Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

ALTRUISME PADA PEMBUAT SHELTER: PERAN DALAM PENYELAMATAN HEWAN TERLANTAR Jose Conary; Untung Subroto; Meike Kurniawati
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang Vol. 10 No. 04 (2024): Volume 10 No. 04 Desember 2024 In Progress
Publisher : STKIP Subang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36989/didaktik.v10i04.4686

Abstract

This study aims to understand the picture of altruism in individuals who set up shelters for abandoned animal rescue in Indonesia. Altruism in this context is characterized by selfless actions driven by deep empathy for the suffering of abandoned animals. Using a qualitative approach, data was collected through in- depth interviews and observations of four participants who were aged 20-60 years old and had managed a shelter for at least six months. The results showed that the participants' motivation was driven by various factors, such as high empathy, pure intention, internal motivation, and prioritization of others' welfare. The forms of altruism demonstrated include rescuing animals from dangerous environments, providing safe shelter, medical care for injured or sick animals, and educating the public to raise awareness about animal welfare. However, participants face various challenges, including limited funding, lack of community support, lack of human resources, and emotional distress from seeing the constant suffering of animals. Despite this, their dedication remains high, demonstrating an ongoing commitment to making a positive impact on abandoned animals. This research confirms that altruism plays an important role in creating positive social change, not only to improve animal welfare but also to inspire people about the importance of caring for living beings. This study contributes to the understanding of altruistic actions in the unique context of abandoned animal rescue in Indonesia.
GAMBARAN PROSES PENERIMAAN DIRI PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MERUPAKAN KORBAN PERCERAIAN Massimiliano Di Matteo; Untung Subroto; Meike Kurniawati
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang Vol. 10 No. 04 (2024): Volume 10 No. 04 Desember 2024 In Progress
Publisher : STKIP Subang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36989/didaktik.v10i04.4749

Abstract

This study aims to describe the process of self-acceptance in early adult individuals who are victims of parental divorce. The research method used a qualitative approach with in-depth interviews with five participants aged 18-40 years. The results showed that the process of individual self-acceptance followed the stages of the Five Stages of Grief theory by Elisabeth Kübler-Ross, namely denial, anger, bargaining, depression, and acceptance. Each stage reflects different emotions and strategies in dealing with the psychological impact of parental divorce. The findings showed that social support from family, friends and the surrounding environment influenced the success of individuals in achieving self-acceptance. In addition, participants who are able to interpret the experience positively tend to be more easily reconciled with their condition. This study contributes to the development of self-acceptance theory in the context of early adult developmental psychology, as well as providing practical insights for psychologists, parents, and educational institutions in supporting individuals who experience parental divorce.
PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU DENGAN LATAR BELAKANG PERCERAIAN ORANGTUA Auliana Sabbilla; Untung Subroto
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang Vol. 10 No. 04 (2024): Volume 10 No. 04 Desember 2024 In Progress
Publisher : STKIP Subang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36989/didaktik.v10i04.4750

Abstract

Parental divorce is an event that can have a significant psychological impact on children, especially during adolescence and young adulthood. Changes in family structure, emotional dynamics, and potential post-divorce conflicts are often challenges that children must face. For migrant students, these challenges are even more complex as they must also adapt to a new environment away from their families, with different academic and social demands. Migrant students often face the challenge of adapting to a new environment that is socially and culturally different, including students who have divorced parents and choose to migrate. Parental divorce can worsen their emotional condition, adding to the psychological burden that must be faced when migrating. This study aims to look at the description of self-adjustment in migrant students who experience parental divorce. This study uses qualitative methods with interview and observation data collection. The subjects of this study consisted of 6 participants. From the six research participants, it can be concluded that 2 participants can pass 5 dimensions of self- adjustment, namely perception of reality, ability to cope with stress and anxiety, positive self-image, ability to express emotions well, and good interpersonal relationships. While the other 4 participants could not pass some dimensions of self-adjustment, namely perception of reality, positive self-image, and ability to express emotions well.
HUBUNGAN LONELINESS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PERANTAU Puspitasari Ambarwati; Monty P. Satiadarma; Untung Subroto
Journal of Social and Economics Research Vol 6 No 2 (2024): JSER, December 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v6i2.669

Abstract

Mahasiswa perantau menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang sering kali berbeda dengan lingkungan asalnya. Kesulitan menyesuaikan diri ini dapat memicu perasaan kesepian (loneliness), yang selanjutnya berdampak pada perilaku menunda tugas akademik atau prokrastinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara loneliness dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa perantau di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasional dan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada 393 mahasiswa perantau yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Loneliness Scale oleh de Jong- Gierveld dan Kamphuls dan modifikasi Skala Penundaan Akademik (APS) oleh McCloskey dan Scielzo. Hasil uji Spearman menunjukkan nilai p < 0,05 dengan koefisien korelasi sebesar 0,601, yang berarti terdapat hubungan positif dan signifikan antara loneliness dan prokrastinasi akademik. Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat loneliness pada mahasiswa perantau, semakin tinggi pula kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akademik.
PENGARUH TOXIC RELATIONSHIP DALAM BERPACARAN DENGAN KUALITAS HIDUP DEWASA AWAL Carissa Ratu Nolanda; Monty P. Satiadarma; Untung Subroto
Journal of Social and Economics Research Vol 6 No 2 (2024): JSER, December 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v6i2.671

