Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Ika Ratna Hidayati; Satibi Satibi; Achmad Fudholi
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 3, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.192

Abstract

Instalasi Farmasi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang belum pernah melakukan suatu pengukuran kinerja sehingga belum diketahui sejauh mana keberhasilan pengelolaan tangible dan intangible assets dalam mencapai visi dan tujuan organisasi.Selain itu, pengukuran kinerja juga diperlukan dalam mendukung proses akreditasi rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja Instalasi Farmasi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang dengan pendekatan balanced scorecard (BSC) melalui 4 perspektif yaitu pembelajaran dan pertumbuhan, proses bisnis internal, pelanggan, dan keuangan. Penelitian merupakan penelitian non eksperimental dengan analisis secara deskriptif  analitik. Data diperoleh secara prospektif dan retrospektif. Data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan wawancara mendalam dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang pada tahun 2011 dan 2012. Data kuantitatif diperoleh melalui observasi langsung, survei terhadap resep, dan laporan keuangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada human capital belum mampu melakukan inovasi dalam mendukung  pekerjaannya, budaya organisasi sudah sangat baik di IFRS, dan teknologi informasi belum beroperasi dengan baik. Kinerja perspektif proses bisnis internal pada rata-rata dispensing time untuk resep racikan19,34 menit dan resep non racikan 6,7 menit, kadang–kadang masih ada kegiatan yang dapat memungkinkan terjadinya medication error, rata–rata tingkat ketersediaan obat 93,7%, Standard Operating Procedure (SOP) sudah dibuat sesuai dengan standar 5 dan 6 akreditasi rumah sakit. Kinerja perspektif pelanggan menunjukkan bahwa pasien belum puas dengan layanan terutama pada dimensi tangible (-0,680) dan emphati (-0,366). Tingkat keterjaringan pasien sebesar 95% dan tingkat pertumbuhan pelanggan -1% tiap bulannya. Kinerja perspektif keuangan menunjukkan Inventory Turnover Ratio (ITOR) 7,7 kali per tahun pada 2011 dan 6 kali per tahun pada 2012, selisih antara Rencana Bisnis Anggaran (RBA) dengan realisasi sebesar 2,43% pada tahun 2011 dan 6,50% pada tahun 2012. Kata kunci: analisis kinerja, balanced scorecard, instalasi farmasi rumah sakit
ANALISIS KARAKTERISTIK PIMPINAN DAN RUMAH SAKIT DALAM PRAKTEK STERILISASI YANG BAIK Achmad Kadri Ansyori; Satibi Satibi; Rosita Mulyaningsih
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.207

Abstract

Central Steril Supply Departement (CSSD) merupakan salah satu unit pengelola alat kesehatan dan linen steril pada fase akhir di rumah sakit, sehingga CSSD merupakan ujung tombak terjaminnya sterilitas alat kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kesehatan yang mampu mengelola kinerja CSSD secara baik, serta dapat pula menjamin semua produk CSSD di rumah sakit agar dapat dikelola secara optimal sesuai kebutuhan medis. Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan dan perbedaan karakteristik pimpinan dan karakteristik rumah sakit terhadap praktek sterilisasi yang baik di CSSD rumah sakit. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Alat yang digunakan adalah kuesioner. Lokasi penelitian yaitu 23 rumah sakit kelas A dan B di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 38 responden, terdiri dari kepala dan sub divisi CSSD. Analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif analitik, serta merupakan penelitian korelasi Spearman’s rank, uji T, dan anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dan perbedaan karakteristik pimpinan CSSD (tingkat pendidikan, jenis kelamin, pimpinan yang mengetahui CSSD dan memahami proses sterilisasi sebelum bekerja di CSSD) terhadap praktek sterilisasi yang baik di CSSD. Adanya hubungan signifikan karakteristik rumah sakit berdasarkan jumlah tempat tidur terhadap praktek sterilisasi yang baik di CSSD dengan nilai signifikasi 0,015. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara profesi tenaga kesehatan CSSD (apoteker, perawat, kesehatan masyarakat) terhadap praktek sterilisasi yang baik di CSSD rumah sakit.Kata kunci: karakteristik, pimpinan, rumah sakit, CSSD, sterilisasi
ANALISIS KINERJA DAN PEMETAAN STRATEGI INSTALASI FARMASI MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD Amanda Marselin; Satibi Satibi; P. E. Wardani
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.228

