Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Analisis Karakteristik Teori Antrian Pada Aplikasi Wireless Fidelity Menggunakan Opnet Modeler 14.5 Cahyadi, Eko Fajar; Sakti, Putra Utama Eka; Hikmaturokhman, Alfin
Jurnal Buana Informatika Vol 6, No 4 (2015): Jurnal Buana Informatika Volume 6 Nomor 4 Oktober 2015
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.142 KB)

Abstract

Abstract. Wi-Fi areas are accessible in many places, it makes it easier to access the Internet rather than using LAN cable. On the other hand, the Internet itself is a best effort network, which means it does not provide Quality of Service (QoS) mechanism and no traffic classification. This study evaluates the performance of three scheduling methods, including FIFO, Priority Queuing (PQ), and Weighted Fair Queuing (WFQ), on video conference, VoIP and FTP services, implemented in ST3 Telkom campus networks. The results of packet end-to-end delay and packet delay variation for VoIP in WFQ theory scenario is better than the others, that is 171,717ms and 0,977ms. While in video conference services, the result of packet end-to-end delay and packet delay variation in WFQ theory is better than other queuing theory as well, 32,495ms and 7,207ms respectively. This is because the WFQ scheduling mechanism has bandwidth allocation that adapts well to the requirements of the services.Keywords: Wi-Fi, QoS, FIFO, PQ, WFQ Abstrak. Area Wi-Fi banyak kita jumpai di berbagai tempat, menjadikannya sebagai media akses internet yang lebih mudah untuk digunakan dibandingkan menggunakan kabel LAN. Di lain sisi, internet sendiri merupakan jaringan yang bersifat best effort, yang berarti tidak menyediakan mekanisme Quality of Service (QoS) dan tidak ada klasifikasi trafik layanan. Penelitian ini mengevaluasi mengenai performansi dari tiga metode scheduling, diantaranya FIFO, Priority Queuing (PQ), dan Weighted Fair Queuing (WFQ), pada layanan video conference, VoIP dan FTP, menggunakan topologi Wi-Fi kampus ST3 Telkom. Nilai packet end-to-end delay dan packet delay variation untuk VoIP pada skenario WFQ lebih baik dibandingkan teori antrian lain, yaitu sebesar 171,717ms dan 0,977ms secara berurutan. Pada video conference, nilai packet end-to-end delay dan packet delay variation WFQ juga lebih baik dibandingkan teori antrian lain, yaitu dengan nilai 32,495ms dan 7,207ms secara berurutan. Hal ini dikarenakan pada WFQ memiliki alokasi bandwidth yang disesuaikan dengan kebutuhan.Kata Kunci: Wi-Fi, QoS, FIFO, PQ, WFQ
ANALISIS PENGARUH KECEPATAN MOBILITAS USER TERHADAP QOS DIWLAN MENGGUNAKAN OPNET MODELER Hikmaturokhman, Alfin; Fatonah, Nurul; Cahyadi, Eko Fajar
Proceeding SENDI_U 2015: SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN DAN CALL FOR PAPERS
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1128.326 KB)

Abstract

Clustering is a technique used to analyze data either in machine learning, data mining, pattern recognition,image analysis and bioinformatics. So as to produce useful information need for an analysis of data usingclustering process because data has a lot of variety and quantity. In this case the researchers will use the KMeansmethod in which these methods into an efficient and effective algorithms to process data with the varietyand number of lots. K-means algorithm has a problem in determining the best number of clusters. So in thispaper the researchers will conduct research to search for the best number of clusters in K-means method. Thereare many ways to determine this, one of them with methods Elebow. The determination of these methods seenfrom the graph SSE (Sum Square Error) of some number of clusters. Results from this study will be the basis fordetermining the number clusters in the process clustering with K-Means method in a case study, and this casestudy will be conducted at the institute STAHN (Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri) Tampung PenyangPalangkaraya.Keywords: clustering, k-means, method elbow, SSE (Sum Square Error)
PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN Pranindito, Dadiek; Rizki Daenira, Levana; Fajar Cahyadi, Eko
Proceeding SENDI_U 2017: SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU DAN CALL FOR PAPERS
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.862 KB)

