Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Counseling Guidance From Islamic Perspective, An Ontological View Dadang Hamdan Iskandar; Widhya Nusantari; Imas Kania Rahman; Abdul Hayyie Alkattani
Tasfiyah: Jurnal Pemikiran Islam Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/tasfiyah.v6i1.7652

Abstract

Expanding the definition of Counseling guidance in Islam is not easy, moreover, the nature of counseling guidance in Islam is the integration of religion, theory, and e intersection with the reality of the surrounding actors. In historical light, the difference between Islamic counseling and counseling, in general, is in the possibility of influencing or being influenced. The purpose of this study is to develop the definition of counseling guidance in Islam, a study of Islamic and conventional philosophical thought patterns, and the dynamics of a comprehensive formulation effort. Research using literature (library research). This type of research includes a qualitative description in the literature and sources and or recent findings regarding counseling guidance. The nature of this literature research is a critical and historical study. Data collection in the form of symbolic verbal. The results showed that the formulation of the definition of counseling guidance of Islam has shown firmness on the mission of Islam. The elements of the definition in Counseling guidance of Islam, at least include: (1) services that are proactive, not apathetic or passive, (2) carried out by experts, (3) carried out to individuals, both in individual and group and mass counseling, (4) in the form of advice, support, and advice in accordance with the religious rules of the Qur'an, Sunnah and their derivatives, (5) aimed at self-development, preventing blasphemy and solving problems so that individuals can optimize their potential, (6) paying attention to physical, spiritual and environmental aspects, and ( 7) accomplish happiness in the existence of this world and the hereafter
Manajemen Peserta Didik dalam Program Tahsin Membaca Al-Qur’an di SMAIT Ummul Quro Ujang Ahmad Yani; Budi Handrianto; Abdul Hayyie Al Kattani
TADBIR MUWAHHID Vol. 6 No. 1 (2022): Tadbir Muwahhid
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jtm.v6i1.5333

Abstract

Permasalahan yang menjadi penyebab peserta didik pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) belum mampu membaca Al-Qur’an adalah adanya perasaan malu yang dimiliki peserta didik untuk belajar membaca Al-Qur’an, dikarenakan di perkampungan-perkampungan saat ini sudah jarang sekali para remaja untuk belajar mengaji, tidak jarang ketika pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi Al-Qur’an para peserta didik tidak masuk kelas karena takut mendapat giliran membaca Al-Qur’an. Maka dari itu diperlukan pengelolaan yang baik agar peserta didik mengikuti program untuk menuntaskan baca Al-Qur’an. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik dalam menuntaskan baca Al-Qur’an yang berhubungan dengan peserta didik yaitu manajemen peserta didik dalam program tahsin membaca Al-Qur’an. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen peserta didik dalam membaca Al-Qur’an di SMAIT Ummul Quro, yang memiliki keunggulan dalam program tahsin dalam penerapan metode yang dikembangkan sendiri yaitu metode Nuri (Cahayaku). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah selanjutnya adalah teknik analisis data reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tahapan manajemen peserta didik yang diterapkan meliputi: (1) analisis kebutuhan peserta didik dengan mempertimbangkan ketersediaan ruang kelas dan tenaga pengajar, (2) penerimaan peserta didik baru meliputi pembentukan panitia, menetapkan kuota daya tampung, membuat persyaratan calon peserta didik baru, jadwal pendaftaran, jadwal seleksi, dan jalur pendaftaran peserta didik baru, (3) seleksi peserta didik meliputi jalur reguler dan jalur prestasi yang dibagi kepada prestasi hafalan Al-Qur’an, akademik dan non akademik, (4) orientasi peserta didik dengan melakukan beberapa kegiatan seperti dauroh Al-Qur’an, motivasi Al-Qur’an, matrikulasi materi tahsin, danmetode menghafal Al-Qur’an, (5) pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan membaca Al-Qur’an, (6) pembinaan dan pengembangan; bagi peserta didik yang belum tuntas ujian tahsin akan dicekal mengikuti ujian akademik dan diberikan pembinaan melalui pelajaran tambahan, jika dengan pelajaran tambahan masih belum tuntas maka disarankan untuk mengikuti bimbingan belajar dengan menghadirkan guru ngaji ke rumahnya (7) pencatatan dan pelaporan berupa format perkembangan dan penilaian capaian tahsin serta di akhir semester melaporkan hasil belajar peserta didik melalui raport dari dinas pendidikan, (8) kelulusan dan alumni; peserta didik dinyatakan lulus dari program tahsin membaca Al-Qur’an apabila telah menuntaskan jilid 1 sampai 4, gharib dan tajwid. 
مناهج التربية الأخلاقية في معهد تحفيظ القرآن للثانوية Jurais Mahali; Ahmad Alim; Abdul Hayyie Al-kattaniy
Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 4, No 01 (2021): Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/im.v4i01.935

