Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN Pranindito, Dadiek; Rizki Daenira, Levana; Fajar Cahyadi, Eko
Proceeding SENDI_U 2017: SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU DAN CALL FOR PAPERS
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.862 KB)

Abstract

Next Generation Network (NGN) merupakan pengiriman berbagai layanan (voice, video, dan data) melalui satu jaringan berdasarkan sistem Internet Protokol (IP). Trend telekomunikasi telah berkembang ke arah IP Based Telecommunication dikarenakan kemudahan dalam implementasi dan dapat digunakan untuk berbagai jenis layanan telekomunikasi. Hal tersebut yang kemudian melatarbelakangi munculnya IP Multimedia Subsystem (IMS), sebuah teknologi yang menyediakan aplikasi based on IP yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan layanan triple play (voice,video,dan data) dalam waktu yang bersamaan. Studi ini dilakukan untuk implementasi sebuah teknologi layanan komunikasi antar client yaitu berupa jaringan Next Generation Network (NGN) dimana dalam session control akan dirancang menggunakan Open IMS Core dan jaringan backbone menggunakan MPLS-VPN. Dengan melakukan perancangan menggunakan Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN diharapkan dapat dilakukan pengiriman layanan yang beragam melalui jaringan private pada network layer. Dari hasil simulasi pengujian jaringan pada penelitian ini didapatkan hasil delay dan packet loss dalam kategori baik. Pada layanan voice call, video call dan data berupa text messaging menghasilkan rata-rata nilai delay secara berurutan sebesar 10.6 ms, 3.9 ms dan 206.8 ms. Nilai delay tertinggi berada pada layanan text messaging, yaitu sebesar 206.8 ms, sedangkan nilai delay terendah berada pada layanan video call yaitu sebesar 3.9 ms. Packet loss untuk ketiga layanan tersebut sebesar 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan NGN berbasis Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN mampu memberikan layanan triple play dengan delay dan packet loss dalam kategori baik. Kata Kunci: NGN, Open IMS Core, MPLS VPN, Delay, Packet Loss
PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN Pranindito, Dadiek; Rizki Daenira, Levana; Fajar Cahyadi, Eko
Proceeding SENDI_U 2017: SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU DAN CALL FOR PAPERS
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.862 KB)

Abstract

Next Generation Network (NGN) merupakan pengiriman berbagai layanan (voice, video, dan data) melalui satu jaringan berdasarkan sistem Internet Protokol (IP). Trend telekomunikasi telah berkembang ke arah IP Based Telecommunication dikarenakan kemudahan dalam implementasi dan dapat digunakan untuk berbagai jenis layanan telekomunikasi. Hal tersebut yang kemudian melatarbelakangi munculnya IP Multimedia Subsystem (IMS), sebuah teknologi yang menyediakan aplikasi based on IP yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan layanan triple play (voice,video,dan data) dalam waktu yang bersamaan. Studi ini dilakukan untuk implementasi sebuah teknologi layanan komunikasi antar client yaitu berupa jaringan Next Generation Network (NGN) dimana dalam session control akan dirancang menggunakan Open IMS Core dan jaringan backbone menggunakan MPLS-VPN. Dengan melakukan perancangan menggunakan Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN diharapkan dapat dilakukan pengiriman layanan yang beragam melalui jaringan private pada network layer. Dari hasil simulasi pengujian jaringan pada penelitian ini didapatkan hasil delay dan packet loss dalam kategori baik. Pada layanan voice call, video call dan data berupa text messaging menghasilkan rata-rata nilai delay secara berurutan sebesar 10.6 ms, 3.9 ms dan 206.8 ms. Nilai delay tertinggi berada pada layanan text messaging, yaitu sebesar 206.8 ms, sedangkan nilai delay terendah berada pada layanan video call yaitu sebesar 3.9 ms. Packet loss untuk ketiga layanan tersebut sebesar 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan NGN berbasis Open IMS Core pada jaringan MPLS VPN mampu memberikan layanan triple play dengan delay dan packet loss dalam kategori baik. Kata Kunci: NGN, Open IMS Core, MPLS VPN, Delay, Packet Loss
Analisa Perbandingan Performansi Jaringan IPv4 dan IPv6 pada MPLS VPN menggunakan Server IMS Core Donny Bayu Dwiartanto; Dadiek Pranindito; Nanda Iryani
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v11i2.10195

