Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KULTUR JARINGAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) DI MEDIA BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN THALLUS satriani, gloria ika; Maidie, Asfie; Handayani, Sri; Suryati, Ema
Jurnal Harpodon Borneo Vol 10, No 1 (2017): Volume 10 No. 1 April 2017
Publisher : Jurnal Harpodon Borneo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.635 KB) | DOI: 10.35334/harpodon.v10i1.187

Abstract

The aims of this experiment are to know the effect of different medium to seaweed (G. verrucosa) cultured in vitro expressed total number of thallus. The experiment was conducted in the Biotechnology Laboratory of Research Institute for Coastal Aquaculture (RICA) Maros, South Sulawesi. The experiment was arranged in Completely Randomized Design (CRD) with 10 replications and 4 treatments of medium, those are: Sterile Sea Water / SSW 25 ppt, Prevasoli ES Medium / PES, Agrodyke / AG, and Conwy / CW. The last analyze was Least Significant Difference (LSD) to know the best medium to support total number of thallus. The result of the experiment shows that the highest total number of thallus was achieved by SWS (3,75). Keywords: Gracilaria verrucosa, tissue culture, thallus, medium
Evaluation on Biofilter in Recirculating Integrated Multi-Trophic Aquaculture S. Sumoharjo; Asfie Maidie
International Journal of Science and Engineering Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : Chemical Engineering Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.392 KB) | DOI: 10.12777/ijse.4.2.80-85

Abstract

Integrated multi-trophic aquaculture pays more attention as a bio-integrated food production system that serves as a model of sustainable aquaculture, minimizes waste discharge, increases diversity and yields multiple products. The objectives of this research were to analyze the efficiency of total ammonia nitrogen biofiltration and its effect on carrying capacity of fish rearing units. Pilot-scale bioreactor was designed with eight run-raceways (two meters of each) that assembled in series. Race 1-3 were used to stock silky worm (Tubifex sp) as detrivorous converter, then race 4-8 were used to plant three species of leaf-vegetable as photoautotrophic converters, i.e; spinach (Ipomoea reptana), green mustard (Brassica juncea) and basil (Ocimum basilicum). The three plants were placed in randomized block design based on water flow direction. Mass balance of nutrient analysis, was applied to figure out the efficiency of bio-filtration and its effect on carrying capacity of rearing units. The result of the experiment showed that 86.5 % of total ammonia nitrogen removal was achieved in 32 days of culturing period. This efficiency able to support the carrying capacity of the fish tank up to 25.95 kg/lpm with maximum density was 62.69 kg/m3 of fish biomass productionDoi: http://dx.doi.org/10.12777/ijse.4.2.2013.80-85 [How to cite this article: Sumoharjo, S.  and Maidie, A. (2013). Evaluation on Biofilter in Recirculating Integrated Multi-Trophic Aquaculture.  International Journal of  Science and Engineering, 4(2),80-85. Doi: http://dx.doi.org/10.12777/ijse.4.2.2013.80-85]
PEMANFAATAN KOLAM PENGENDAP TAMBANG BATUBARA UNTUK BUDIDAYA IKAN LOKAL DALAM KERAMBA Asfie Maidie; Deni Udayana; Isriansyah Isriansyah; Ismail Fahmy Almady; Adi Susanto; Komsanah Sukarti; Sulistiawaty Sulistiawaty; Imanuel Manege; Evie Tular
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.32 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.437-448