Abstract

Islam is a very respectful religion good morals. But in reality there are still many from muslim communities do not uphold morals the morals taught by the prophet shalallahu ‘Alaihi wasalam, there are many moral violations among the younger generation, such as being arrogant, indifferent, promiscuity, atc. This is what encourages the writer to explor the inner moral education curriculum in the book riyadhu As-Sholihin for senior secondary high school education institutions for the upper secondary level of the tahfidz Al-Qur’an. This research is a literature study with a content analysis approach. This research produces a moral education curriculum, some of wich will be described in this article, namely sincere in words and deeds, repent, patient, piety, amar ma’ruf nahi munkar, and tawadu.
PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN AKHLAK SYAIKH UTSAIMIN DI SDIT AL-HIDAYAH BOGOR Abdul Jabar Idhaudin; Akhmad Alim; Abdul Hayyie Al Kattani
Jurnal As-Salam Vol. 3 No. 3 (2019): Jurnal As-Salam
Publisher : Asosiasi Dosen Perguruan Tinggi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37249/as-salam.v3i3.137

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi terjadinya kemerosotan akhlak pada jenjang pendidikan sekolah dasar yang disebabkan adanya pembaratan terhadap dunia pendidikan yang mendeislamisasi sendi kehidupan umat Islam. Penelitian ini dirumuskan untuk mendeskripsikan Penerapan Model Pendidikan Akhlak Syaikh Utsaimin di SDIT Al-Hidayah Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi tokoh dan studi kasus. Penelitian ini menghasilkan pembahasan mengenai Penerapan Model Pendidikan Akhlak Syaikh Utsaimin di SDIT Al-Hidayah Bogor sebagai berikut: landasannya al-Qur’?n, al-Hadits, dan ijtihad yang dinternalisasikan melalui visi dan misi sekolah, tujuannya mewujudkan peserta didik berakhlak mulia dan membangun budaya Islami dalam setiap unsur pendidikan, kurikulumnya berdimensikan mata pelajaran dan program sekolah yang bertumpu pada penanaman nilai-nilai akhlak, metodenya penanaman nilai akhlak dalam al-Qur’?n dan al-Hadits, pembiasaan meneladani akhlak Rasulullah, metode kisah, keteladanan, targhib dan tarhib, serta kemitraan sekolah dalam mengawal akhlak peserta didik, evaluasinya pengawasan sikap peserta didik melalui observasi selanjutnya dicatat dalam buku jurnal sikap, dan direkap pada buku laporan hasil belajar yang diiringi dengan pembinaan akhlak dalam memperhatikan faktor keberhasilan dan penghambat pendidikan akhlak.
PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN AKHLAK SYAIKH UTSAIMIN DI SDIT AL-HIDAYAH BOGOR Abdul Jabar Idhaudin; Akhmad Alim; Abdul Hayyie Al Kattani
Jurnal As-Salam Vol. 3 No. 3 (2019): Jurnal As-Salam
Publisher : Asosiasi Dosen Perguruan Tinggi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.81 KB) | DOI: 10.37249/as-salam.v3i3.137

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi terjadinya kemerosotan akhlak pada jenjang pendidikan sekolah dasar yang disebabkan adanya pembaratan terhadap dunia pendidikan yang mendeislamisasi sendi kehidupan umat Islam. Penelitian ini dirumuskan untuk mendeskripsikan Penerapan Model Pendidikan Akhlak Syaikh Utsaimin di SDIT Al-Hidayah Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi tokoh dan studi kasus. Penelitian ini menghasilkan pembahasan mengenai Penerapan Model Pendidikan Akhlak Syaikh Utsaimin di SDIT Al-Hidayah Bogor sebagai berikut: landasannya al-Qur’?n, al-Hadits, dan ijtihad yang dinternalisasikan melalui visi dan misi sekolah, tujuannya mewujudkan peserta didik berakhlak mulia dan membangun budaya Islami dalam setiap unsur pendidikan, kurikulumnya berdimensikan mata pelajaran dan program sekolah yang bertumpu pada penanaman nilai-nilai akhlak, metodenya penanaman nilai akhlak dalam al-Qur’?n dan al-Hadits, pembiasaan meneladani akhlak Rasulullah, metode kisah, keteladanan, targhib dan tarhib, serta kemitraan sekolah dalam mengawal akhlak peserta didik, evaluasinya pengawasan sikap peserta didik melalui observasi selanjutnya dicatat dalam buku jurnal sikap, dan direkap pada buku laporan hasil belajar yang diiringi dengan pembinaan akhlak dalam memperhatikan faktor keberhasilan dan penghambat pendidikan akhlak.
Educational Thought Adian Husaini: Concepts and Practices Muhammad Kholid; Nesia Andriana; Abdul Hayyie Alkattani; Wido Supraha
At-Ta'dib Vol 17, No 1 (2022): Approaches, Strategies, Methods and Islamic Education
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v17i1.7892