Abstract

IP Multimedia Subsystem (IMS), sebuah teknologi yang menyediakan aplikasi based on IP yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan layanan triple play (voice, video dan data) dalam waktu yang bersamaan. Penerapan layanan triple play yang menggunakan teknologi dari IMS membutuhkan jaringan backbone yang memiliki kecepatan pengiriman data yang baik dan handal, maka digunakan sebuah jaringan MPLS. Multi Protocol Label Switching (MPLS) merupakan metode forwarding data melalui suatu jaringan menggunakan informasi dalam label yang dikaitkan pada IP. MPLS mempunyai komponen utama salah satunya MPLS-VPN yang diharapkan dapat melakukan pengiriman layanan yang beragam melalui jaringan private pada layer network. Perkembangan menggunakan IPv6 membuat peralihan penggunaan protokol IPv4 ke IPv6 tidak bisa serentak begitu saja dilakukan karena sudah banyaknya infrastruktur jaringan IPv4 yang sudah terpasang. Penelitian ini menggunakan 6VPE sebagai metode untuk translasi dari IPv4 ke IPv6 yang dapat berjalan pada jaringan backbone MPLS VPN. Dari hasil simulasi didapatkan throughput terbaik pada layanan voice call IPv4 sebesar 7488 kbps, delay dan jitter terbaik pada layanan text messangging IPv4 sebesar 0,0206 ms dan 0,0015 ms, packetloss terbaik pada layanan voice call dan text messangging dengan IPv4 dan IPv6 sebesar 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan MPLS VPN menggunakan server Open IMS Core dengan backbone IPv4 lebih baik dibandingkan dengan backbone IPv6.
SKKL Analisis Performansi Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Penguat EDFA – SOA Link Jawa – Bali Menggunakan Optisystem Andhara Ersa Tarayana; Imam Muhammadi Pradono Budi; Dadiek Pranindito
Journal of Telecommunication, Electronics, and Control Engineering (JTECE) Vol 3 No 1 (2021): Journal of Telecommunication, Electronics, and Control Engineering (JTECE)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Telkom Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/jtece.v3i1.148

Abstract

Sistem Komunikasi Kabel Laut (Submarine Cable Communication System) merupakan komunikasi backbone yang digelar di bawah laut yang digunakan untuk menghubungkan jaringan antar pulau maupun antar negara. Teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) dapat mendukung untuk melakukan komunikasi jarak jauh. Repeater berfungsi untuk mengurangi dampak loss, sehingga pada sisi detektor sinyal dapat dideteksi dengan baik. Penguat EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier) dan penguat Semiconductor Optical Amplifier (SOA) dapat meminimalkan dampak loss dengan mengurangi kerugian dan menambah keuntungan pada masing – masing penguat. Penguat EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier) merupakan penguat optik yang dapat bekerja pada panjang gelombang 1550 nm yang memberikan penguatan terhadap sinyal input yang melewatinya yang diberi doping unsur erbium (Er). Penguat SOA merupakan penguat optik yang memanfaatkan rongga atau ruangan cavity untuk penguatan cahaya. Dengan menggunakan konfigurasi branching unit serta konfigurasi penguat repeaterless, repeatered, dan parallel in-line dan software optisystem 7.0 dengan parameter keandalan sistem seperti Q-factor, Bit Error Rate, Power Receiver, dan Signal to Noise Ratio dengan variasi daya (0 dBm, 2 dBm, 4 dBm, 6 dBm, 8 dBm) pada frequency 100 GHz untuk 10 kanal. Hasil terbaik pada parameter Q-Factor terdapat pada konfigurasi Repeatered EDFA – SOA bernilai 15.928, parameter BER pada konfigurasi Parallel in-line bernilai 5.87 x 10-057, parameter power receiver pada konfigurasi Parallel in-line bernilai -10.319 dBm, dan SNR pada konfigurasi Parallel in-line bernilai 42.713 dB. Sehingga pada penelitian ini dari nilai terbaik yang diperoleh terdapat pada konfigurasi Parallel in-line. Sedangkan rata – rata terbaik pada konfigurasi Repeatered EDFA.
Analisis Perbandingan Performansi Penjadwalan Paket Antara Homogeneous Algorithm Dengan Hybrid Algorithm Pada Jaringan Point-To-Multipoint Wimax Dadiek Pranindito; Rendy Munadi; R Rumani Rumani
JURNAL INFOTEL Vol 6 No 2 (2014): November 2014
Publisher : LPPM INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/infotel.v6i2.18