Abstract

Next Generation Network (NGN) merupakan pengiriman berbagai layanan (voice, video, dan data) melalui satu jaringan berdasarkan sistem Internet Protokol (IP). Trend telekomunikasi telah berkembang ke arah IP Based Telecommunication dikarenakan kemudahan dalam implementasi dan dapat digunakan untuk berbagai jenis layanan telekomunikasi. Hal tersebut yang kemudian melatarbelakangi munculnya IP Multimedia Subsystem (IMS), sebuah teknologi yang menyediakan aplikasi based on IP yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan layanan triple play (voice,video,dan data) dalam waktu yang bersamaan. Studi ini dilakukan untuk implementasi sebuah teknologi layanan komunikasi antar client yaitu berupa jaringan Next Generation Network (NGN) dimana dalam session control akan dirancang menggunakan Open IMS Core dan jaringan backbone menggunakan MPLS-VPN. Dengan melakukan perancangan menggunakan Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN diharapkan dapat dilakukan pengiriman layanan yang beragam melalui jaringan private pada network layer. Dari hasil simulasi pengujian jaringan pada penelitian ini didapatkan hasil delay dan packet loss dalam kategori baik. Pada layanan voice call, video call dan data berupa text messaging menghasilkan rata-rata nilai delay secara berurutan sebesar 10.6 ms, 3.9 ms dan 206.8 ms. Nilai delay tertinggi berada pada layanan text messaging, yaitu sebesar 206.8 ms, sedangkan nilai delay terendah berada pada layanan video call yaitu sebesar 3.9 ms. Packet loss untuk ketiga layanan tersebut sebesar 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan NGN berbasis Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN mampu memberikan layanan triple play dengan delay dan packet loss dalam kategori baik. Kata Kunci: NGN, Open IMS Core, MPLS VPN, Delay, Packet Loss
PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN Pranindito, Dadiek; Rizki Daenira, Levana; Fajar Cahyadi, Eko
Proceeding SENDI_U 2017: SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU DAN CALL FOR PAPERS
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.862 KB)

Abstract

Next Generation Network (NGN) merupakan pengiriman berbagai layanan (voice, video, dan data) melalui satu jaringan berdasarkan sistem Internet Protokol (IP). Trend telekomunikasi telah berkembang ke arah IP Based Telecommunication dikarenakan kemudahan dalam implementasi dan dapat digunakan untuk berbagai jenis layanan telekomunikasi. Hal tersebut yang kemudian melatarbelakangi munculnya IP Multimedia Subsystem (IMS), sebuah teknologi yang menyediakan aplikasi based on IP yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan layanan triple play (voice,video,dan data) dalam waktu yang bersamaan. Studi ini dilakukan untuk implementasi sebuah teknologi layanan komunikasi antar client yaitu berupa jaringan Next Generation Network (NGN) dimana dalam session control akan dirancang menggunakan Open IMS Core dan jaringan backbone menggunakan MPLS-VPN. Dengan melakukan perancangan menggunakan Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN diharapkan dapat dilakukan pengiriman layanan yang beragam melalui jaringan private pada network layer. Dari hasil simulasi pengujian jaringan pada penelitian ini didapatkan hasil delay dan packet loss dalam kategori baik. Pada layanan voice call, video call dan data berupa text messaging menghasilkan rata-rata nilai delay secara berurutan sebesar 10.6 ms, 3.9 ms dan 206.8 ms. Nilai delay tertinggi berada pada layanan text messaging, yaitu sebesar 206.8 ms, sedangkan nilai delay terendah berada pada layanan video call yaitu sebesar 3.9 ms. Packet loss untuk ketiga layanan tersebut sebesar 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan NGN berbasis Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN mampu memberikan layanan triple play dengan delay dan packet loss dalam kategori baik. Kata Kunci: NGN, Open IMS Core, MPLS VPN, Delay, Packet Loss
Analisis Karakteristik Teori Antrian Pada Aplikasi Wireless Fidelity Menggunakan Opnet Modeler 14.5 Cahyadi, Eko Fajar; Sakti, Putra Utama Eka; Hikmaturokhman, Alfin
Jurnal Buana Informatika Vol 6, No 4 (2015): Jurnal Buana Informatika Volume 6 Nomor 4 Oktober 2015
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.142 KB) | DOI: 10.24002/jbi.v6i4.464