Abstract

Educating human beings to be a believer, righteous and noble is included in Indonesian educational orientation. Nonetheless, this objective has been eroded by materialistic culture, particularly in the education environment. There are evident efforts to westernize national education by adopting the western education model, which is secular. Adian Husaini is an education thinker who has been criticizing this phenomenon and offering a solution of an educational concept and application based on ethics. This paper employs a mixed research methodology. The research includes an analysis of the paper works of Adian Husaini and a field study at the At-Taqwa boarding school led by Adian Husaini. The research reveals that the educational concept of Adian involves placing ethics and novelty on top of knowledge. The concept also holds a knowledge hierarchy in which knowledge of fard al-ayn (legal obligations that must be performed by each individual Muslim) is higher than selected knowledge of fard al-kifayah (principle of communal obligation) which is relevant to community development. At-Taqwa boarding school has been successful in some aspects in implementing educational concepts based on ethics. To conclude, Adian Husaini's thinking of education is relevant to adopt as an alternative basis for formulating the roadmap of national education.
Islamic Guidance And Counseling Concept For Family Life Readiness Among High School Teenagers Nurul Choiriyah; Abdul Hayyie Al-Kattani
Prophetic guidance and counseling journal Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Bimbingan Konseling dan Pendidikan Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1239.911 KB) | DOI: 10.32832/pro-gcj.v1i1.2918

Abstract

This article explains the concept of Islamic guidance and counselling to help high school students build readiness for marriage and having family life. Marriage and family life readiness is one of aspects in Competency Standards of Independence (SKK) that must be achieved by students at high school level.This concept is similar to the phases and tasks of adolescent development which begin to enter the early adult development phase. The researchers did not find any particularly studies that discuss the concept of Islamic guidance and counseling to help marriage readiness and family life for high school students. Despite the fact that the theme is important to be discussed for further elucidation,the problems eventuates among adolescents, such as premarital sex. The research is conducted by library research method. To support information requirements, researchers also conduct document observations and in-depth interviews with  marriage counselor in Religious Affairs Office (KUA), high school principals, as well as high school guidance counselor and school counselor. The concept of guidance and counselling answers the need and solutions to the problems of adults at the high school level. This also helps to understand family life responsibilities and functions, the concept of reproductive health, what appropriate sexual behaviour is, family norms and relationships between family members.
Islamic Guidance and Counseling Program of Marriage and Family Self Readiness for FAI UIKA Bogor Students Gemi Wulandari; Abdul Hayyie Al Kattani
Prophetic guidance and counseling journal Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Bimbingan Konseling dan Pendidikan Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.167 KB) | DOI: 10.32832/pro-gcj.v1i2.3384

Abstract

Dating activity is widespread among students even to the point of having an abusive relationship. Dating is an activity to find a partner that is not recommended in Islam. This study aims to find out how the implementation of Islamic guidance and counseling programs of marriage and family self-readiness for FAI UIKA Bogor students. This research was conducted in the Faculty of Islamic Religion (FAI) of the University of Ibn Khaldun (UIKA) Bogor. The research method is descriptive qualitative with a field research approach. Data collection and analysis are collected from interview, observation and documentation techniques. The primary sources in this study is the coordinator and person in charge of guidance and counseling services at FAI UIKA and three students who were married. While the secondary data sources are the Dean, Deputy Dean, Lecturer, and Chair of BEM FAI, as well as three unmarried FAI students. Based on the results of the interviews, observations and documentation it could be concluded that the readiness program of marriage and family at FAI UIKA is implemented as an effort to overcome various cases of dating behavior among FAI UIKA students. The program implementation consists of four components: basic guidance services, responsive services, individual planning, and system support.AbstrakKegiatan pacaran tersebar luas di kalangan mahasiswa bahkan sampai pada titik hubungan yang melecehkan. Pacaran adalah kegiatan mencari jodoh yang tidak dianjurkan dalam Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling Islam perkawinan dan kesiapan diri keluarga pada mahasiswa FAI UIKA Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan. Pengumpulan dan analisis data dikumpulkan dari teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Narasumber utama dalam penelitian ini adalah koordinator dan penanggung jawab layanan bimbingan dan konseling di FAI UIKA dan tiga orang mahasiswa yang sudah berkeluarga. Sedangkan sumber data sekunder adalah Dekan, Wakil Dekan, Dosen, dan Ketua BEM FAI, serta tiga mahasiswa FAI yang belum menikah. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa program kesiapan pernikahan dan keluarga di FAI UIKA dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kasus perilaku pacaran di kalangan mahasiswa FAI UIKA. Pelaksanaan program terdiri dari empat komponen: layanan bimbingan dasar, layanan responsif, perencanaan individu, dan dukungan sistem.
Asalib At-Tarbiyah Al-Mustanbathah Min As-Surah Al-Ghosyiyah Jurais Mahali; Abdul Hayyie Al-Kattani
Rayah Al-Islam Vol 4 No 02 (2020): Rayah Al-Islam Oktober 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/rais.v4i02.333

