Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan Tingkat Kenyamanan Termal di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Fadia Anzira Yasmin; Tonny Judiantono; Verry Damayanti
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i1.7989

Abstract

Abstract. Temperature Humidity Index (THI) is an indicator that can determine the level of thermal comfort in which the sensation of thermal comfort is received by people in an urban area. The situation and atmosphere in Sukajadi District can be said to lack climate control media, so that when the temperature is high it will feel very hot and arid. The existing green open space in Sukajadi District is only available for 2.7% of the total area which is due to limited land and space. The temperature in Sukajadi District is at an average temperature of 27.8°C – 30.5°C. The purpose of this study is to provide directions and recommendations for the development of green open space to achieve thermal comfort standards in Sukajadi District. The methods used are Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Urban Heat Island (UHI), Temperature Humidity Index (THI), calculation of green open space needs based on THI, and formulation of green open space development directions using a qualitative descriptive method. The results of this study are that Sukajadi District has a THI value of 25-29, belonging to two classes, namely some are uncomfortable and some are uncomfortable. Provision of green open space to achieve thermal comfort of 43.03 Ha. There are alternative ways to obtain land that has the potential to become green open space, namely land consolidation and acquisition of private green open space by planting vegetation that can reduce temperature and protect from sun exposure. Abstrak. Temperature Humidity Index (THI) merupakan suatu indikator yang dapat menentukan tingkat kenyamanan termal yang dimana sensasi dari kenyamanan termal diterima oleh masyarakat di suatu wilayah perkotaan. Keadaan dan suasana di Kecamatan Sukajadi bisa dikatakan kurang adanya media pengatur iklim, sehingga di kala suhu sedang tinggi akan dirasa sangat panas dan gersang. RTH eksisting yang ada pada Kecamatan Sukajadi hanya tersedia sebesar 2,7 % dari luas wilayah yang dimana luas wilayah akibat keterbatasan lahan dan ruang. Suhu di Kecamatan Sukajadi berada pada rata – rata suhu sebesar 27,8°C – 30,5°C. Tujuan penelitian ini yaitu memberikan arahan dan rekomendasi pengembangan RTH untuk mencapai standar kenyamanan termal di Kecamatan Sukajadi. Metode yang digunakan yaitu Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Urban Heat Island (UHI), Temperature Humidity Index (THI), perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan THI, dan perumusan arahan pengembangan RTH dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu Kecamatan Sukajadi memiliki nilai THI sebesar 25-29, termasuk ke dalam dua kelas yaitu sebagian tidak nyaman dan tidak nyaman. Penyediaan RTH untuk mencapai kenyamanan temal sebesar 43,03 Ha. Terdapat cara alternatif untuk mendapatkan lahan yang berpotensi menjadi RTH yaitu konsolidasi lahan dan akuisisi RTH privat dengan dilakukan penanaman vegetasi yang dapat mereduksi suhu dan melindungi dari paparan sinar matahari.
Identifikasi Ruang Komunal pada Permukiman Padat Penduduk Sherly Defannya Serdani; Verry Damayanti
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.8244

