua variasi resolusi termasuk kategori sangat bagus, sedangkan dari skenario 3 pada kedua variasi resolusi termasuk kategori sedang menurut standar TIPHON ETSI TR 101 329).
Penggunaan Metode SIIT (Stateless IP/ICMP Translation) Dalam Migrasi IPv4 ke IPv6 Kukuh Nugroho; Hidni Wafiah; Bongga Arifwidodo
Journal of Telecommunication, Electronics, and Control Engineering (JTECE) Vol 1 No 01 (2019): Journal of Telecommunication, Electronics and Control Engineering (JTECE)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Telkom Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/jtece.v1i01.36

Abstract

Pengguna Internet yang semakin bertambah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan penggunaan alamat IP. Saat ini alokasi alamat IPv4 versi public sudah tidak bisa menampung kebutuhan pengguna Internet. IP versi 6 (IPv6) sebagai IP versi terbaru yang memiliki daya tampung yang lebih banyak dibandingkan dengan IP versi 4 (IPv4) dapat dijadikan sebagai solusi terhadap masalah berkurangnya atau menipisnya alokasi alamat IPv4 versi public. Perangkat yang sudah terpasang dalam jaringan dan menggunakan alamat IPv4 tidak secara langsung digantikan dengan alamat IPv6. Pada praktiknya, perangkat yang menggunakan IPv6 akan disandingkan dengan perangkat yang sudah menggunakan IPv4. Konsep penggunaan konsep pengalamatan yang berbeda akan menimbulkan masalah dari sisi konektifitas antar perangkat. Oleh karena itu diperlukan sebuah solusi agar jaringan yang sudah menggunakan IPv4 dapat terhubung dengan perangkat yang menggunakan IPv6. Pada penelitian ini akan digunakan salah satu metode dalam menghubungkan antara jaringan IPv4 dan IPv6 yaitu SIIT (Stateless IP/ICMP Translation). Parameter performansi yang dianalisa adalah throughput, packet loss dan delay. Konsep jaringan yang digunakan adalah client-server, dimana pada sisi server akan diaktifkan dua layanan untuk diuji yaitu transfer file dan video streaming.
Performansi EOIP-PPTP dengan EOIP-L2TP pada Router Mikrotik Bongga Arifwidodo; Zabellnur Zabellnur
Journal of Telecommunication, Electronics, and Control Engineering (JTECE) Vol 2 No 1 (2020): Journal of Telecommunication, Electronics, and Control Engineering (JTECE)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Telkom Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/jtece.v2i1.104

Abstract

Router berfungsi melewatkan paket Internet Protocol (IP) dari suatu jaringan yang berbeda, dengan metode pengalamatan serta protokol tertentu agar bisa melewatkan suatu paket data. Suatu topologi jaringan untuk mengirimkan sebuah data digunakan berbagai protocol seperti PPTP (Point to Point Tunneling Protocol), L2TP (Layer 2 Tunneling Protocol), dan EoIP (Ethernet over Internet Protocol). Dimana Protokol ini digunakan sebagai keamanan data yang akan di kirim maupun diterima. Metode tunneling adalah suatu teknologi yang ditugaskan untuk menangani hingga menyediakan koneksi point to point dari sumber tujuannya. Tunnel ini menggunakan EoIP Tunnel antara PPTP maupun L2TP dalam jaringan untuk memproses pengiriman data, maka dari itu penelitian ini akan membandingkan kinerja PPTP dengan L2TP pada router mikrotik. Pada penelitian ini dilakukan uji coba untuk mengetahui seberapa baik layanan file sharing dengan jaringan PPTP dan L2TP dengan Tunnel EoIP, kemudian dianalisa parameter QoS. Pengujian menggunakan 3 skenario pada layanan file sharing sebesar 5MB, 10MB, dan 15MB. Hasil layanan file sharing PPTP dan L2TP yang termasuk kategori sangat bagus menurut standarisasi TIPHON adalah L2TP. Untuk nilai packet loss yang digunakan pada layanan file sharing L2TP lebih baik dari PPTP. Terlihat nilai packet loss yang didapat pada variasi 15 Mbps sekitar 0 - 1% dibandingkan PPTP dengan packet loss sekitar 17%.
Analisa Quality Of Service Layanan Video Call Berbasis Internet Protocol Multi Media Subsystem Pada Jaringan Ip Versi 6 Bongga Arifwidodo; Syariful Ikhwan
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 20, No 2 (2019): Techno Volume 20 No.2 Oktober 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/techno.v20i2.4301

Abstract

Tidak bisa dipungkiri perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, khususnya perkembangan teknologi dibidang telekomunikasi. Sehingga  semakin memberikan layanan kemudahan untuk melakukan aktivitas komunikasi. Salah satu layanan yang sedang berkembang Video Call. Layanan Video Call menjadi pilihan dalam melakukan komunikasi jarak jauh. Teknologi komunikasi Video Call menggunakan IP Multimedia Subsystem (IMS). IMS adalah sebuah sebuah arsitektur framework untuk mengirimkan layanan internet protokol multimedia. Arsitektur Framework dirancang agar mampu menyediakan layanan multimedia yang lebih kompetitif dengan tingkat mobilitas yang lebih tinggi dengan desain agar mampu dijalankan tanpa adanya batasan area maupun domain. Oleh karena itu seiring waktu berkurangnya alamat IP versi 4 IPv4) maka dikembangkanlah alamat IP versi 6 (IPv6). Pada penelitian ini melakukan pengujian dengan melakukan video call menggunakan Open IMS Core dan client pada jaringan backbone IP versi 4 dan IP versi 6. Untuk jaringan backbone IP versi 6 menerapkan sistem tunneling pada topologinya. Dari hasil skenario pengujian, sesuai standar Tiphon didapatkan kehandalanan komunikasi bernilai baik saat diuji pada beban trafik 0 Mbps, 5 Mbps, 10 Mbps dan 15 Mbps. Kemudian saat penambahan beban trafik 15 Mbps, nilai delay yang didapat mencapai 16,17031693 ms, nilai throughput 0,115 Mbps, nilai jitter 5,18897E-06 ms, dan nilai packet loss sebesar 15,51%. Dapat disimpulkan sesuai standar Tiphon, kualitas layanan video call, mencakup nilai delay, throughput, jitter dan packet loss termasuk kategori baik, akan tetapi pada packet loss masuk kategori cukup baik.