Abstract

Uji coba budidaya dalam keramba telah dilakukan untuk mengetahui kelayakan kolam pengendap tambang batubara untuk areal budidaya ikan bagi masyarakat sekitar apabila kegiatan tambang telah ditutup, serta untuk mengetahui apakah produk ikan yang dihasilkan cukup aman untuk dikonsumsi manusia. Percobaan dilakukan pada bekas kolam pengendap DS2 milik PT KPC, dengan mengunakan 5 buah keramba apung berukuran 3 m x 1 m x 1 m yang dalam setiap keramba ditebar benih dari alam untuk ikan repang (Barbodes schwanenfeldii) ukuran rata-rata 20,2 g; puyau (Osteichilus kappenii) ukuran 66,1 g; dan mas (Cyprinus carpio) ukuran 28,96 g dari pemijahan di laboratorium sebanyak masing-masing 200 ekor, serta pepuyu (Anabas testudineus) ukuran rata-rata 41,4 g dari alam sebanyak 50 ekor, udang galah (Macrobrachium rosenbergii) ukuran 113,8 g juga dari alam sebanyak 50 ekor. Pakan diberikan secara sampai kenyang (ad libitum). DO, pH, suhu, DHL, dan kekeruhan diukur harian, sedangkan ikan diukur pertumbuhan bobotnya. Setelah dipelihara selama 4 bulan dan memenuhi ukuran konsumsi, ikan dan udang diperiksa kandungan Sb, Se, As, Hg, Mn, Cd, Fe, Cu, Pb, dan Zn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bekas kolam pengendap tambang batubara cukup layak untuk dikembangkan sebagai areal budidaya ikan dengan memberikan pertumbuhan bobot populasi sebesar 570,79% (repang, SR: 95%), 202,57% (puyau, SR: 97%), 573% (mas, SR: 2,5%), 238,92% (udang galah, SR: 10%), 447,10% (pepuyu, SR: 14%) dan produknya cukup aman untuk dikonsumsi, dengan kandungan Sb (0,24-2,45 mg/L, rasio terdeteksi dari sample: 100%), Se (0,00-0,06, 57,14%), As (tidak terdeteksi/ttd), Hg (0,00-0,06 mg/L, 50%), Mn (ttd-1,68 mg/L, 14,29%), Cd (ttd), Fe (ttd-5,45 mg/L, 7,14%), Cu (ttd), Pb (ttd), dan Zn (7,82-61,50 mg/L, 100%).The experiment was conducted to study the feasibility of settling or sedimentation pond of coal mining to be used for culturing fish in net cage for local people post  mining activities. Experimental 3 m x 1 m x 1 m of 5 floating net cages were located in DS 2, an abandoned settling pond owned by Kalimantan Timur Prima Coal (KPC). Each cage was stocked with natural barb seed (Barbodes schwanenfeldii) with mean weight of 20.2 g, fresh water carp or puyau (Osteichilus kappenii) with mean weight of 66.1 g, and common carp (Cyprinus carpio) with mean weight of 28.96 g from fish hatchery with density of 200 seeds per species per cage, wild seed of climbing pearch (Anabas testudineus) with mean weight of 41.4 g and density of 50 seeds per cage, and giant prawn (Macrobrachium rosenbergii) with mean weight 113.8 g and density of 50 seeds per cage. The fishes were feed ad libitum. Water quality parameters were measured daily consisting of DO, pH, temperature, conductivity, and turbidity, while fish growth was determined by measuring its weight. After 4 months of rearing and reached marketable size, the fish were then measured for the evidence of Sb, Se, As, Hg, Mn, Cd, Fe, Cu, Pb, and Zn. The result shows that the settlement pond of coal mining is feasible to rear fish in cage. The recorded fish growths were 570.79% for barb fish with survival rate/SR: 95%, 202.57% for local carp with SR: 97%, 573% for common carp with SR:2.5%), 238.92% for giant prawn with SR:10%), 447.10% for climbing perch with SR:14%. All of the reared fish are safe to be consumed because they have normal content of Sb (0.24 to 2.45 mg/L, and detected ratio in all sample was: 100%), Se (0.00 to 0.06; 57.14%), As (not detected/nd), Hg (0.00 to 0.06 mg/L, 50%), Mn (nd to 1,68 mg/L, 14.29%), Cd (nd), Fe (nd-5.45 mg/L, 7.14%), Cu (nd), Pb (nd), and Zn (7.82-61.50 mg/L, 100%).  
PENYISIHAN LIMBAH NITROGEN DARI SISTEM AKUAKULTUR MULTITROFIK TERPADU MENGGUNAKAN TANAMAN SAYUR SEBAGAI KONVERTER FOTOAUTOTROF Sumoharjo Sumoharjo; Asfie Maidie; Qoriah Saleha; Erwiantono Erwiantono; Erwin N. Fahlefi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.327 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.3.2013.393-401