Abstract

Abstract. Wi-Fi areas are accessible in many places, it makes it easier to access the Internet rather than using LAN cable. On the other hand, the Internet itself is a best effort network, which means it does not provide Quality of Service (QoS) mechanism and no traffic classification. This study evaluates the performance of three scheduling methods, including FIFO, Priority Queuing (PQ), and Weighted Fair Queuing (WFQ), on video conference, VoIP and FTP services, implemented in ST3 Telkom campus networks. The results of packet end-to-end delay and packet delay variation for VoIP in WFQ theory scenario is better than the others, that is 171,717ms and 0,977ms. While in video conference services, the result of packet end-to-end delay and packet delay variation in WFQ theory is better than other queuing theory as well, 32,495ms and 7,207ms respectively. This is because the WFQ scheduling mechanism has bandwidth allocation that adapts well to the requirements of the services.Keywords: Wi-Fi, QoS, FIFO, PQ, WFQ Abstrak. Area Wi-Fi banyak kita jumpai di berbagai tempat, menjadikannya sebagai media akses internet yang lebih mudah untuk digunakan dibandingkan menggunakan kabel LAN. Di lain sisi, internet sendiri merupakan jaringan yang bersifat best effort, yang berarti tidak menyediakan mekanisme Quality of Service (QoS) dan tidak ada klasifikasi trafik layanan. Penelitian ini mengevaluasi mengenai performansi dari tiga metode scheduling, diantaranya FIFO, Priority Queuing (PQ), dan Weighted Fair Queuing (WFQ), pada layanan video conference, VoIP dan FTP, menggunakan topologi Wi-Fi kampus ST3 Telkom. Nilai packet end-to-end delay dan packet delay variation untuk VoIP pada skenario WFQ lebih baik dibandingkan teori antrian lain, yaitu sebesar 171,717ms dan 0,977ms secara berurutan. Pada video conference, nilai packet end-to-end delay dan packet delay variation WFQ juga lebih baik dibandingkan teori antrian lain, yaitu dengan nilai 32,495ms dan 7,207ms secara berurutan. Hal ini dikarenakan pada WFQ memiliki alokasi bandwidth yang disesuaikan dengan kebutuhan.Kata Kunci: Wi-Fi, QoS, FIFO, PQ, WFQ
Analisis Karakteristik Teori Antrian Pada Aplikasi Wireless Fidelity Menggunakan Opnet Modeler 14.5 Eko Fajar Cahyadi; Putra Utama Eka Sakti; Alfin Hikmaturokhman
Jurnal Buana Informatika Vol. 6 No. 4 (2015): Jurnal Buana Informatika Volume 6 Nomor 4 Oktober 2015
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jbi.v6i4.464