Abstract

Abstract. Cicadas Subdistrict is one of the densely populated in the center of Bandung City. One of the RW's is a TNI AD housing complex with limited access. Limited land causes this area to not have sufficient communal space as a means of community interaction. The purpose of this research is to identify communal spaces in dense settlements in Cicadas Subdistrict. This study uses an empirical and spatial approach that is used to get an overview of current conditions in identifying communal spaces in densely populated settlements in Cicadas Subdistrict. The analysis in this study uses empirical quantitative analysis to determine the location of communal and spatial spaces by mapping the distribution of communal spaces using ArcGIS software. To obtain data, a primary survey and a secondary survey were carried out, from the results of the identification of the distribution of communal spaces in Cicadas Subdistict, it is known that communal spaces in Cicadas Subdistict consist of 7 RW halls, 1 Buruan Sae, 13 street points/alleys, 1 subdistrict office, 4 fields, 1 madrasah, 11 mosques, 3 security posts, 2 posts, 3 posyandu, 1 resident's house, 2 parks, and 2 stalls spread across almost all RW's. The majority of these communal spaces are communal spaces that are not planned as communal spaces such as houses, alleys, fields and parks that are not functioning properly, especially places that are very close to residential areas with informal activities and a very frequent frequency. The limited land available also gives rise to unique communal spaces, such as "Hati - Hati". Abstrak. Kelurahan Cicadas merupakan salah satu kelurahan padat penduduk yang berada di tengah Kota Bandung. Salah satu RW di Kelurahan ini merupakan komplek perumahan TNI AD yang aksesnya terbatas. Terbatasnya lahan menjadikan kawasan ini tidak memiliki cukup ruang komunal sebagai sarana interaksi masyarakat. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi ruang-ruang komunal pada permukiman padat di Kelurahan Cicadas. Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris dan spasial yang digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi saat ini dalam mengidentifikasi ruang-ruang komunal pada permukiman padat penduduk Kelurahan Cicadas. Adapun analisis pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif empiris untuk mengetahui letak ruang-ruang komunal dan spasial dengan memetakan sebaran ruang-ruang komunal menggunakan software ArcGIS. Untuk memperoleh data dilakukan dengan survey primer dan survey sekunder. Dari hasil identifikasi sebaran ruang komunal di Kelurahan Cicadas, didapatkan hasil bahwa ruang komunal di Kelurahan Cicadas terdiri dari 7 balai RW, 1 Buruan Sae, 13 titik jalan/gang, 1 kantor kelurahan, 4 lapangan, 1 madrasah, 11 masjid, 3 pos kamling, 2 pos merokok, 3 posyandu, 1 rumah warga, 2 taman, dan 2 warung yang tersebar hampir di seluruh RW Kelurahan Cicadas. Mayoritas ruang-ruang komunal tersebut merupakan ruang-ruang komunal yang tidak direncanakan sebagai ruang komunal seperti rumah warga, gang, lapangan dan taman yang tidak difungsikan sebagaimana mestinya, terutama tempat-tempat yang sangat dekat dengan hunian dengan sifat kegiatan informal dan dengan frekuensi yang sangat sering. Keterbatasan lahan yang ada juga memunculkan ruang – ruang komunal yang unik, seperti “Hati – Hati”.
Analisis Tingkat Kekumuhan Permukiman Kelurahan Pelindung Hewan Kecamatan Astana Anyar Muhammad Fauzan Rizkiatama Syam; Verry Damayanti
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.8842

Abstract

Abstract. Slum settlements are one of the problems that occur in urban areas as a result of weak government oversight of spatial planning policies, high population growth, low economic levels and people's indifference to regional spatial planning. The Pelindung Hewan Village is one example of a village in the city of Bandung which is included in the priority for handling slum areas based on the Decree of the Mayor of Bandung Number 648/Kep.1227-DPKP3/2020 with the specific areas being in RW 05, RW 06 and RW 08. This research aims to know the level of slums in priority slum areas in the Pelindung Hewan. The analytical method used is quantitative with an analysis of scoring system based on the PUPR Ministerial Regulation No. 14 of 2018 to determine strategic directions. The results showed that the slum level in RW 05 and RW 06 was at the moderate slum level, with high legal land status and other considerations, while for RW 08 it was included in the low slum level with high legal land status and other considerations. Abstrak. Permukiman kumuh (slum) merupakan salah satu masalah yang terjadi dalam wilayah perkotaan akibat dari lemahnya pengawasan pemerintah terhadap kebijakan pengawasan tata ruang, pertumbuhan penduduk yang tinggi, tingkat perekonomian yang rendah serta ketidakpedulian masyarakat terhadap tata ruang kawasan. Kelurahan Pelindung Hewan adalah salah satu contoh kelurahan di Kota Bandung yang termasuk kedalam prioritas penanganan kawasan kumuh berdasarkan SK Walikota Bandung Nomor 648/Kep.1227-DPKP3/2020 dengan spesifik kawasannya berada di RW 05, RW 06 dan RW 08. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekumuhan kawasan prioritas kumuh di Kelurahan Pelindung Hewan. Metoda analisis yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis nilai pembobotan berdasarkan pada variabel Permen PUPR No 14 Tahun 2018 untuk menetukan arahan strategi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kekumuhan pada RW 05 dan RW 06 termasuk pada tingkat kumuh sedang, dengan status lahan legal, dan pertimbangan lain tinggi, sedangkan untuk RW 08 termasuk pada tingkat kumuh rendah dengan status lahan legal dan pertimbangan lain tinggi.
Strategi Pengembangan Ekowisata Desa Cikole Ajang Nurdiansyah Faudjan; Verry Damayanti
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.9051