Abstract

Tiga spesies tanaman sayur, kangkung darat (Ipomoea reptana), sawi (Brassica juncea), dan kemangi (Ocimum basilicum) dibandingkan guna mengonversi ammonium dan nitrat nitrogen dari sistem akuakultur. Tanaman tersebut ditanam secara hidroponik menggunakan teknik rakit (rafting technique) dengan tata letak rancangan acak kelompok lengkap (RAKL). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tingkat konversi nitrogen oleh ketiga jenis tanaman berbeda secara nyata dengan tingkat retensi nitrogen tertinggi pada tanaman kangkung sebesar 0,73±0,28 g; diikuti oleh kemangi (0,30±0,17 g); dan terakhir oleh sawi (0,03±0,07 g). Secara keseluruhan ketiga tanaman mampu menyisihkan limbah nitrogen sebesar 6,70% dari total produksi TAN dari sisa metabolisme ikan yang dibudidayakan.
PENGEMBANGAN PEMBENIHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus) UNTUK SKALA RUMAH TANGGA Asfie Maidie; Sumoharjo Sumoharjo; Sri Widowati Asra; Muhammad Ramadhan; Dwi Nugroho Hidayanto
Media Akuakultur Vol 10, No 1 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.029 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.1.2015.31-37

Abstract

Penelitian pengembangan pembenihan ikan betok (Anabas testudineus) untuk skala rumah tangga telah dilakukan untuk mengatasi sulitnya ketersediaan benih ikan betok untuk keperluan budidaya di Kalimantan Timur. Sebanyak tiga orang warga Kota Samarinda telah dipilih untuk mengembangkan pembenihan ikan betok selama delapan bulan. Sebanyak 20 ekor indukan jantan dan 30 ekor indukan betina ukuran 30-110 g/ekor, dipelihara dalam kotak kayu ulin kedap air ukuran 2 m x 1 m x 0,75 m dengan menggunakan media air hujan dan diberi makan ad libitum pagi dan sore dengan menggunakan pelet mengandung protein minimal 30%. Indukan yang telah matang gonad disuntik dengan hormon Ovaprim sesuai dosis anjuran, dan selanjutnya 2 ekor jantan dan 1 ekor betina dipijahkan dalam akuarium kaca ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm dengan ketinggian media air hujan 30 cm. Larva ikan betok diberi pakan 2x sehari pagi dan sore berupa larutan infusoria, dan kutu air (Moina sp.) hidup sebagai persiapan pakan lanjutan. Selain pengamatan terhadap pemahaman pembenihan ikan betok oleh pelaksana, dilakukan juga pengamatan terhadap tingkat keberhasilan pemijahan, bobot telur (butir), derajat penetasan (%), sintasan (ekor, %), jenis plankton di media, panjang dan bobot anakan pada umur empat bulan, serta kualitas air. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan pembenihan ikan betok dapat dilakukan di tingkat rumah tangga pada lahan sempit dengan metode induced breeding, dengan 100% terjadi pemijahan, jumlah telur: 8.978-39.868 butir, derajat penetasan: 69,40%-98,14%, derajat sintasan anakan hingga usia empat bulan: 0,17% dan 0,54%, panjang total anakan usia empat bulan adalah (nilai rata-rata ± simpangan baku): 49,51 ± 15,71 mm, dan bobot: 2,46 ± 2,50 g (n= 24), hubungan antara panjang total (X) terhadap bobot (Ŷ) pada umur yang sama adalah: Ŷ=4,59 + 0,15X dan keeratan korelasi (r) sebesar: 0,96. Ikan betok dapat dibudidayakan pada media air hujan dengan kejenuhan oksigen: 1,50%-47,4%, kelarutan oksigen: 0,12-3,80 mg/L, dan pH: 3,45-5,85. Rendahnya sintasan benih ikan betok utamanya disebabkan oleh tingginya pemangsaan antar sesama (kanibalisme) sejak benih berusia lebih dari satu minggu, dan sulit untuk dikendalikan.
Evaluasi Tingkat Kesuburan Perairan Terkait Kandungan Karaginan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Di Pesisir Bontang dan Panajam Paser Utara Sumoharjo; Asfie Maidie
AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN ) Vol. 9 No. 2 (2022): AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN)
Publisher : FPIK UNIDAYAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55340/aqmj.v11i2.1087