Abstract

Toxic relationship merupakan fenomena yang kerap terjadi pada individu dewasa awal, ditandai dengan kontrol berlebihan, kekerasan verbal atau fisik, dan manipulasi emosional yang berdampak negatif pada kualitas hidup. Kualitas hidup merupakan penilaian seseorang terhadap tingkat fungsi yang dicapai saat ini dibandingkan dengan standar atau harapan ideal mereka. Penilaian ini mencakup kepuasan terhadap aspek fisik, kemampuan berfungsi, kondisi emosional, serta hubungan sosial, dan bersifat subjektif sehingga hanya dapat diukur melalui sudut pandang pribadi individu tersebut (Cella, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh toxic relationship terhadap kualitas hidup individu dewasa awal menggunakan metode kuantitatif dan teknik purposive sampling. Alat Ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah skala toxic relationship dan kualitas hidup indonesia. Partisipan berjumlah 383 orang, berusia 18-25 tahun dari Jabodetabek dengan pengalaman pacaran minimal enam bulan serta pernah atau sedang mengalami toxic relationship. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 27. Hasil menunjukkan toxic relationship memberikan pengaruh sebesar 18,4% terhadap kualitas hidup dewasa awal.
HUBUNGAN LONELINESS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PERANTAU Puspitasari Ambarwati; Monty P. Satiadarma; Untung Subroto
Journal of Social and Economics Research Vol 6 No 2 (2024): JSER, December 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v6i2.669

Abstract

Mahasiswa perantau menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang sering kali berbeda dengan lingkungan asalnya. Kesulitan menyesuaikan diri ini dapat memicu perasaan kesepian (loneliness), yang selanjutnya berdampak pada perilaku menunda tugas akademik atau prokrastinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara loneliness dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa perantau di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasional dan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada 393 mahasiswa perantau yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Loneliness Scale oleh de Jong- Gierveld dan Kamphuls dan modifikasi Skala Penundaan Akademik (APS) oleh McCloskey dan Scielzo. Hasil uji Spearman menunjukkan nilai p < 0,05 dengan koefisien korelasi sebesar 0,601, yang berarti terdapat hubungan positif dan signifikan antara loneliness dan prokrastinasi akademik. Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat loneliness pada mahasiswa perantau, semakin tinggi pula kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akademik.
PENGARUH TOXIC RELATIONSHIP DALAM BERPACARAN DENGAN KUALITAS HIDUP DEWASA AWAL Carissa Ratu Nolanda; Monty P. Satiadarma; Untung Subroto
Journal of Social and Economics Research Vol 6 No 2 (2024): JSER, December 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v6i2.671

Abstract

Toxic relationship merupakan fenomena yang kerap terjadi pada individu dewasa awal, ditandai dengan kontrol berlebihan, kekerasan verbal atau fisik, dan manipulasi emosional yang berdampak negatif pada kualitas hidup. Kualitas hidup merupakan penilaian seseorang terhadap tingkat fungsi yang dicapai saat ini dibandingkan dengan standar atau harapan ideal mereka. Penilaian ini mencakup kepuasan terhadap aspek fisik, kemampuan berfungsi, kondisi emosional, serta hubungan sosial, dan bersifat subjektif sehingga hanya dapat diukur melalui sudut pandang pribadi individu tersebut (Cella, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh toxic relationship terhadap kualitas hidup individu dewasa awal menggunakan metode kuantitatif dan teknik purposive sampling. Alat Ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah skala toxic relationship dan kualitas hidup indonesia. Partisipan berjumlah 383 orang, berusia 18-25 tahun dari Jabodetabek dengan pengalaman pacaran minimal enam bulan serta pernah atau sedang mengalami toxic relationship. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 27. Hasil menunjukkan toxic relationship memberikan pengaruh sebesar 18,4% terhadap kualitas hidup dewasa awal.
MENUMBUHKAN JIWA ENTREPRENEUR GENERASI MUDA MENUJU INDONESIA EMAS Wibowo, Ganjar; Manik Sunuantari; Imsar Gunawan; Untung Subroto
JP2N : Jurnal Pengembangan Dan Pengabdian Nusantara Vol. 2 No. 1 (2024): JP2N :September - Desember 2024
Publisher : Yayasan Pengembangan Dan Pemberdayaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62180/qpn8f954