Abstract

Abstract. This research aims to describe the ecotourism development strategy in Cikole Village and provide recommendations for tourism development in the area. Cikole Village, located in a protected area, possesses diverse flora and fauna, as well as natural beauty adorned with pine trees that attract tourists. The research utilizes a descriptive approach, involving data collection on the current state of ecotourism in Cikole Village. Data is gathered through direct observation, interviews with local residents, and literature review related to ecotourism development. SWOT analysis is employed as the analytical method in this research. SWOT analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) helps identify the strengths, weaknesses, opportunities, and threats associated with ecotourism development in Cikole Village. The analysis results provide a better understanding of the current conditions and the potential for ecotourism development in the village. Based on the analysis results and the obtained understanding, recommendations for tourism development as an ecotourism area in Cikole Village can be identified. These recommendations encompass concrete steps that can be taken to leverage the natural potential and beauty of Cikole Village, as well as involve the local community in sustainable tourism development efforts. This research is expected to provide useful guidance for the government, stakeholders, and the local community in developing ecotourism in Cikole Village. By implementing appropriate development strategies and involving all stakeholders, it is hoped that tourism in Cikole Village can grow sustainably, provide economic benefits to the local community, and maintain the preservation of nature and the uniqueness of the local culture. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi pengembangan ekowisata di Desa Cikole serta memberikan rekomendasi untuk pengembangan pariwisata di kawasan tersebut. Desa Cikole, yang terletak di kawasan Lindung, memiliki kekayaan flora dan fauna yang beragam, serta keindahan alam yang dihiasi oleh pepohonan pinus yang menarik minat wisatawan. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang melibatkan pengumpulan data tentang keadaan ekowisata di Desa Cikole. Data dikumpulkan melalui observasi langsung, wawancara dengan penduduk setempat, dan studi pustaka terkait dengan pengembangan ekowisata. Analisis SWOT digunakan sebagai metode analisis dalam penelitian ini. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) membantu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terkait dengan pengembangan ekowisata di Desa Cikole. Hasil analisis ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi saat ini dan potensi pengembangan ekowisata di desa tersebut. Berdasarkan hasil analisis dan pemahaman yang diperoleh, rekomendasi pengembangan pariwisata sebagai kawasan ekowisata di Desa Cikole dapat diidentifikasi. Rekomendasi ini mencakup langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk memanfaatkan potensi alam dan keindahan Desa Cikole, serta melibatkan masyarakat setempat dalam upaya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan yang berguna bagi pemerintah, pihak terkait, dan masyarakat lokal dalam mengembangkan ekowisata di Desa Cikole. Dengan mengimplementasikan strategi pengembangan yang tepat dan melibatkan semua pemangku kepentingan, diharapkan pariwisata di Desa Cikole dapat berkembang secara berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, dan tetap menjaga kelestarian alam serta keunikan budaya setempat
Arahan Pengembangan Ruang Publik Kreatif Azmi Ridho Nurrohman; Verry Damayanti
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.9106

Abstract

Abstract. Publik space is a space or place for people to gather, whether it's just gathering, sharing, or producing a work. The development of publik space itself is very important for the community in accordance with the directions and objectives of the area which are suitable for regional and community development. The development of publik space as a publik space that can increase people's creativity can be said to be able to help improve the facilities and quality of human resources in an area. The formulation of the problem in the research taken is that it departs from the lack of available natural resources in Cimahi City but on the other hand it has abundant human resources and has the potential to be developed, one of which is by developing through the creative side of the Cimahi City community itself. The purpose of this research itself is to formulate directions for the development of Creative Publik Spaces in city parks in Cimahi City in an effort to improve the creative culture of the people of Cimahi City. The approach method used is qualitative and empirical using data collection methods including literature studies, interviews, observation, and also documentation. Which will eventually be analyzed using descriptive analysis methods. Abstrak. Ruang publik merupakan suatu ruang atau tempat bagi masyarakat untuk dapat berkumpul baik itu hanya sekedar berkumpul, sharing, sampai dengan menghasilkan suatu karya. Pengembangan ruang publik sendiri sangat penting bagi masyarakat sesuai dengan arahan dan tujuan daerah tersebut yang cocok bagi pengembangan wilayah dan masyarakat. Pengembangan ruang publik sebagai ruang publik yang dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat dapat dikatakan bisa membantu meningkatkan fasilitas dan kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah. Rumusan masalah dalam penelitian yang diambil yaitu berangkat dari kurangnya SDA yang tersedia di Kota Cimahi tetapi disisi lain memliki SDM yang berlimpah dan berpotensi untuk dikembangkan salah satunya adalah dengan mengembangkan melalui sisi kreatifitas dari masyarakat Kota Cimahi itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu untuk merumuskan arahan pengembangan Ruang Publik Kreatif pada taman kota di Kota Cimahi dalam upaya meningkatkan budaya kreatif masyarakat Kota Cimahi. Metode pendekatan yang dipakai adalah kualitatif dan empirik dengan menggunakan metode pengumpulan data antara lain studi literatur, wawancara, observasi, dan juga dokumentasi. Yang nanti pada akhirnya akan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif.
Analisis Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kecamatan Cianjur Muhammad Akbar Fauzy; Verry Damayanti
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.9215

