Ida Nyoman Tri Darma Putra
Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Empowerment of Songket Woven Craftsmen: Qualitative Study of Creative Economy in Sukarara Village, Indonesia Edhu Bagas Tantawi; I Wayan Suteja; Ihyana Hulfa; Ida Nyoman Tri Darma Putra; Uwi Martayadi
Advances in Tourism Studies Vol. 1 No. 1 (2023): Advances in Tourism Studies
Publisher : Centre for Tourism Studies and Journal Publication of Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/ats.v1i1.9

Abstract

This qualitative study examines the potential of the creative economy in Sukarara Village, Indonesia, by empowering Songket woven fabric craftsmen in tourism. The research question is to explore how empowering Songket craftsmen in tourism can revive the industry and promote the creative economy in Sukarara Village. The study was conducted in Sukarara Village, Jonggat District, Central Lombok Regency, West Nusa Tenggara, and data was collected through interviews, observations, and documentation. The participants included Songket woven fabric craftsmen, traditional institution members, and local community members involved in tourism activities. The data collection techniques used were semi-structured interviews, open-ended interviews, participant observation, and document analysis. The study's findings reveal that tourism activities based on the creative economy in Sukarara Village include weaving Songket fabrics, studying motifs and production, traditional customs, marketing, and management. The community involvement in empowering the craftsmen includes developing traditional institutions, arts, cadet's corals, and weaving patents. The study highlights the practical implications of empowering Songket craftsmen in tourism, such as boosting the local economy and promoting cultural heritage. In conclusion, this study provides insights into how the creative economy can be harnessed through tourism to revive traditional crafts and promote community development
IMPLEMENTASI CHSE PADA RESTORAN DAN RUMAH MAKAN DI KAWASAN WISATA SENGGIGI KABUPATEN LOMBOK BARAT I Putu Gede; Ida Nyoman Tri Darma Putra; Indra Pati; Putu Ayu Pratiwi
Media Bina Ilmiah Vol. 18 No. 1: Agustus 2023
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sektor pariwisata memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan sektor ekonomi, juga merupakan salah satu sumber penghasil devisa andalan. Di Kabupaten Lombok Barat banyak daya wisata alam, budaya dan buatan tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan menonjolkan eksotisme wisata masing-masing seperti Senggigi, Cemara, Sekotong dan yang lainnya. Dengan kondisi pandemic Covid 19 praktis tingkat kunjungan wisata menjadi permasalahan tersendiri karena adanya pelarangan bepergian atau bepergian dengan sejumlah syarat maupun protocol kesehatan melalui penerapan cleans, healty, safty, enveroment (CHSE) baik bagi pengunjung maupun para pelaku dan jasa usaha pariwisata. Tujuan penelitian secara umum untuk menganalisis implementasi CHSE pada restoran dan rumah makan di kawasan wisata Senggigi kabupaten Lombok Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodete kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survey dan koesioner yang dianalisis dengan deskriptif kualitatif Hasil penelitian menunjukan minimnya pelaksanaan implementasi dari CHSE pada restoran atau rumah makan di kawasan wisata Senggigi Kabupaten Lombok Barat. Terdapat 231 restoran dan rumah makan dengan rincian 31 resoran dan rumah makan yang berijin di kecamatan Batulayar, dan 3 restoran dan rumah makan yang tidak berijin dengan 1.830 kapasitas tempat duduk, hamp1r 50 % tidak beroperasi dan terancam bangkrut sehingga ketersediaan restoran dan rumah makan selama covid 19 yang masih eksis beroprasi sekitar 20 % atau 45 restoran dan rumah makan. Implementasi CHSE yang menjadi persyaratan restoran yang masih beroperasi juga sangat kecil dimana restoran dan rumah makan hanya 5 % yang mengimplementasi CHSE itupun restoran yang terkait langsung dengan restoran dan rumah makan di dalam hotel, sedangkan restoran dan rumah makan diluar hotel belum melaksanakan karena keterbatasan informasi dari pemangku kepentingan.
PENGEMBANGAN POTENSI BUDAYA WAYANG KULIT SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI DESA BONJERUK KABUPATEN LOMBOK TENGAH Zaenun Nasri; I Made Suyasa; Ida Nyoman Tri Darma Putra
Journal Of Responsible Tourism Vol 3 No 1: Juli 2023
Publisher : Program Studi S1 Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/jrt.v3i1.2730

