Claim Missing Document
Check
Articles

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM Hapsari Octa Safira; Agus Setiya Budi; Sugiyarto Sugiyarto
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.369 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v5i1.36952

Abstract

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai tulangan beton dalam pembuatan rumah sederhana. Bambu memiliki kuat tarik yang tinggi sehingga jika bambu dikombinasikan dengan beton yang memiliki kuat tekan tinggi akan menjadi bahan bangunan yang baru dan memiliki kualitas yang cukup baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat lentur pada balok beton tulangan bambu petung vertikal takikan tipe u lebar 3 cm tiap jarak 10 cm dengan posisi kulit disisi dalam. Pengujian karakteristik bambu dan material penyusun beton digunakan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui kelayakan material. Benda uji berbentuk balok dengan dimensi panjang 1700 mm, lebar 110 mm dan tinggi 150 mm. Dimensi tulangan bambu yang digunakan adalah panjang 1650 mm, lebar 20 mm dan tebal 5 mm. Kuat lentur yang dianalisisis dari hasil pengujian laboratorium adalah 6,6501 N/mm2 untuk balok beton tulangan bambu dan 12,3693 N/mm2 untuk balok beton tulangan baja.
KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 6 CM DAN 7 CM Imam Brata Adi Kusuma; Agus Setiya Budi; Sunarmasto Sunarmasto
Matriks Teknik Sipil Vol 2, No 4 (2014): Desember 2014
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.793 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v2i4.37368

Abstract

Dalam pertumbuhan industri kontruksi, beton bertulangan baja masih menjadi bahan konstruksi yang sering digunakan pada struktur bangunan, dimana kuat tekan pada beton yang besardan kuat tarik pada baja yang tinggi merupakan kombinasi yang saling melengkapi dan mudah pembuatanya. Namun demikian, masih ada beberapa kendala yang ditimbulkan dari penggunaan baja sebagai tulangan diantaranya harga yang semakin tinggi dan merupakan produk hasil tambang yang tidak dapat diperbaharui dan suatu saat akan habis. Untuk mengatasi hal tersebut, dipilihlah alternatif sebagai pengganti tulangan baja, yaitud engan memanfaatkan bambu, dimana bambu merupakan produk alam yang renewable, mudah diperoleh, murah, dan memiliki kuat tarik yang tinggi. Atas pemikiran tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik leleh bambu ori yang digunakan untuk perhitungan secara analisis serta kapasitas lentur balok bertulangan bambuori, dengan membuat balok benda uji sebanyak 12 buah dengan ukuran 11 cm x 15 cm x 170 cm. Tiga balok benda uji pertama ditanam tulangan bambu ori takikan tipe V dengan jarak takikan 6 cm dan 7 cm untuk tiga balok berikutnya, selanjutnya tiga balok benda uji ditanam tulangan baja ø 8 mm dan tiga balok benda uji tanpa tulangan sebagai pembanding. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Struktur, FT UNS, pada umur beton 28 hari dengan memberikan dua titik beban terpusat pada jarak 1/3 bentang balok dari tumpuan. Berdasarkan analisis dan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan, kuat tarik leleh bambu ori diambil sebesar 276,560 N/mm2 atau kuat tarik pada nodia, karena kuat tarik pada nodia berkisar setengah dari kuat tarik internodia. Untuk kapasitas lentur hasil pengujian, balok bertulangan bambu ori takikan jarak 6 cm lebih kecil 48,647% dari pada kapasitas lentur balok bertulangan baja ø 8 mm, untuk balok bertulangan bambu ori takikan 7 cm didapat 37,882% lebih kecil dari pada balok bertulangan baja ø 8 mm. Dari 12 buah balok yang diuji, rerata keruntuhan terjadi pada daerah 1/3 bentang tengah balok dan dapat dikatakan sebagai keruntuhan lentur.
KAJIAN UJI KUAT LEKAT BAJA PADA BETON HIGH VOLUME FLY ASH MEMADAT SENDIRI DAN BETON NORMAL Karin Sebastia Lintang; Agus Setiya Budi; Senot Sangadji
Matriks Teknik Sipil Vol 7, No 4 (2019): DESEMBER
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v7i4.38478