Abstract

Abstract. Oxygen is an essential element required by humans for life and survival. Besides humans, oxygen is also needed by motor vehicles and industries for optimal combustion, thus reducing exhaust emissions that pollute the air. The fulfillment of oxygen needs can be achieved through the development of Green Open Spaces (RTH), which function as the city's lungs and serve as irreplaceable oxygen producers. In the year 2021, Cianjur District had a total area of RTH amounting to 1.99% of the total area, which is still below the established standard of at least 30% of the total area of urban areas. The purpose of this research was to analyze the fulfillment of RTH based on oxygen needs in Cianjur District in the year 2021. This study utilized a mixed methods approach. The calculation of oxygen needs was assumed to be used only by residents, motor vehicles, and industries, and then calculated based on their respective standards. Next, to calculate the required RTH area, the Gerarkis equation (1974) modified by Nasyith (2020) was used. The results of this research showed that the oxygen produced by the existing RTH in Cianjur District in 2021, covering an area of 50.03 hectares, amounted to 25,329.00 kg/day. When compared to the total oxygen demand in Cianjur District in 2021, which amounted to 378,929.80 kg/day, it indicated a deficit of 353,600.79 kg/day. This means that Cianjur District in 2021 still needs additional RTH covering an area of 698.47 hectares, equivalent to 27.72% of its total area, to fulfill its oxygen requirements in the region. Abstrak. Oksigen merupakan hal esensial yang diperlukan oleh manusia untuk hidup dan kehidupannya. Selain manusia oksigen juga diperlukan oleh kendaraan bermotor dan industri untuk proses pembakaran yang optimal, sehingga emisi gas buang akan semakin sedikit yang mencemari udara. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat terpenuhi dengan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sejatinya memiliki fungsi sebagai paru-paru kota sekaligus sebagai produsen oksigen yang belum tergantikan. Kecaman Cianjur pada tahun 2021 memiliki jumlah luasan RTH sebesar 1,99% dari total luas wilayah yang masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu paling sedikit sebesar 30% (tiga puluh persen) dari total luas wilayah kawasan perkotaan. Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terkait pemenuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen di Kecamatan Cianjur pada Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara mix methods. Perhitungan kebutuhan oksigen diasumsikan hanya digunakan oleh penduduk, kendaraan bermotor, dan industri yang kemudian dihitung berdasarkan standarnya masing-masing. Kemudian, untuk menghitung kebutuhan luas RTH menggunakan persamaan Gerarkis (1974) yang di modifikasi dalam (Nasyith, 2020). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dihasilkan oleh RTH eksisting di Kecamatan Cianjur pada tahun 2021 seluas 50,03 ha adalah sebesar 25.329,00 kg/hari, jika nilai tersebut dibandingkan dengan total kebutuhan oksigen di Kecamatan Cianjur pada tahun 2021 sebesar 378.929,80 kg/hari, maka Kecamatan Cianjur pada tahun 2021 masih defisit oksigen sebesar 353.600,79 kg/hari atau dapat dikatan pada tahun tersebut Kecamatan Cianjur masih membutuhkan RTH seluas 698,47 ha atau sebesar 27,72% dari total luas wilayahnya untuk memenuhi kebutuhan oksigen kawasannya.
Penentuan Lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) di SWK Ujung Berung Kota Bandung Adam Pramudya Jourdan; Verry Damayanti
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.9573