Abstract

Abstract. Wi-Fi areas are accessible in many places, it makes it easier to access the Internet rather than using LAN cable. On the other hand, the Internet itself is a best effort network, which means it does not provide Quality of Service (QoS) mechanism and no traffic classification. This study evaluates the performance of three scheduling methods, including FIFO, Priority Queuing (PQ), and Weighted Fair Queuing (WFQ), on video conference, VoIP and FTP services, implemented in ST3 Telkom campus networks. The results of packet end-to-end delay and packet delay variation for VoIP in WFQ theory scenario is better than the others, that is 171,717ms and 0,977ms. While in video conference services, the result of packet end-to-end delay and packet delay variation in WFQ theory is better than other queuing theory as well, 32,495ms and 7,207ms respectively. This is because the WFQ scheduling mechanism has bandwidth allocation that adapts well to the requirements of the services.Keywords: Wi-Fi, QoS, FIFO, PQ, WFQ Abstrak. Area Wi-Fi banyak kita jumpai di berbagai tempat, menjadikannya sebagai media akses internet yang lebih mudah untuk digunakan dibandingkan menggunakan kabel LAN. Di lain sisi, internet sendiri merupakan jaringan yang bersifat best effort, yang berarti tidak menyediakan mekanisme Quality of Service (QoS) dan tidak ada klasifikasi trafik layanan. Penelitian ini mengevaluasi mengenai performansi dari tiga metode scheduling, diantaranya FIFO, Priority Queuing (PQ), dan Weighted Fair Queuing (WFQ), pada layanan video conference, VoIP dan FTP, menggunakan topologi Wi-Fi kampus ST3 Telkom. Nilai packet end-to-end delay dan packet delay variation untuk VoIP pada skenario WFQ lebih baik dibandingkan teori antrian lain, yaitu sebesar 171,717ms dan 0,977ms secara berurutan. Pada video conference, nilai packet end-to-end delay dan packet delay variation WFQ juga lebih baik dibandingkan teori antrian lain, yaitu dengan nilai 32,495ms dan 7,207ms secara berurutan. Hal ini dikarenakan pada WFQ memiliki alokasi bandwidth yang disesuaikan dengan kebutuhan.Kata Kunci: Wi-Fi, QoS, FIFO, PQ, WFQ
Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Sarah Devi Anggraini; Kukuh Nugroho; Eko Fajar Cahyadi
Prosiding 2nd Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT) 2017 Vol 2, No 1 (2017): Mei 2017
Publisher : Politeknik Harapan Bersama Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mobile Ad-hoc Network (MANET) merupakan jaringan wireless multihop yang terdiri dari kumpulan mobile node yang bersifat dinamis. Pergerakan node dalam jaringan MANET memerlukan mekanisme routing yang  khusus, tidak seperti jaringan kabel (wired). Diantara pilihan protokol routing yang digunakan dalam jaringan MANET diantaranya adalah AODV dan DSR. Penelitian ini dilakukan simulasi untuk mengetahui hasil perbandingan dari performansi routing AODV dan DSR menggunakan software simulator OPNET Modeler 14.5. Parameter performansi jaringan tersebut berupa latency, throughput, jitter dan packet loss. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa performansi latency pada routing AODV lebih baik dibandingkan routing DSR dengan nilai selisih nilai sebesar 492 ms. Untuk parameter throughput, routing AODV pada layanan video conferencing lebih baik dibandingkan dengan routing DSR dengan selisih nilai sebesar 88737,144 bps. Untuk parameter jitter layanan voice pendukung layanan video conferencing, routing AODV lebih baik dibandingkan dengan routing DSR dengan nilai selisih 1,34 ms. Untuk packet loss, routing AODV pada layanan video conferencing lebih baik dibandingkan pada routing DSR dengan selisih nilai sebesar 5,537%. Dari seluruh simulasi diperoleh routing AODV lebih baik dibandingkan DSR dilihat dari nilai performansi latency, throughput, dan  jittter, sedangkan routing DSR lebih baik dibandingkan AODV dilihat dari nilai performansi packet loss.
Analisis Perbandingan Mod Security dan Deep Packet Inspection pada Web Server Terhadap Serangan DDoS Slow Headers Nanda Iryani; Dhanar Yusuf Febriansyah; Eko Fajar Cahyadi
JTERA (Jurnal Teknologi Rekayasa) Vol 7, No 2: December 2022
Publisher : Politeknik Sukabumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31544/jtera.v7.i2.2022.307-314

Abstract

Pada proses pertukaran data dibutuhkan sebuah web server yang berfungsi sebagai penyedia layanan HTTP yang dapat diakses oleh client melalui web browser. Jumlah permintaan yang melebihi kapasistas menyebabkan web server mengalami down sehingga tidak dapat memproses setiap permintaan yang dikirimkan oleh client. Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) membuat client sah dari sebuah jaringan tidak dapat mengakses layanan web server. Keamanan menjadi aspek yang harus dijaga dalam sistem jaringan komputer. Penerapan mod security dan Deep Packet Inspection (DPI) sebagai pengamanan jaringan menawarkan solusi pada isu keamanan jaringan. Penelitian ini membandingkan implementasi antara mod security dengan DPI yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan performansi berdasarkan 3 parameter pengujian yaitu CPU usage, delay, dan response time. Pengujian dilakukan dengan 4 skenario dengan masing-masing skenario dilakukan sebanyak 10 kali. Hasil pengujian dengan parameter CPU usage, DPI lebih unggul dari mod security dengan perolehan rata-rata 12,1% untuk DPI dan 12,3% untuk mod security. Pada hasil pengujian dengan parameter response time, mod security lebih unggul dari DPI dengan perolehan rata-rata 146 detik untuk mod security dan 158,5 detik untuk DPI. Pada hasil pengujian dengan parameter delay, mod security lebih unggul dari DPI dengan perolehan nilai 2,57 ms untuk mod security dan 2,77 ms untuk DPI.
Analisa Karakteristik Teori Antrian pada Jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS) Menggunakan OPNET Modeler 14.5 Eko Fajar Cahyadi; Refinda Dwi Cahyani; Alfin Hikmaturokhman
JURNAL INFOTEL Vol 7 No 1 (2015): May 2015
Publisher : LPPM INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/infotel.v7i1.24