Abstract

Seaweed K. alvarezii has been cultured massivelly along eastern kalimantan coastal zone. Meanwhile, every region potentially has diverse trophical status that affects its carraginan content. This study aimed to compare the thropical status of cultured seaweed location that situated in two region (Bontang and Panajam Paser Utara, PPU) and of its carragenan content. Seaweed in two different age (30 and 40 days) are sampled as well as water quality. Total Nitrogen (TN) and Total Phosphrous (TP) in particular are measured. The result showed that Bontang coastal area has Trophical Index (TRIX) 5,9 (meant high trophic level). the value was contrast with PPU that had 3,8 of TRIX meant low trophic level. However, carragenan content of seaweed from Bontang has lower than PPU, were 45 % and 64 %, respectivelly. Rumput laut (Kappaphycus alvarezii) sudah dibudidayakan secara luas di pantai Kalimantan Timur. Sementara itu, setiap wilayah berpotensi memiliki status kesuburan perairan yang berbeda yang akan mempengaruhi kandungan karaginan rumput laut yang dibudidayakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan status trofik lokasi pembudidayaan rumput laut dan kandungan karaginannya pada dua wilayah, yakni di perairan Bontang dan di perairan Panajam Paser Utara (PPU). Sampel rumput laut diambil pada dua umur tanam berbeda (30 dan 40 hari), serta dilakukan pengukuran dan sampling kualitas airnya. Terutama, parameter Total Nitrogen (TN) dan Total Fosfor (TP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perairan Bontang memiliki Indeks Trofik (TRIX) 5,9 (berarti kesuburan tinggi), namun sebaliknya, pada perairan PPU memiliki Indeks Trofik 3,9 (berarti kesuburan rendah). Akan tetapi, kandungan karaginan rumput laut dari Bontang justru lebih rendah dibandingkan dengan PPU, yakni; 45 % dan 64 %
PEMANFAATAN LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK USAHA BUDIDAYA IKAN YANG BERKELANJUTAN Henny Pagoray; Ghitarina Ghitarina; Asfie Maidie; Deni Udayana; Ita Zuraida
DINAMIKA PERTANIAN Vol. 29 No. 2 (2014): Jurnal Dinamika Pertanian Edisi Agustus 2014
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The abandoned land of coal mining activity in a form of pond was used for fish culture by the people of Kutai Kartanegara Regency of East Kalimantan Province. However, the problem occurs firstly when the land opened for the open pit system that should make the change of water quality of physic, chemistry, and biology of pond after mining activity. This research was done to know the existing condition of former coal mining land, and to analyze the sustainability of aquaculture in this area. Aquaculture sustainability in former coal mining ponds were analyzing with multi dimensional scaling which is a developmental method of Rap-fish (rapid appraisal analysis). The results of the analyzing for every dimension showed that ecological, economical, and sociality has approved index, which mean that balanced were occurred in these dimension for sustainability of the aquaculture activity. The ecological dimension, economy, and social in the developing activity must be in balanced without domination to achieve for sustainability.
KULTUR JARINGAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) DI MEDIA BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN THALLUS satriani, gloria ika; Maidie, Asfie; Handayani, Sri; Suryati, Ema
Jurnal Harpodon Borneo Vol 10, No 1 (2017): Volume 10 No. 1 April 2017
Publisher : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.634 KB) | DOI: 10.35334/harpodon.v10i1.187

Abstract

The aims of this experiment are to know the effect of different medium to seaweed (G. verrucosa) cultured in vitro expressed total number of thallus. The experiment was conducted in the Biotechnology Laboratory of Research Institute for Coastal Aquaculture (RICA) Maros, South Sulawesi. The experiment was arranged in Completely Randomized Design (CRD) with 10 replications and 4 treatments of medium, those are: Sterile Sea Water / SSW 25 ppt, Prevasoli ES Medium / PES, Agrodyke / AG, and Conwy / CW. The last analyze was Least Significant Difference (LSD) to know the best medium to support total number of thallus. The result of the experiment shows that the highest total number of thallus was achieved by SWS (3,75). Keywords: Gracilaria verrucosa, tissue culture, thallus, medium
The Effectiveness of inulin on health status, digestive activity, and production of common carp Cyprinus carpio Gurning, Putri Sartika; Nikhlani, Andi; Agustina, Agustina; Pagoray, Henny; Maidie, Asfie; Fitriyana, Fitriyana
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.24.2.211-219