Abstract

Abstract. Planning is something that is needed in determining an activity for the future so that it can run well. One of them is planning regarding land for burial. The city as a place for various activities of the citizens of the city. A city will have a large burden in meeting the needs of its citizens. Population growth due to births and migration will lead to an increase in the need for land as a means of breeding and carrying out daily activities. On the other hand, population withdrawal in an area caused by death will require land designated for burial areas. Therefore the purpose of this study was to identify the optimal location for a Public Cemetery which is useful for serving the needs of the community for burial grounds in the Ujung Berung area, City of Bandung. The approach method used in this research is descriptive quantitative and the analytical method used in this research is ownership analysis, land use analysis, process hierarchy analysis (AHP), and spatial analysis. For data collection methods using secondary and primary data. The results of the analysis that has been carried out are 3 optimal locations based on the area, namely location 1 with an area of 31.7 Ha, location 2 with an area of 14.4 Ha and location 3 with an area of 8.2 Ha. With a land requirement of 5 hectares for the next 20 years, location 2 is the optimal and effective location for a public cemetery in the Ujung Berung area that can serve the needs of local community facilities. Abstrak. Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan didalam menentukan suatu kegiatan untuk kedepannya agar dapat berjalan dengan baik. Salah satu nya adalah perencanan mengenai lahan untuk pemakaman. Kota sebagai tempat berbagai aktifitas warga kotanya. Suatu kota akan memiliki beban yang besar dalam memenuhi kebutuhan warganya. Pertambahan penduduk akibat dari adanya kelahiran serta migrasi akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan sebagai sarana untuk berkembang biak dan melakukan aktivitas sehari-hari. Disisi lain pengurangan penduduk pada suatu wilayah yang diakibatkan oleh faktor kematian akan membutuhkan lahan yang diperuntukan untuk area pemakaman. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi lokasi yang optimal untuk Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang berguna untuk melayani kebutuhan masyarakat akan lahan pemakaman di wilayah SWK Ujung Berung Kota Bandung. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kependudukan, analisis penggunaan lahan, analisis hirarki proses (AHP), dan analisis spasial. Untuk metode pengumpulan data menggunakan data sekunder dan primer. Hasil dari analisis yang telah dilakukan terdapat 3 lokasi yang optimal berdasarkan luasan wilayah nya, yaitu lokasi 1 dengan luas 31,7 Ha, lokasi 2 dengan luas 14,4 Ha dan lokasi 3 dengan luas 8,2 Ha. Dengan kebutuhan lahan untuk 20 tahun yang akan datang sebesar 5 Ha maka lokasi 2 merupakan lokasi yang optimal dan efektif untuk sebuah lahan pemakaman umum di wilayah SWK Ujung Berung yang dapat melayani kebutuhan sarana masyarakat setempat.
Studi Kualitas Elemen Perancangan pada Kawasan Pemerintahan Kabupaten Bandung Azizah Nur Aulia; Verry Damayanti
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v2i2.1384

Abstract

Abstract. Bandung Regency Government Area is the face of Bandung Regency which should have a good design. in this area there are still some design elements that are of poor quality where there are still some design elements in a damaged condition or even not available as a whole the urban design elements have not been integrated with each other and have not been able to meet the needs and comfort for the users of the area. Therefore, the research was conducted with the aim that the quality of the design elements of the Bandung Regency Government Area can be accepted. To achieve this goal, the 8 aspects of Hamid Shirvani's Theory will be identified, so that the existing conditions and recommendations and future directions can be identified. The method used is a mixed research method, where several variables are used with a direct approach to see conditions in the field and literature studies and there are several variables that need to be calculated. From this analysis, it is known that overall there are still some design elements that have poor quality so that improvements need to be made in the future. Abstrak. Kawasan Pemerintahan Kabupaten Bandung merupakan wajah dari Kabupaten Bandung yang seharusnya memiliki perancangan yang baik. Pada kawasan ini masih terdapat beberapa elemen perancangan yang secara kualitas dapat dikatakan kurang baik dimana masih terdapat beberapa elemen perancangan dalam kondisi yang rusak atau bahkan tidak tersedia sehingga secara keseluruhan elemen rancang kota belum terinterintegrasi satu sama lain dan belum bisa memenuhi kebutuhan dan kenyamanan bagi pengguna kawasan tersebut. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan tujuan agar kualitas elemen perancangan pada Kawasan Pemerintahan Kabupaten Bandung dapat teridentifikasi. Untuk mencapai tujuan ini, ke 8 aspek dalam Teori Hamid Shirvani akan diidentifikasi, sehingga dapat diketahui kondisi eksisting dan perumusan rekomendasi dan arahan kedepannya. Metode yang digunakan merupakan penelitian mix methode, dimana beberapa variable digunakan dengan pendekatan langsung melihat kondisi di lapangan dan studi literatur serta terdapat beberapa variable yang perlu dilakukan perhitungan. Dari analisis tersebut diketahui bahwa secara keseluruhan masih terdapat beberapa elemen perancangan memiliki kualitas yang kurang baik sehingga perlu dilakukan perbaikan kedepannya.
Studi Citra Kawasan Punclut Kota Bandung Muhammad Izzan Rahman; Verry Damayanti
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v2i2.1404