Abstract

Saat ini, dalam dunia telekomunikasi, (Worldwide Interoperability for Microwave Access) WiMaX merupakan teknologi nirkabel yang menyediakan hubungan jalur lebar dalam jarak jauh, memiliki kecepatan akses yang tinggi dan jangkauan yang luas serta menyediakan berbagai macam jenis layanan. Masalah yang menarik dan menantang pada WiMaX adalah dalam hal menyediakan jaminan kualitas pelayanan (QoS) untuk jenis layanan yang berbeda dengan bermacam-macam kebutuhan QoS-nya. Untuk memenuhi kebutuhan QoS tersebut, maka diperlukan suatu algoritma penjadwalan. Dalam penelitian ini dilakukan simulasi jaringan WiMaX menerapkan algoritma penjadwalan dengan metode homogeneous algorithm dan hybrid algorithm. Perwakilan pada metode homogeneous algorithm akan menggunakan algoritma penjadwalan Weighted Fair Queuing (WFQ) dan Deficit Round Robin (DRR), sedangkan pada metode hybrid algorithm menggunakan penggabungan antara algoritma penjadwalan DRR dan WFQ. Pengujian kinerja algoritma penjadwalan tersebut dilakukan dengan membandingkan kedalam 5 jenis kelas QoS pada WiMAX yaitu UGS, rtPS, nrtPS, ertPS, dan Best Effort. Dari hasil pengujian, hybrid algorithm memberikan nilai QoS yang lebih baik jika dibandingkan dengan homogeneous algorithm. hybrid algorithm sangat cocok jika diterapkan pada kondisi jaringan yang memiliki trafik dengan paket data yang bervariasi, karena dapat menghasilkan throughput yang tinggi, serta dapat menghasilkan nilai delay dan jitter yang rendah
Simulasi dan Analisis QoS Video Conference Melalui Jaringan Interworking IMS - UMTS Menggunakan Opnet Dadiek Pranindito; Petronella Pattinasarani; Eko Fajar Cahyadi
JURNAL INFOTEL Vol 9 No 1 (2017): February 2017
Publisher : LPPM INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20895/infotel.v9i1.151

Abstract

Next Generation Network (NGN) merupakan salah satu teknologi masa depan yang memberikan layanan berupa voice, data, multimedia, dan internet yang mengacu pada konvergensi layanan berbasis IP. Sebuah teknologi yang mendukung konsep konvergensi berbasis IP adalah IP Multimedia Subsystem (IMS). UMTS merupakan salah satu teknologi bergerak seluler generasi ke tiga (3G) yang sebagian besar masyarakat gunakan karena rata-rata masyarakat sudah menggunakan gadget yang mendukung jaringan 3G. Dengan menggunakan jaringan 3G, masyarakat dapat melakukan komunikasi video conference. Video conference merupakan salah satu komunikasi jarak jauh yang bersifat real time sebagai pengganti tatap muka. Namun, layanan video conference pada jaringan IMS – UMTS perlu diketahui kelayakannya. Video conference merupakan layanan yang sensitif terhadap delay sehingga perlu dilakukan analisis QoS. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dan analisis QoS video conference pada jaringan IMS – UMTS. Simulasi ini akan dibuat dengan menggunakan software OPNET modeler 14.5. Skenario yang digunakan adalah skenario Integrated Service (IntServ) untuk mengamati jaringan IMS dan Differentiated Service (DiffServ) untuk mengamati hubungan antara IMS dengan UMTS. Penelitian ini menggunakan jumlah user yang berbeda-beda yaitu 4 user, 8 user, dan 12 user dengan waktu simulasi yang berbeda, yaitu 100 detik, 200 detik, dan 300 detik. Dari hasil penelitian yang didapat, pada skenario Intserv dihasilkan nilai rata-rata terbesar untuk throughput adalah 26.643 Mbit/s, end-to-end delay sebesar 233.069 ms, dan jitter  sebesar 0.073 ms. Untuk skenario Diffserv dihasilkan nilai rata-rata terbesar untuk throughput adalah 8.484 Mbit/s, end-to-end delay sebesar 164.138 ms, dan jitter sebesar 0.488 ms. Untuk nilai packet loss ke dua skenario menghasilkan nilai kurang dari 1%. Jika dilihat dari standar ITU-T G-114, rata-rata nilai parameter pada ke dua skenario termasuk dalam kategori baik.
Implementasi dan Analisis Jaringan Fiber to The Tower dengan Menggunakan Teknologi GPON Ardimas Aji Nugroho; Dadiek Pranindito; Eka Wahyudi
Dinamika Rekayasa Vol 19, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Dinamika Rekayasa - Agustus 2023
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2023.19.2.1463