Abstract

Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat, membuat para operator dan vendor telekomunikasi harus dapat menyediakan layanan telekomunikasi yang aman, cepat, dan multi guna, untuk mendorong terciptanya ekosistem layanan telekomunikasi yang beragam bagi para penggunanya. Next Generation Network (NGN) merupakan sebuah teknologi masa depan yang mendukung beberapa layanan terintegrasi seperti voice, data, dan multimedia. Hal utama dari konsep NGN adalah konvergensi dan layanan yang berbasis IP sehingga diperlukan sebuah teknologi yang dikenal dengan IP Multimedia Subsystem (IMS). Agar pengiriman data dalam layanan IMS menjadi lebih efektif dan efisien maka diperlukan sebuah teori antrian yang tepat untuk digunakan sebagai pengatur aliran paket data. Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap beberapa layanan pada jaringan IMS dengan menggunakan tiga teori antrian yang berbeda yaitu First In First Out (FIFO), Priority Queuing (PQ), dan Weighted-Fair Queuing (WFQ). Pengamatan dilakukan terhadap layanan Video Conference dan VoIP. Dari hasil simulasi dapat diketahui bahwa teori antrian WFQ pada layanan video conference menghasilkan rata-rata delay sebesar 9.22 ms , delay variation sebesar 0.036 ms dan packet loss sebesar 0.88%. Sedangkan untuk layanan VoIP menghasilkan rata-rata delay sebesar 144 ms, delay variation sebesar 0.021 ms, dan packet loss sebesar 0.05% serta menghasilkan rata-rata throughput sebesar 7.052 Mbps, sehingga teori antrian yang tepat digunakan dalam jaringan IMS dalam penelitian ini adalah WFQ.
Simulasi dan Analisis QoS Video Conference Melalui Jaringan Interworking IMS - UMTS Menggunakan Opnet Dadiek Pranindito; Petronella Pattinasarani; Eko Fajar Cahyadi
JURNAL INFOTEL Vol 9 No 1 (2017): February 2017
Publisher : LPPM INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/infotel.v9i1.151

Abstract

Next Generation Network (NGN) merupakan salah satu teknologi masa depan yang memberikan layanan berupa voice, data, multimedia, dan internet yang mengacu pada konvergensi layanan berbasis IP. Sebuah teknologi yang mendukung konsep konvergensi berbasis IP adalah IP Multimedia Subsystem (IMS). UMTS merupakan salah satu teknologi bergerak seluler generasi ke tiga (3G) yang sebagian besar masyarakat gunakan karena rata-rata masyarakat sudah menggunakan gadget yang mendukung jaringan 3G. Dengan menggunakan jaringan 3G, masyarakat dapat melakukan komunikasi video conference. Video conference merupakan salah satu komunikasi jarak jauh yang bersifat real time sebagai pengganti tatap muka. Namun, layanan video conference pada jaringan IMS – UMTS perlu diketahui kelayakannya. Video conference merupakan layanan yang sensitif terhadap delay sehingga perlu dilakukan analisis QoS. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dan analisis QoS video conference pada jaringan IMS – UMTS. Simulasi ini akan dibuat dengan menggunakan software OPNET modeler 14.5. Skenario yang digunakan adalah skenario Integrated Service (IntServ) untuk mengamati jaringan IMS dan Differentiated Service (DiffServ) untuk mengamati hubungan antara IMS dengan UMTS. Penelitian ini menggunakan jumlah user yang berbeda-beda yaitu 4 user, 8 user, dan 12 user dengan waktu simulasi yang berbeda, yaitu 100 detik, 200 detik, dan 300 detik. Dari hasil penelitian yang didapat, pada skenario Intserv dihasilkan nilai rata-rata terbesar untuk throughput adalah 26.643 Mbit/s, end-to-end delay sebesar 233.069 ms, dan jitter  sebesar 0.073 ms. Untuk skenario Diffserv dihasilkan nilai rata-rata terbesar untuk throughput adalah 8.484 Mbit/s, end-to-end delay sebesar 164.138 ms, dan jitter sebesar 0.488 ms. Untuk nilai packet loss ke dua skenario menghasilkan nilai kurang dari 1%. Jika dilihat dari standar ITU-T G-114, rata-rata nilai parameter pada ke dua skenario termasuk dalam kategori baik.