Abstract

Menumbuhkan jiwa entrepreneur pada generasi muda merupakan investasi jangka panjang dalam menciptakan Generasi Indonesia Emas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membentuk calon pemimpin. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka mencetak pemimpin masa depan, pemimpin yang inovatif dan cakap membaca peluang. Generasi muda harus disiapkan sebagai entrepreneur berdasarkan skala prioritas sesuai dengan pengalaman dan kesiapan masing-masing. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah melalui ekstra kurikuler atau proyek sukarela. Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Pondok Pesantren Yatim Piatu Dan Dhuafa Al-Aziz, Kel. Jatimekar, Kec. Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, merupakan lembaga yang memberikan ilmu Tahfiz Alquran secara gratis kepada santri/santriwati. Sekolah tersebut juga memberikan beasiswa pendidikan umum mulai SMP, SMA/sederajat hingga bangku kuliah. Jiwa entrepreneur harus diolah dan dikembangkan secara bertahap, sehingga generasi muda benar-benar siap sebagai pemimpin masa depan. Program pengabdian masayrakat yang dilaksanakan dirancang untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda akan pentingnya komunikasi  inovatif dalam mencetak jiwa kepemimpinan. Kecakapan dalam hal pengenalan diri, kemampuan berkomunikasi dan arti kepemimpinan menjadi hal dasar yang dibentuk sebagai  seorang entrepreneur. Pengenalan diri bertujuan untuk mengenali diri sendiri agar memahami diri tentang kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Pentingnya menanamkan empati juda dapat memberikan dampak psikologis untuk memahami orang lain. Sejak dini anak-anak muda harus mampu mengenali dirinya sendiri, bahkan mampu meraih cita cita yang diinginkan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Generasi muda juga harus diajarkan menentukan pengambilan keputusan yang tepat sesuai situasi dan kondisi. Kata Kunci: Komunikasi Inovatif, Generasi Muda, Jiwa Entrepreneur, Indonesia Emas  
GAMBARAN TINGKAT PERILAKU AGRESIF BERKENDARA SAAT MACET PADA DEWASA AWAL Maria Monica; Visaka Rani, Phung Mulan; Supardi, Evelyne Joenett; Tria Amelia; Untung Subroto
Journal of Social and Economics Research Vol 5 No 2 (2023): JSER, December 2023
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v5i2.109

Abstract

Dalam keadaan lelah lalu terjebak pada kemacetan yang bisa menjadi salah satu penyebab stres, seseorang bisa saja menimbulkan sikap agresif pada tatkala stres. Sebuah studi mendapatkan fakta bahwa pengemudi yang berperilaku agresif pada saat berkendara menunjukan bahwa tingkat stres berkendara yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengemudi yang tidak berperilaku agresif berkendara pada studi Shamoa-nir dan Koslowsky (2010). Agolla and Ongori (2009) menyatakan bahwa stres pada perempuan lebih tinggi ketimbang laki-laki, hal ini disebabkan laki-laki menggunakan defense mechanism berbasis ego agar mereka lebih santai tatkala menghadapi stres. Namun, pada penelitian Pardamean dan Lazuardi (2019) menyatakan tingkatan stres pada laki-laki lebih tinggi (57,2%) ketimbang perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki berumur 20-40 tahun. Hasil dari penelitian mengungkapkan tingkat agresif mengemudi pada dewasa awal yang berusia 20-40 tahun berada di taraf sedang. Selain itu, korelasi antara usia dengan tingkat agresif berkorelasi positif yang berarti semakin tua usia individu maka semakin tinggi pula tingkat agresif mengemudi individu.
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Fanny Febrianti; Untung Subroto
Journal of Social and Economics Research Vol 5 No 2 (2023): JSER, December 2023
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v5i2.183

Abstract

Keluarga merupakan bagian yang terpenting dalam menunjang tumbuh kembang anak. Tentu adanya perbedaan antara masing-masing orang tua dalam berkomunikasi kepada anak. Bentuk komunikasi ini dapat berdampak pada perilaku anak di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pola asuh dengan komunikasi interpersonal pada remaja SMA X di Bekasi. Penelitian ini dilakukan pada 303 siswa-siswi dengan rentang usia 14-18 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Alat ukur rasa syukur yang digunakan adalah The Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ) dan alat ukur komunikasi interpersonal. Berdasarkan uji beda Kruskal-Wallis Test diketahui bahwa hasil yang diperoleh sebesar 0.000 < 0.05 dengan artian ada hubungan positif signifikan antara pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif dengan komunikasi interpersonal pada remaja SMA. Artinya jika pola asuh yang didapatkan baik maka tingkat komunikasi interpersonalnya juga akan tinggi. Sebaliknya apabila pola asuh remaja buruk maka, semakin rendah tingkat komunikasi interpersonalnya. Melalui penelitian ini juga disimpulkan bahwa yang memiliki tingkat komunikasi interpersonal tinggi adalah remaja yang memiliki pola asuh otoratif.