Abstract

Pada jaringan BTS Kemawi menggunakan jaringan fiber optik yang disebut FTTT. Pada jaringan tersebut terdapat titik putus jaringan fiber optik yang menggunakan kabel tanah, sementara dialihkan catuannya melalui ODP menggunakan kabel udara yang menggunakan splitter 1:8 dan splitter 1:2. Tentu akan berpengaruh terhadap layanannya dan bandwidth yang diberikan menjadi tidak maksimal. Diperlukan jaringan FTTT yang catuannya langsung ke OLT outdoor tanpa menggunakan splitter sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi kasus tersebut. Jarak total dari OLT ke BTS Kemawi ± 2.830 m. Redaman power link budget dari OLT ke BTS dihitung secara matematis adalah 20,34 dB dengan margin daya 8,66 dB untuk downlink dan 6,66 dB untuk uplink. Nilai BER yang ditemukan pada hasil simulasi adalah 1,07089x10-146 untuk uplink dan 4,42913x10-52 untuk downlink. Sedangkan nilai downlink dan uplink Q factor yang diperoleh masing-masing adalah 25,7657 dan 15,1936. Dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh dari hasil simulasi layak dan memenuhi Bit Error Rate (BER) yang ideal yaitu 10-9, dan syarat nilai Q factor minimal 6. Nilai keseluruhan redaman ONT pada jaringan FTTT Kemawi hasil implementasi adalah -15,27 dBm. Dari hasil tersebut dikatakan layak karena tidak lebih kecil dari sensitivitas -28 dBm yang ditetapkan oleh PT Telkom.
ANALISIS TEKNO EKONOMI PERANCANGAN 4G LTE DI KABUPATEN BANYUMAS Abny Irawan; Alfin Hikmaturokhman; Dadiek Pranindito
Jurnal Ecotipe (Electronic, Control, Telecommunication, Information, and Power Engineering) Vol 5 No 1 (2018): Jurnal Ecotipe, April 2018
Publisher : Jurusan Teknik Elektro, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/ecotipe.v5i1.31

Abstract

Banyumas Regency has a very rapid development with the progress in knowledge education. The development of Banyumas Regency, it is also necessary to improve the telecommunication service that is feasible. Indosat is one of the operators of 4G LTE technology developers using 1800Mhz frequency. Planning is using atoll software with reference to downlink, uplink and volume requirement of data needed by considering demography factor and projection of user in Banyumas Regency. The calculation of LTE technology deployment scheme based on Banyumas Regency area coverage requires 124 sites, while calculation based on capacity needs 71 ??sites in 2016. Simulation result using atoll software shows average RSRP value -80.9dBm and SINR value 0.64dB. Services at simulation atoll software that used by customers in Banyumas District is IMS Signaling 14,639 people, streaming media 34,348 people, video phone 65,731 people, real time gaming 20,637 people, video conference 66,325 people and voice over IP service 134,331 people. CAPEX covers is eNodeB device costs, license, Installation and loan capital. OPEX includes Operational & Maintenance, Rental backhaul, HR cost, Interconnection fee, marketing fee, general administration fee & Frequency BHP. Depression assumption for 10 years. The funding structure is the assumption of 60% loan & 40% own capital. The loan interest rate is 7.5% per annum with the assumption of a 5 year loan repayment. Annual tax of 25%. WACC of 12.5%. Cost benefit calculation yields 3% IRR and NPV Rp-8,729,606,072. So the design of LTE deployment in Banyumas regency for 15 years has not received a payback period or is still a loss.
ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING AODV & DSDV PADA JARINGAN MANET Pratama, Aydi Haris; Iryani, Nanda; Pranindito, Dadiek
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 13, No 3 (2023)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v13i3.14936