Abstract

Fly ash berasal dari abu sisa pembakaran batu bara yang mengandung sifat kimia berupa silika dan alumina mencapai 80%. Senyawa silika yang terdapat di dalam fly ash akan mengeliminir keberadaan Ca(OH)2 di dalam mortar yang sifatnya merugikan dan menurunkan kuat tekan dengan cara bereaksi membentuk CSH atau tubermorite yang membangun kekuatan beton. Konsep penggunaan fly ash yang sering digunakan dalam jumlah besar (35-65%) sebagai subtituen semen dikenal dengan High Volume Fly Ash Concrete (HVFAC). Penggunaan konsep HVFAC dipadukan dengan Self Compacting Concrete (SCC) untuk mengatasi permasalahan terbentuknya rongga pada beton bertulang. Penelitian ini mengkaji kuat lekat pada beton HVFA-SCC dan beton normal. Metode penelitian ini ialah eksperimen menggunakan 2 variasi kadar fly ash pada beton HVFA-SCC yaitu 50%, 60%, serta beton normal yang digunakan sebagai pembanding. Tiap variasi terdiri dari 3 sampel kubus berukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm. Mutu untuk sampel tersebut diseragamkan yaitu 30 MPa. Hasil yg didapatkan dari pengujian sampel yang ada berupa kurva hubungan load-displacement beton HVFA-SCC yang dibandingkan dengan beton normal usia 28 hari. Hasil yang didapatkan dari hubungan load-displacement adalah besarnya gaya cabut maksimal, displacement saat terjadi gaya cabut maksimal serta dipergunakan untuk menganalisis kuat lekat dari sampel beton HVFA-SCC dan beton normal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kuat lekat pada beton HVFA-SCC dengan kadar fly ash 50% lebih besar 328,22 % dibandingkan dengan kuat lekat pada pada beton normal dan pada beton HVFA-SCC dengan kadar fly ash 60% kuat lekat lebih besar 218,84 % dibandingkan dengan kuat lekat pada pada beton normal. Tipe keruntuhan yang terjadi pada pengujian sampel HVFA-SCC maupun beton normal dengan pada pengujian pull out ialah pull out failure.
KAPASITAS GESER BALOK BETON BERTULANG HVFA MEMADAT SENDIRI DENGAN KADAR FLY ASH 50% TERHADAP BETON NORMAL Ilham Aryono.; Agus Setiya Budi; Halwan Alfisa Saifullah
Matriks Teknik Sipil Vol 8, No 1 (2020): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v8i1.41513

Abstract

Penggunaan material alternatif pengganti semen sebagai penyusun beton semakin banyak ditemukan. Salah satunya adalah fly ash. Fly ash adalah sisa pembakaran batubara berupa partikel halus yang mengandung banyak silica (SiO2). Kandungan silica sangat cocok untuk reaksi kimia pembentukan beton. Pada penelitian ini, kadar kandungan semen akan diganti dengan fly ash sebanyak 50% pada pembuatan balok beton bertulang baja high volume fly ash self compacting concrete (HVFA-SCC) dan dibandingkan dengan beton normal. Balok uji berukuran 10 cm x 15 cm dengan panjang 150 cm. Pengujian yang dilakukan adalah uji kapasitas geser pada umur 28 hari dengan menggunakan alat uji loading frame dan memasang dial gauge di titik tengah bentang dan titik pembebanan pada 1/3 panjang balok. Hasil dari pengujian ini adalah nilai beban dan lendutan yang dapat diterima hingga mengalami keruntuhan geser. Berdasarkan penelitian ini, nilai kapasitas geser HVFA-SCC lebih besar dibandingkan beton normal, yaitu sebesar 32,125 kN untuk HVFA-SCC dan sebesar 20,500 kN untuk beton normal. 
KAPASITAS LENTUR KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS M. Nanang Syaifun Nahar; Agus Setiya Budi; Bambang Santosa
Matriks Teknik Sipil Vol 1, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v1i4.37512

Abstract

Bambu sebagai alternatif pengganti tulangan baja karena mempunyai kuat tarik cukup tinggi yang mendekati kekuatan baja. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan benda uji berupa kolom dengan pembebanan eksentris yang berukuran 150 mm x 150 mm dengan tinggi 1500 mm. Benda uji kolom sebanyak 7 buah, dimana 3 buah kolom dengan tulangan bambu wulung polos, 2 buah dengan tulangan baja, dan 2 buah tanpa menggunakan tulangan. Sifat mekanik kolom beton yang diamati diantaranya adalah kapasitas beban, lendutan, kuat tekan, serta pola retak. Analisis kolom dengan tulangan baja mempunyai momen sebesar 517.69 tmm. Kapasitas lentur hasil pengujian benda uji kolom tulangan baja mempunyai momen sebesar 257.89 tmm. Hasil analisis kolom dengan tulangan bambu Wulung polos adalah 543.9 tmm. Momen hasil pengujian kolom tulangan bambu adalah 134.08 tmm. Beban maksimum (Pmaks) yang mampu ditahan oleh kolom beton dengan tulangan bambu Wulung polos sebesar 1300 kg, sedangkan kolom beton dengan tulangan baja sebesar 4700 kg dan kolom tanpa tulangan sebesar 1150 kg. Hasil pembebanan memperlihatkan bahwa kolom tulangan bambu Wulung mempunyai kontribusi lebih pada kelekatan beton yang runtuh jika di bandingkan dengan kolom tanpa tulangan.
Kajian Kuat Geser Langsung Beton Memadat Sendiri dengan Kadar Fly Ash 50% dan 60% Favian Gustav Mulya; Agus Setiya Budi; Senot Sangadji
Matriks Teknik Sipil Vol 8, No 3 (2020): September
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.342 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v8i3.46728