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang Potensi budaya wayang kulit dan Strategi pengembangan budaya wayang kulit sebagai daya tarik wisata di Desa Wisata Bonjeruk. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi pengembangan budaya wayang kulit sebagai daya tarik wisata dan strategi pengembangan potensi budaya wayang kulit sebagai daya tarik wisata di Desa Wisata Bonjeruk. Penelitian ini disajikan secara deskriptif yaitu menggambarkan dari informasi tentang Budaya Wayang Kulit di Desa Wisata Bonjeruk. Adapun metode pengumpulan data yang diajukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa, Budaya Wayang Kuli di Desa Bonjeruk sangat menarik dan layak untuk dikembangkan karena masih kuatnya adat dalam mempertahankan wayang dalam melaksanakan aktivitas perwayangan seperti melakukan ritual khusus. Dalam pengembangan Budaya Wayang Kulit di Desa Wisata Bonjeruk ini ternyata masih mengalami berbagai kendala yang ada, antara lain, Kendala dari kualitas sumber daya manusia terutama dalam kaitan regenerasi wayang kulit, dan fasilitas pendukung kegiatan pertunjukan wayang kulit yang masih belum memadai. Kesimpulan yang dapat diambil adalah Potensi Budaya Wayang Kulit di Desa Wisata Bonjeruk sangat layak untuk dikembangkan, agar dapat dikenal oleh khalayak umum dan peran masyarakat setempat khususnya generasi muda dan pihak pengelola wayang kulit dalam strategi pengembangan budaya wayang kulit tersebut sangat diperlukan agar tercipta kawasan wisata yang potensial untuk dikunjungi.
Assessing Visitor Satisfaction and Service Quality at Impos Beach: A 2022 Study in North Lombok Regency Rizal Rizal Pratama; Ida Nyoman Tri Darma Putra; Muhammad Azizurrohman
Advances in Tourism Studies Vol. 1 No. 3 (2023): Advances in Tourism Studies
Publisher : Centre for Tourism Studies and Journal Publication of Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/ats.v1i3.25

Abstract

This research explores the vital aspect of service quality in tourism development, focusing on Impos Beach located in Medana Village, Tanjung District, North Lombok Regency. With the aim of assessing visitor satisfaction, this quantitative descriptive study seeks to evaluate the quality of service at Impos Beach, a prominent tourist attraction in North Lombok Regency. The research employs a multi-method approach, utilizing questionnaires, interviews, observations, and documentation for data collection. A random sampling technique was used, resulting in 115 respondents out of a population of 28,800 visitors. Data analysis involved frequency analysis and average calculations. The collective results, derived from the assessment of five service quality variables comprising 14 question indicators, yielded an overall satisfaction score of 3.74, categorizing visitor satisfaction as 'satisfied.' This study offers valuable insights into the quality of service at Impos Beach, with implications for tourism management and development in the region. However, the study's limitations must be considered when interpreting the findings
Problems and Challenges in Designing ESP Course for Hospitality and Tourism Students of STP Mataram Ida Nyoman Tri Darma Putra; Ulfan Mulyawan
Jo-ELT (Journal of English Language Teaching) Fakultas Pendidikan Bahasa & Seni Prodi Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Vol 11, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Culture, Management, and Business Universitas Pendidikan Mandalika (UNDIKMA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jo-elt.v11i1.11329

Abstract

The objective of this study is to identify the difficulties and obstacles that instructors encounter when designing ESP English course for tourism students. Communication with foreigners was deemed by the majority of Lombok's stakeholders to be the most formidable challenge to the local community. Students have to be able to speak and write English because of how quickly knowledge and information spreads in this globalized world. To accommodate the requirements of students, English for Specific Purposes (ESP) is structured. In this study, the ESP lecturers at STP Mataram are degrees in education and/or language; hence, it is doubtful that they have specific understanding of the subjects that the students are studying. It could be challenging for the lecturers at STP Mataram to manage and design course with relevant activities in the classroom, much less respond to questions about subjects, technical terms, and ideas that they don't fully understand. Not only do lecturers face difficulties in creating materials in realistic forms, but they also face difficulties in choosing texts or other resources based on their own degree of expertise in the subject. In teaching the class efficiently, ESP lecturers must also develop the syllabus, supply the necessary materials, work with subject/content specialists, carry out research, and assess the students and the course. A thorough need analysis will enable the course designer to create a unique, appropriate course for the students and consider the students' prior knowledge of how to use English language.