Abstract

The addition of inulin to fish diets has the potential to enhance health, growth performance and feed utilization. This study aims to evaluate the role of inulin on the health status, digestive activity, and production levels of common carp (Cyprinus carpio) in farming. This study employed a completely randomized design with four treatments and three replications, consisting of diets with 0, 2, 4, and 6 g/kg of inulin diet. The study involved 120 fish, with each group containing 10 fish weighing 8.46 ± 0.42 g was reared in each 30 L aquarium for 30 days. Fish were fed according to the treatment, at satiation twice daily. Hematology parameters showed normal ranges and intestinal histology revealed an increase in intestinal villi size with the addition of inulin. The treatment with inulin at 4 g/kg diet showed highest number of lactic acid bacteria in the fish intestines (P<0.05). The activity of digestive enzymes, including α-amylase, lipase, and protease, increased the inulin dose increased (P<0.05). The best final weight, weight gain and feed conversion ratio were observed in the 4 g/kg inulin treatment (P<0.05). Meanwhile, the specific growth rate in the 2, 4 and 6 g inulin groups was not significantly different from the 0 g group (P>0.05). The survival rate was similar across all treatments (P>0.05). These results suggest inulin can be used as a prebiotic feed additive to enhance production in carp farming. Keywords: common carp, feed additive, growth, inulin, prebiotic ABSTRAK Penambahan inulin dalam pakan berpotensi meningkatkan kesehatan, kinerja pertumbuhan dan pemanfaatan pakan ikan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi peran inulin terhadap status kesehatan, aktivitas pencernaan, dan tingkat produksi pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yang terdiri dari 0, 2, 4, dan 6 g/kg inulin pakan. Penelitian ini menggunakan ikan 120 ekor, masing-masing10 ekor dengan berat 8,46 ± 0,42 g dipelihara dalam tiap akuarium bervolume 30 L selama 30 hari. Ikan diberi pakan sesuai perlakuan, secara at satiation dua kali sehari. Parameter hematologi menunjukkan kisaran normal, dan histologi usus menunjukkan peningkatan ukuran vili usus dengan penambahan inulin. Jumlah bakteri asam laktat tertinggi dalam usus ikan ditunjukkan oleh perlakuan yang diberi inulin 4 g/kg pakan (P<0,05). Aktivitas enzim pencernaan, yaitu α-amilase, lipase, dan protease, meningkat seiring dengan peningkatan dosis inulin (P<0,05). Berat akhir, pertambahan berat dan rasio konversi pakan terbaik ditunjukkan pada perlakuan pakan inulin 4 g/kg pakan (P<0,05). Sementara itu, laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan penambahan inulin 2, 4 dan 6 g tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0 g (P>0,05). Tingkat kelangsungan hidup tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa dalam budidaya ikan mas, inulin dapat digunakan sebagai imbuhan pakan dalam bentuk prebiotik untuk meningkatkan produksi. Kata kunci: ikan mas, imbuhan pakan, inulin, pertumbuhan, prebiotik
Injeksi Hormon HCG Secara Berkala Terhadap Rematurasi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) Isriansyah, Isriansyah; Maidie, Asfie; Agriandini, Maulina; Nurjannah, Nurjannah; Ningtias, Ismawaty Ayu; Hanif, Muhammad Wildan
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 10, No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v10i1.237

Abstract

The objectives of this experiment were to analyze the effect of periodic injection of HCG hormone on the level of egg maturity and the development of the egg diameter of green catfish (Hemibagrus nemurus), and to determine the differences in the level of egg maturity and development of egg diameter of green catfish which were injected with HCG hormone periodically with different doses. The methods used in the research were experimental method by applying injections of various doses of HCG hormone periodically (0, 100, 200, and 300 IU/kg fish body weight). The experiment was arranged using Completely Randomized Design where each treatment contained three replications. The results of this study indicate that HCG hormone injection with a dose of 300 IU/kg is not significantly different from HCG doses of 100 and 200 IU/kg (P>0.05), but significantly different from the treatment without HCG hormone injection or 0 IU/kg on the percentage of egg development with a diameter of ≥ 1 mm, the development of the egg maturity stage of the vitellogenic and the early FOM phase of female green catfish (P<0.05). Periodic HCG hormone injection is not significantly different in all treatments on the development of the final FOM phase egg maturity stage (P>0.05). The highest percentage of egg development with a diameter of ≥ 1 mm, the development of the vitellogenic and early FOM phase of egg maturity in green catfish were achieved by periodic injection of 300 IU/kg of HCG hormone.