Abstract

AbstrakBeton adalah bahan konstruksi yang banyak dipakai dalam pembangunan infrastruktur. Akan tetapi, proses produksi semen menimbulkan adanya CO2 yang cukup besar yaitu pada satu ton semen menghasilkan 0,55 ton CO2 serta membutuhkan bahan bakar karbon yang dapat mengeluarkan emisi CO2 setara 0,45 ton serta menyebabkan Global Warming (Davidovits, 1994). Fly Ash merupakan material substitusi semen yang saat ini sering dilakukan penelitian serta digunakan. Fly ash merupakan limbah industri berasal dari pembakaran batubara, dengan ukuran diameter 1-150 µm (Siddique, 2004). Fly Ash memiliki kandungan SiO2 yang relatif tinggi, sehingga bisa digunakan sebagai material pozzolan substitusi semen yang bersifat mengikat dalam pembuatan beton. Fly Ash dengan kandungan >50% disertai dengan tambahan material superplastictizer akan dapat menjadikan struktur beton yang bersifat daktail dapat menggalir serta memadat mandiri, campuran ini disebut sebagai High Volume Fly Ash - Self Compacting Concrete (HVFA – SCC). Dalam penelitian ini akan dibahas besar kuat geser langsung beton HVFA – SCC pada kandungan fly ash 50% dan 60% kemudian hasil tersebut akan dikomparasikan dengan balok beton normal. Digunakan balok dobel L bertulang dengan penampang 10x 20x36 cm terdiri atas 5 balok beton normal dan 5 balok HVFA-SCC dengan kandungan fly ash 50% serta 5 balok HVFA-SCC dengan kandungan fly ash 60%. Pada uji kuat geser langsung digunakkan alat yaitu LVDT, dari pengujian ini akan diperoleh grafik hubungan Load-Displacement dengan tegangan geser maksimum beton HVFA-SCC 50%, 60% serta balok beton normal. Berdasarkan hasil penelitian benda uji dobel L HVFA-SCC memiliki kuat geser maksimum lebih besar daripada beton normal.Kata Kunci : fly ash, HVFA-SCC, kuat geser
KINERJA SISTEM STRUKTUR OUTRIGGER DAN BELT WALL PADA GEDUNG TINGGI AKIBAT PEMBEBANAN GEMPA Satria Erlangga Hardiman; Mukahar Mukahar; Agus Setiya Budi
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 3 (2017): September 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.276 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v5i3.36708

Abstract

Bangunan yang berada di tanah pasti memiliki risiko akibat beban gempa bumi. Dalam membatasi displacement lateral dan memperkecil risiko keruntuhan akibat beban gempa dibutuhkan kekakuan bangunan yang berasal dari sistem penahan lateral yang tepat. Sistem shearwall frame sering digunakan sebagai penahan lateral disaat sistem open frame menjadi kurang ekonomis dan efektif. Namun, pada ketinggian tertentu shearwall atau corewall menjadi terlalu langsing dan kurang efektif dalam menahan drift (simpangan). Salah satu solusi adalah sistem outrigger dan belt wall. Tujuan penelititan pada skripsi ini adalah menganalisis kinerja sistem outrigger dan belt wall akibat beban gempa, dampak pada lokasi pemasangan, dan tingkat kinerja struktur. Penelitian ini adalah preliminary design terdiri dari tiga tahap dengan menggunakan analisis gempa dinamik respons spektrum. Tahapan tersebut adalah tahap input, analisis, dan output. Analisis struktur dilakukan dengan pemodelan gedung 53 lantai dengan sistem penahan lateral yang terkomputerisasi secara tiga dimensi (3D) pada program ETABS sebagai alat bantu, dan output dari penelitian ini adalah perbandingan kinerja antara sistem open frame dianggap sebagai sistem awal kronologi perancangan, sistem shearwall frame yang dianggap sebagai gedung eksisting, serta sistem outrigger dan belt wall berdasarkan pengurangan displacement, simpangan antar lantai terkait syarat batas kinerja struktur, tingkat kinerja struktur berdasarkan ATC - 40, serta efisiensi terkait berat total struktur dalam menunjukkan manfaat dalam aspek ekonomi. Simpulan penelitian ini adalah sistem outrigger dan belt wall mampu mengatasi kekurangan dari sistem open frame dan sistem shearwall frame seperti yang tersaji dalam hasil analisis.
KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1CM TIAP JARAK 15CM Azwar Anes; Agus Setiya Budi; Bambang Santosa
Matriks Teknik Sipil Vol 4, No 4 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.062 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v4i4.37060

