Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Respon Berbagai Jenis Ekstrak Bagian Tanaman (Feromon) Dalam Mengendalikan Hama Tanaman Padi (Oryza sativa L). Sebagai Teknik Pengendalian Hama Terpadu Hasibuan, Syafrizal
Agrium Vol 17, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v17i2.2857

Abstract

Identifikasi Hama Tanaman Padi (Oryza sativa L). dengan Menggunakan Perangkap Fluorense dan Perangkap Warna sebagai Teknik Pengendalian Hama Terpadu Syafrizal Hasibuan
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 23, No 1 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v23i1.5651

Abstract

Tanaman padi adalah bahan makanan pokok yang harus tersedia dan tidak dapat tergantikan.  Hama merupakan faktor pembatas produksi tanaman padi.  Ketertarikan semua serangga pada cahaya dan warna sebagai dasar penelitian ini dilaksanakan.  Adapun penelitian bertujuan untuk mengetahui respon cahaya Fluorense dan berbagai warna terhadap ketertarikan serangga hama tanaman Padi (Oryza sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rawang Pasar IV Kec. Meranti, Kab. Asahan, dengan ketinggian tempat ± 15 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai Maret 2020.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor yang diteliti. Faktor Flourence yang terdiri dari 4 taraf : F1 = Perangkap tanpa warna dan tanpa flourence, F2 = Perangkap tanpa warna dengan flourence, F3  = Perangkap warna tanpa flourence F4 = Perangkap warna dengan flourence dan Faktor warna W yang terdiri dari 4 taraf : W1 = Warna Merah.  W2 = Warna Kuning, W3 = Warna Hijau, W4 = Warna Biru.  Dari hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik adalah perangkap yang memiliki flourense pada setiap jumlah populasi tertangkap pada perangkap ada lima ordo yang merupakan hama penting tanaman tanaman padi diperoleh dari ordo homoptera jenis wereng sebesar  25084,40   kemudian ordo lepidoptera jenis penggerek batang padi dengan gejala sundep dan beluk sebesar 16532,90  diikuti ordo  hemiptera, diptera serta  orthoptera.  Untuk perlakuan warna dapat dilihat pada perangkap yang memiliki warna cerah yaitu hijau, kuning, merah dan biru.
PENGARUH PENERAPAN OZON DARI DOUBLE DIELECTRIC BARIER DISCHARGE PLASMA UNTUK MENJAGA KESEGARAN JAMUR TIRAM PUTIH (PLEUROTUS OSTREATUS ) Intan Zahar; Sutriono Sutriono; Puryadi Puryadi; Syafrizal Hasibuan; Dian Puspita Sari
ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi dan Aplikasi Pendidikan Fisika Vol 7, No 2 (2021): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.869 KB) | DOI: 10.31764/orbita.v7i2.6126