Abstract

Abstract. Image of Punclut area is an area that has culinary potential and natural beauty to be used as a tourist attraction. The existence of culinary in the Punclut area is one of the potentials for economic improvement and promotion of the area for Ciumbuleuit Village. However, Punclut Culinary Area is still lacking in accessibility, amenities, and accommodation. Identity as a culinary area that has attractiveness needs to be improved for attract more tourists and uplevel branding of the Punclut tourism area. The method used is the Mixed Method. With the aim of studying the characteristics of the image elements of the Punclut Region city which can become a potential for the Region. The analytical method used is image analysis of the Punclut Tourism Area using Kevin Lynch's theory which is divided into 5 elements. The results of this study indicate that the Punclut area is still far from having a clear regional identity which is a tourist area. The Punclut area is only remembered as a culinary tourism area with beautiful natural nuances, but for supporters in terms of beauty, culture, charm, and authenticity, it still needs more mature improvements, both infrastructure and physical form in the Punclut area. Abstrak. Citra Kota pada Kawasan Punclut merupakan kawasan yang memiliki potensi kuliner dan keindahan alam untuk dijadikan daya tarik wisata. Keberadaan kuliner pada Kawasan Punclut ini merupakan salah satu potensi peningkatan ekonomi serta promosi Kawasan bagi Kelurahan Ciumbuleuit. Namun keberadaan Kawasan Kuliner Punclut masih kurang dalam aksesibilitas, amenitas, dan akomodasi. Identitas sebagai Kawasan kuliner yang memiliki daya tarik perlu dikembangkan lebih baik agar dapat menarik lebih banyak wisatawan sekaligus meningkatkan citra Kawasan Punclut sebagai salah satu tujuan destinasi wisata Bandung. Metode yang digunakan yaitu mixed method. dengan tujuan untuk mengkaji karakteristik elemen citra kota Kawasan Punclut yang dapat menjadi suatu potensi kawasan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis Citra Kawasan Wisata Punclut dengan menggunakan teori Kevin Lynch yang dibagi kedalam 5 elemen citra kota. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kawasan Punclut masih jauh untuk memiliki suatu identitas Kawasan yang jelas yang dimana sebagai kawasan wisata. Kawasan Punclut hanya di ingat sebagai Kawasan wisata kuliner dengan nuansa alam yang indah namun untuk pendukung dari segi keindahan, budaya, pesona, dan otentik masih perlu pembenahan yang lebih matang baik infrastruktur dan bentuk fisik pada Kawasan Punclut.
Factors that Influence the Existence of Palace Cultural Tourism in the Era of Globalization Mutia Ekasari, Astri; Rochman, Gina Puspita; Agustina, Ina Helena; Damayanti, Verry
MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan Volume 39, No. 1, (June 2023) [Accredited Sinta 2, No 10/E/KPT/2019]
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah (Universitas Islam Bandung)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mimbar.v39i1.2116

Abstract

Cirebon City has a lot of cultural heritage in the form of the Palace and other historical relics. The Department of Tourism and Culture of West Java Province tries to preserve the existence of this cultural heritage through the establishment of the History of the Palace as a primary tourist attraction. This study aims to determine the factors that influence the existence of historical palace tourism among the people in the current era of globalization. The research approach method is quantitative statistics, analyzing data with factor analysis. Data collection techniques were carried out through the distribution of online questionnaires. Respondents who were netted were 131 respondents from Cirebon City, Cirebon Regency, and Bandung City in the age range < 20 years to > 60 years. The results of the study concluded that the existence of the historical tourist attraction of the palace was known by most of the respondents. The government and managers of historical tourism and palaces can increase their existence and increase tourist visits by considering these four factors : Applications & Tourist Attractions, Historic Buildings & Traditional Ceremonies, Traditional Culinary, Superior Value.