Abstract

Bambu dapat menjadi alternatif bahan pengganti tulangan baja pada balok beton bertulang yang lebih ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat lentur pada balok beton tulangan bambu petung takikan tidak sejajar tipe U dengan lebar takikan 10 mm pada tiap jarak 150 mm dan balok beton tulangan baja D7,45 mm. Pengujian agregat halus, agregat kasar dan pengujian karakteristik bambu digunakan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui kelayakan material. Perencanaan rancang campur beton menggunakan metode SK SNI 03-2834-2000. Dimensi bambu yang digunakan adalah panjang 1650 mm, lebar 20 mm dan tebal 5 mm. Benda uji berbentuk balok dengan dimensi panjang 1700 mm, lebar 110 mm dan tinggi 150 mm. Kuat lentur balok bertulangan bambu petung didapat sebesar 3,9394 MPa, dan balok bertulangan baja D7,45 mm adalah sebesar 12,3693 MPa. Perbandingan kuat lentur hasil pengujian pada balok bertulangan bambu petung terhadap balok bertulangan baja D7,45 mm adalah 31,8481%.
KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG POSISI VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 10 CM Okto Wisnu Nugroho; Agus Setiya Budi; Sunarmasto Sunarmasto
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 3 (2017): September 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v5i3.36735

Abstract

Beton mempunyai kuat tekan yang kuat, namun kuat tariknya lemah. Untuk itulah diperlukan adanya tulangan baja untuk menopang kuat tarik beton yang lemah. Beton yang ditopang dengan tulangan baja inilah yang disebut dengan Beton Bertulang. Tetapi penggunaan tulangan baja mengakibatkan ketersediaan baja semakin langka dan harganya menjadi mahal, karena itulah bambu digunakan sebagai bahan alternatif pengganti baja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kuat lentur balok beton bertulangan bambu Petung posisi vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar takikan 1 dan 2 cm dengan jarak takikan 10 cm. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen laboratorium. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah balok berdimensi 1700 mm x 150 mm x 110 mm dengan tulangan bambu. Dari hasil pengujian diperoleh nilai kuat lentur rata-rata balok beton dengan tulangan bambu takikan 1 cm adalah sebesar 36,9725 MPa pada bagian atas dan 562,4078 MPa pada bagian bawah. Kuat lentur rata-rata balok beton dengan tulangan bambu takikan 2 cm adalah sebesar 32,904 MPa pada bagian atas dan 500,5184 MPa pada bagian bawah.
Pengaruh Kadar Fly Ash terhadap Kuat Tekan pada High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete (HVFA-SCC) pada Usia 90 Hari. Hudha Pramudya Murti; Agus Setiya Budi; Sunarmasto Sunarmasto
Matriks Teknik Sipil Vol 6, No 3 (2018): September 2018
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.726 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v6i3.36552

Abstract

Fly ash yang notabene adalah sisa pembakaran batu bara sering digunakan sebagai substituen semen dalam jumlah besar karena memiliki kandungan silica dan alumina. Senyawa tersebut membentuk C3S2H3 atau tubermorite yang dapat menaikkan mutu beton akibat bereaksi dengan Ca(OH)2 hasil proses hidrasi semen. Konsep tersebut dipadukan dengan SCC sehingga membentuk High Volume Fly Ash Self-Compacting Concrete (HVFAC-SCC). Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh penambahan fly ash terhadap kinerja beton. Kinerja beton dalam hal ini adalah kemampuan dalam menerima beban ditinjau dari workability dan kuat desak. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, pada HVFA-SCC menggunakan 3 variasi kadar fly ash yaitu 50%, 60%, 70% dan pengujian workability berupa  flow table test, L-box test, dan V-funnel test. Sedangkan untuk kuat desak beton diuji pada umur 90 hari. Sebagai pembanding digunakan beton normal kadar fly ash 0%. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan target mutu 40 MPa. Tiap variasi terdiri dari 3 sampel berukuran 75 mm x 150 mm. Hasil output penelitian diperoleh kesimpulan bahwa seiring bertambahnya persentase penambahan fly ash membuat kuat tekan beton semakin menurun.