Abstract

ABSTRAKJamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu produk makanan yang mudah mengalami kerusakan dan mempunyai waktu simpan pendek yaitu 1-2 hari. Produksi jamur tiram di Indonesia semakin tahun mengalami peningkatan sehingga dibutuhkan alternatif dalam menjaga umur simpan pada jamur. Salah satu teknologi yang masih terus berkembang adalah teknologi plasma ozon. Teknologi ini menggunakan plasma dingin untuk menghasilkan ozon (O3). Baru-baru ini, beberapa peneliti telah mengembangkan teknologi ozon untuk mejaga umur simpan pada produk pasca panen hortikultura. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan teknologi plasma ozon yang dibangkitkan dengan teknik  Double Dielectric Barrier Discharge Plasma (DDBDP). Hasil kosentrasi ozon pada penelitian ini yaitu 65 ppm dengan kapasitas ozon sebesar 5.85 gram/jam pada flowrate 1.5 (L/min) dan tegangan 9,5 kV. Ozon dialirkan ke dalam plastik yang berisi sampel jamur pada perlakuan (5, 10, 15, 20 dan 25) menit. Berdasarkan hasil uji perubahan susut yang dilakukan, diperoleh perubahan susut tidak terlalu significant mengalami penurunan pada perlakuan ozone 20 menit dan 25 menit. Kata kunci: Jamur tiram; ozone; Double Dielectric Barrier Discharge Plasma; produk hortikultura ABSTRACTWhite oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is a food product that is easily damaged and has a short shelf life of 1-2 days. The production of oyster mushrooms in Indonesia is increasing every year so that an alternative is needed to maintain the shelf life of mushrooms. One technology that is still developing is plasma ozone technology. This technology uses cold plasma to produce ozone (O3). Recently, several researchers have developed ozone technology to maintain shelf life in post-harvest horticultural products. This study aims to determine the effect of storing white oyster mushrooms (Pleurotus ostreatus) with ozone plasma technology generated by the Double Dielectric Barrier Discharge Plasma (DDBDP) technique. The results of the ozone concentration in this study were 65 ppm with an ozone capacity of 5.85 grams/hour at a flowrate of 1.5 (L/min) and a voltage of 9.5 Kv. Ozone was flowed into a plastic containing mushroom samples in the treatment (5,10,15, 20 and 25) minutes. Based on the results of the shrinkage change test carried out, it was found that the shrinkage change was not too significant and decreased in the 20 minute and 25 minute ozone treatment Keywords: Oyster mushroom; ozone; Double Dielectric Barrier Discharge Plasma; horticultural products.
RESPON PEMBERIAN PUPUK DOLOMIT DAN PUPUK LIMBAH PADAT KELAPA SAWIT (SLUDGE) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGEAL L) Syafrizal Hasibuan; Sri Susanti Ningsih
JURNAL PIONIR Vol 8, No 2 (2022): Juli
Publisher : Universitas Asahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36294/pionir.v8i2.2713

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Bayam Siumbut-umbut, Kec. Kisaran Timur, Kab. Asahan dari bulan April sampai Juli 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial terdiri atas 2 faktor 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk dolomit terdiri dariD0 = 0 g/plot, D1 = 33,75g/plot, D2 =  67,5 g/plot, D3 = 101,25g/plot. Faktor kedua adalah pemberian pupuk sludge yaitu S0 = 0 kg/plot, S1 = 1,9 kg/plot, S2 = 3,8 kg/plot, S3 = 5,7 kg/plot. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah bunga, jumlah polong per tanaman sampel, bobot polong per tanaman sampel, bobot polong per plot, jumlah biji per tanaman sampel, bobot biji per tanaman sampel, bobot biji per plot, bobot 100 biji per plot. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian dolomit berpengaruh nyata terhadap, jumlah bunga, jumlah polong per tanaman sampel, jumlah biji per tanaman sampel, bobot polong per tanaman sampel, bobot biji per tanaman sampel, bobot biji per plot dan pemberian sludge berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga, jumlah polong per tanaman sampel, jumlah biji per tanaman sampel,  bobot polong pertanaman sampel, bobot biji per tanaman sampel. Sedangkan interaksi pemberian dolomit dan sludge berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bunga, jumlah polong per tanaman sampel, jumlah biji per tanaman sampel,  bobot polong per tanaman sampel, bobot biji per tanaman sampel. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah semakin meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk dolomit dan pupuk sludge Kata Kunci :  Dolomit, Sludge, Kacang Tanah
PENGARUH PEMBERIAN NPK MUTIARA DAN POC GEDEBOK PISANG KEPOK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI PAKCOY ( BRASSICA RAPA L.) Syafrizal Hasibuan; Sri Susanti Ningsih
JURNAL PIONIR Vol 9, No 1 (2023): Januari
Publisher : Universitas Asahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36294/pionir.v9i1.3231