Abstract

MANET merupakan sekumpulan node yang membentuk jaringan nirkabel tanpa adanya router terpusat sehingga setiap node dapat berfungsi sebagai router yang meneruskan suatu paket data antar node satu sama lain. Setiap node pada jaringan MANET membutuhkan energi agar dapat berkomunikasi satu sama lain dan apabila energi tersebut habis, maka komunikasi dalam jaringan MANET akan terganggu. Protokol routing sangat berperan penting agar setiap node dapat saling berkomunikasi dengan lancar, sehingga pemilihan protokol routing yang tepat sangat dibutuhkan agar dapat mengoptimalkan fungsi kerja dari node pada MANET. Beberapa protokol routing yang populer digunakan dewasa ini adalah AODV dan DSDV. Penelitian ini berfokus tentang bagaimana konsumsi energi pada jaringan MANET dapat mempengaruhi kinerja protokol routing AODV dan DSDV serta melakukan pengukuran performansi metric dengan tujuan membandingkan performansi kedua protokol routing tersebut untuk mengetahui protokol routing mana yang paling cocok digunakan pada jaringan MANET. Parameter yang digunakan pada penelitian ini yaitu konsumsi energi dan energi yang tersisa serta pengukuran performansi metric, seperti: packet delivery ratio, throughput, dan end-to-end delay dengan skenario yang digunakan yaitu penambahan  jumlah node serta peningkatan luas area dari jaringan MANET yang disimulasikan menggunakan NS- 3.
Analisis Efisiensi Cnn Dan Rnn Dalam Klasifikasi Down Syndrome Pada Usia Balita Ramadan, Alfiansyah; Khairul Luthfi, Naufal; Rifqi Althaaf, Muhammad; Pranindito, Dadiek; Hanni Pradana, Zein
eProceedings of Engineering Vol. 12 No. 4 (2025): Agustus 2025
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan,khususnya machine learning, telah membuka peluang barudalam bidang kesehatan, termasuk diagnosis dini Downsyndrome pada balita. Penelitian ini bertujuan menganalisisefisiensi dua model deep learning, yaitu Convolutional NeuralNetwork (CNN) dan Recurrent Neural Network (RNN), dalammengklasifikasikan Down syndrome berdasarkan citra wajah.Metode yang digunakan meliputi pengumpulan data, prapemrosesan citra, pelatihan model, dan evaluasi menggunakanmetrik accuracy, precision, recall, dan F1-score. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa CNN mencapai akurasi lebih tinggi(0.9383 pada data pelatihan), namun memiliki keterbatasandalam mendeteksi kasus positif (precision 0.6772, recall 0.7044).Sementara itu, RNN menunjukkan kinerja lebih baik dalammendeteksi Down syndrome (recall 0.9571, F1-score 0.8724),meskipun akurasinya lebih rendah (0.7757). Pada tahap validasidan pengujian, RNN tetap unggul dalam recall (0.9832 dan0.9928), menjadikannya lebih cocok untuk aplikasi medis yangmemprioritaskan deteksi kasus positif. Penelitian inimenyimpulkan bahwa pemilihan model tergantung padakebutuhan: CNN untuk akurasi umum, sedangkan RNN untukdeteksi komprehensif dengan risiko false negative minimal.Temuan ini memberikan kontribusi penting bagipengembangan sistem diagnosis berbasis AI yang lebih akuratdan efisien.Kata kunci— Down syndrome, CNN, RNN, klasifikasicitra, machine learning