Abstract

The holly quran is the constitution of the Islmamic nation, the quran descent from the preserved tablet to the sky of the world, then the hostel with Gabriel Alaihi salam for the sake of the creature and the most honorable people of the prophet Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam it is the first source of Islamic law legislation. And Islamic education activities need pedagogy methods from the Quran and Sunnah. These methods are very important because the divine methods were revealed from Allah, who is the Creator of mankind, the knower of what He created. Today, many educators did not use the Islamic education method, not knowing it, He raised a generation without the Islamic education curriculum and Islamic education methods, from which a generation is born that does not know God’s right to it. For this reason, the author has demonstrated these methods of divine education from Surah Al-Ghasyah.
Konsepsi Manusia Seutuhnya Dalam Kitab al-Insan al-Kamil Karya Abdul Karim al-Jili Haris Kurniawan; Abas Mansur Tamam; Abdul Hayyie Al-Kattani
Rayah Al-Islam Vol 5 No 01 (2021): Rayah Al-Islam April 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/rais.v5i1.384

Abstract

Abstrak Dalam pandangan Islam, pendidikan yang utama adalah yang dapat memanusiakan manusia sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. Pendidikan yang dapat menempatkan manusia pada relnya. Pendidikan yang dapat mengangkat jati diri manusia sehingga mendapatkan esensinya sebagai manusia, menjadi manusia seutuhnya, manusia yang dapat menjalankan peran dan fungsinya, baik secara vertikal sebagai hamba Allah (abdullah), maupun secara horizontal dalam hubungan sosial kemanusiaan (khalifatullah). Fokus dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsep Manusia Seutuhnya dalam Kitab al-Insan al-Kamil karya Abdul Karim al-Jili. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif non interaktif, jenis penelitian studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan analisis konten (content analysis) dan analisis historis (history analysis). Insan kamil merupakan ajaran tasawuf al-Jili yang merupakan pengembangan dari konsep tasawuf Ibn ‘Arabi yaitu wahdat al-wujud. Pandangan mengenai wahdat al-wujud tidak dimaknai secara leterlek/tekstual bersatunya dua dzat yang berbeda ke dalam satu wujud, melainkan suatu makna di mana seorang sufi dapat menyerap asma’ dan sifat-sifat Tuhan sebanyak-banyaknya (al-Takhalluq bi akhlaq Allah) sehingga terjadinya transformasi spiritual. Seorang sufi mengalami fana’ dalam asma’, sifat, dan dzat Tuhan. Seluruh gerak langkah dalam kehidupannya senantiasa dipusatkan pada apa yang diinginkan Tuhan (ridha’ Allah). Abstract In the view of Islam, the main education is that which can humanize humans according to their human nature. Education that can put humans on the rails. Education that can elevate human identity so that it gets its essence as a human being, becoming a perfect human being, a human being who can carry out his roles and functions, both vertically as servants of Allah (abdullah), and horizontally in human social relations (khalifatullah). The focus of this research is to analyze the concept of the Perfect Man in the Book al-Insan al-Kamil by Abdul Karim al-Jili. The method used in this research is a non-interactive qualitative research method, a type of library research using content analysis and historical analysis. Insan kamil is the teaching of tasawuf al-Jili which is the development of the concept of tasawuf Ibn 'Arabi, namely wahdat al-wujud. The view of wahdat al-wujud is not interpreted textually by the union of two different beings into one form, but rather a meaning in which a sufi can absorb as much asthma 'and God's attributes as possible (al-Takhalluq bi akhlaq Allah) so that it occurs. spiritual transformation. A Sufi experiences fana 'in asthma', the nature, and essence of God. All the steps in his life are always focused on what God wants (rida’ Allah).