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Sirsak, Sentang, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November 2022 sampai dengan Januari 2023. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial terdiri atas 2 faktor 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk NPK terdiri dari N­0 = 0 gram/plot  ;  N1= 40 gram/plot  N2= 80 gram/plot. Faktor kedua adalah pemberian pupuk Gedebok Pisang yaitu K0 = 0 ml/liter air//plot  ;   K1  = 100 ml/liter air/plot  ;  K2        = 200 ml/liter air/plot   ;  K3 = 300 ml/liter air/plot. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Jumlah daun (helai), Produksi per tanaman sampel, Produksi per plot. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Pemberian pupuk Gedebok Pisang menunjukkan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,  produksi per tanaman sampel dan produksi per plot, dimana dosis terbaik terdapat pada perlakuan 300 ml/liter air/plot.  Pemberian pupuk NPK menunjukkan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,  produksi per tanaman sampel dan produksi per plot, dimana dosis terbaik terdapat pada perlakuan 80 gram/plot.  Interaksi antara pemberian pupuk Gedebok Pisang dan pupuk NPK menunjukkan pengaruh sangat nyata pada parameter amatan tinggi tanaman namun menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap Parameter amatan Jumlah Daun, Produksi Tanaman Per Sampel, dan Produksi Tanaman Per Plot Kata Kunci :  NPK, Gedebok, Pakcoy
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SEMANGKA KUNING (CITRULLUSVULGARIS)TERHADAP APLIKASI PUPUK JAMU BUMI DAN BIO URINE KAMBING Syafrizal Hasibuan; Sri Susanti Ningsih
JURNAL PIONIR Vol 9, No 2 (2023): Juli
Publisher : Universitas Asahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36294/pionir.v9i2.3689

Abstract

Semangka Kuning (Citrullusvulgaris) saat ini cukup populer dan banyak digemari oleh masyarakat karena kandungan nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak.  Dalam pertumbuhan dan produksi maksimal harus menggunakan pupuk.Jamu bumi merupakan pupuk yang mengandung unsur yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman semangka karena banyak mengandung unsur-unsur essensial, Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah Faktor Jamu Bumi perlakuan (B) dengan 3 taraf yaitu B0   = 0 (kontrol) ; B1= 100 ml/ltr ; B2= 200 ml/ltr. Faktor kedua adalah Bio Urine Kambing (U) dengan 4 taraf, yaitu U0  = (kontrol) ; U1  = (40 ml/plot) ; U2    = (80 ml/plot) ; U3   = (120 ml/plot)t.  Hasil menunjukkan bahwa perlakuanjamu bumi yang terbaik 6 MST pada perlakuan 200ml/ltr (B2) meliputi panjang tanaman terpanjang yaitu 199,08 cm, jumlah helai daun yaitu 49,08 helai, untuk hasil produksi perlakuan 200 ml/ltr (B2)  tertinggi diameter buah yaitu 13,13 cm produksi tanaman persampel yaitu 3,70 kg dan produksi tanaman perplot yaitu 6,71 kg. Kata kunci: Jamu, Semangka, Urine
RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA L.) TERHADAP PENGGUNAAN AIR CUCIAN BERAS DAN PUPUK NPK 16-16-16 DI POLIBAG Sri Susanti Ningsih; Mirna Wulandari; Syafrizal Hasibuan
Fruitset Sains : Jurnal Pertanian Agroteknologi Vol. 11 No. 3 (2023): Agustus: Agriculture
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/fruitset.v11i3.4120

Abstract

This research was conducted in Siumbut Baru, Village Kisaran Timur Discrit, Asahan Regency, North Sumatra. This research was conducted in January-February 2023. A factorial randomized block design (RDB) was used to design this study. This first factor is the treatment with rice washing water (A) wich has four lavels, namely A0=0 ml/liter of water per polybag (Control), A1=125 ml/l of water polybag of rice washing water, A2 =250 ml/l liter of water/polybag of rice and A3 = 375 ml/1 liter of water/polybag of Rice Washing Water. The second factor was the NPK 16-16-16 (N) treatment at three levels, namely N0 = 0 g/polybag of NPK 16-16-16 (control), N1 = 0.875 g/polybag of NPK 16-16-16 fertilizer (125 kg /ha), N2 = 1.75 g/polybag (250 kg/ha). The results showed that rice washing water increased plant height 4 weeks after planting when the concentration was 375 ml/1 liter of water/a polybag of rice washing water (A3) was 25.94 cm, the number of leaves increased 4 weeks after planting when the concentration was 375 ml/1 liter of water /polybag of rice washing water (A3) was 29.33 strands, the fastest flowering age when the concentration was 0 ml/1 liter of water/polybag (A0) was 37.28 days. At the age of 4 weeks after planting, treatment of plants with NPK 16-16-16 (N) significantly increased plant height. Plants reached a maximum height of 24.90 cm at a dose of 1.75 g/polybag (N2), and had a maximum number of leaves of 25.08 at the same dose. Rice water and NPK 16-16-16 fertilizer did not change all parameters of green bean plants.
RESPON PEMBERIAN DOSIS DAN WAKTU APLIKASI JAMU BUMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L) Dedi Kurniawan; Syafrizal Hasibuan; Sri Susanti Ningsih
Fruitset Sains : Jurnal Pertanian Agroteknologi Vol. 12 No. 2 (2024): June: Ilmu Pertanian dan Bidang Terkait
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/fruitset.v12i2.5295

Abstract

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor masing-masing 3 kali ulangan. Faktor pertama, dosis jamu bumi dengan 4 taraf yaitu D0 = 0 ml/liter air, D1 = 100 ml/liter air, D2 = 200 ml/liter air dan D3 = 300 ml/liter air .Faktor kedua, waktu jamu bumi dengan 3 taraf yaitu W0 = 1 MST, W1 = 2 MST, W2 = 3 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis jamu bumi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, dan produksi (sampel dan plot) pada umur 6 MST. Pada dosis 300 ml/plot (D3) menghasilkan tinggi tanaman sebesar 47,77 dengan jumlah cabang 10,29 cabang dan produksi 0,31kg/sampel atau produksi 1,03kg/plot. Hal ini membuktikan bahwa pemberian dosis jamu bumi sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah. Perlakuan aplikasi jamu bumi terhadap variasi waktu pemberian tidak berpengaruh nyata karena kebutuhan akan unsur hara berbeda-beda setiap fase pertumbuhan dan perkembangan.
MANFAAT JAMU BUMI PADA TANAMAN CABAI MERAH SEBAGAI PENCEGAHAN PENYAKIT TANAMAN DI DESA SEI SILAU BARAT Syafrizal Hasibuan; Sri Susanti Ningsih; Hildayanti Br Torus Pane; Harmayani Harmayani; Armaniar Armaniar; Fachrina Wibowo
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2024): Volume 5 No. 4 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i4.30898

Abstract

Jamu bumi merupakan pupuk organic cair yang terbuat dari bahan-bahan organik , yang ramah terhadap lingkungan. Umumnya petani hanya mengetahui pembuatan pupuk organic berasal dari bahan sisa sisa atau bagian dari makhluk hidup yang tidak terpakai atau dibuang seperti kotoran makhluk hidup dari hewan ternak. Jamu bumi ini mempunyai kelebihan yaitu dapat sebagai pupuk tanaman dan dapat mencegah perkembangbiakan dari penyakit tanaman. Hal ini sesuai dengan nama yaitu jamu. Dengan memberikan informasi ini kepada para petani maka penggunaan pestisida dan pupuk yang berbahan kimia dapat dikurangi sehingga lahan pertanian akan tetap terjaga kesuburannya untuk dimasa yang akan dating.
PEMECAHAN BENIH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) DENGAN METODE SKARIFIKASI DAN PERENDAMAN AIR PANAS Octaviani, Devi; Hasibuan, Syafrizal; Ningsih, Sri Susanti
BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) Vol 7, No 2 (2024): September 2024
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/best.v7i2.10278

Abstract

Penelitian menggunakan air panas dengan suhu 800C. Penelitian dilakukan April hingga Mei 2024. .Penelitian menggunakan RAK Faktorial, dengan 2 perlakuan. Faktor pertama skarifikasi (T), T0= kontrol, T1= dengan capit kuku, danT2= dengan pengamplasan. Faktor kedua: Lama perendaman (menit),  I0= 0 (kontrol),I1= 20 m3nit, I2= 40 menit, dan I3= 60 menit.  Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan skarifikasi berbeda nyata pada parameter panjang plumula, pada skarifikasi pengamplasan tertinggi yaitu 14,20 cm, sedangkan rendah pada 0 (kontrol) yaitu 8,88 cm. Perlakuan lama perendaman berbeda nyata pada parameter amatan lama waktu berkecambah dan presentasi benih hidup. lama waktu berkecambah tertinggi 60 menit yaitu 3,67 hari, sedangkan terendah 20 menit yaitu 2,83 hari. presentasi benih tertinggi 60 menit yaitu 77,78% dan terendah 0 (kontrol) yaitu 58,33%.