Abstract

Pengukuran kinerja perlu dilakukan di instalasi farmasi. Balanced scorecard menggunakan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Tujuan penelitian ialah mengukur kinerja instalasi farmasi menggunakan balanced scorecard serta menyusun peta strategi yang paling sesuai untuk pengembangan instalasi farmasi. Penelitian termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan prospektif. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Februari 2015 menggunakan kuesioner, lembar pengamatan, dan pedoman wawancara. Kinerja pada balanced scorecard diukur melalui indikator dalam perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Hasil pengukuran kinerja dikombinasi dengan analisis strengths weaknesses opportunities threats (SWOT) digunakan dalam pembuatan peta strategi. Hasil penelitian menunjukkan kinerja yang baik pada indikator pertumbuhan pendapatan, kepuasan pelanggan, keterjaringan pelanggan, pertumbuhan pelanggan, ketersediaan obat, kepatuhan formularium, persentase stok mati, persentase perbekalan farmasi expired date (ED) dan rusak, analisis unit dose dispensing, produktivitas karyawan, turn over karyawan, kepemimpinan, dan kerja tim. Indikator yang memerlukan perbaikan kinerja antara lain inventory turn over ratio (ITOR), dispensing time, kepuasan kerja karyawan, pelatihan karyawan, budaya organisasi, keselarasan, dan kapabilitas sistem informasi. Posisi instalasi farmasi berada pada kuadran III matriks SWOT dengan strategi memperbaiki kelemahan untuk mengambil kesempatan. Peta strategi memprioritaskan penguatan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan pelanggan dan pertumbuhan pendapatan. Peningkatan profit dapat tercapai melalui pertumbuhan pendapatan yang meningkat dan efisiensi biaya pada perspektif keuangan.Kata kunci: kinerja, balanced scorecard, analisis SWOT, peta strategi
ANALISIS NIAT KONSUMEN DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN APOTEK Muhammad Zaini; Satibi Satibi; Lutfan Lazuardi
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 1
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.252

Abstract

Apotek merupakan fasilitas kesehatan yang distribusinya tidak merata di Kota Banjarbaru. Konsekuesi dari keadaan tersebut dapat mempengaruhi perilaku konsumen apotek. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh sikap, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan terhadap niat konsumen dalam pemanfaatan pelayanan apotek pada daerah dengan padat apotek (daerah I) dan daerah dengan sedikit apotek (daerah II) menggunakan konsep Theory of Planned Behavior (TPB). Peneltian ini merupakan studi non eksperimental dengan deskriptif analitik menggunakan software SIG untuk pemetaan lokasi apotek dengan bantuan GPS. Rumus Hagget digunakan untuk mengetahui pola sebaran apotek di kota Banjarbaru. Survei keyakinan menonjol (salient beliefs) dilakukan dengan studi eksplorasi dan niat konsumen diukur menggunakan kuesioner TPB. Pengambilan sampel dengan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 377 yang terbagi menjadi 247 kuesioner apotek daerah I dan 130 kuesioner apotek daerah II. Analisis yang dilakukan meliputi uji validitas dan reliabilitas kuesioner, uji asumsi klasik, uji regresi liner berganda, uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan apotek terkonsentrasi di pusat kota Banjarbaru dengan pola sebaran mengelompok (T=0,15). Analisis regresi konsumen apotek daerah I menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan variabel sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan terhadap niat konsumen apotek (p<0,05). Sedangkan untuk konsumen daerah II menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan pada variabel norma subjektif dan kontrol keperilakuan (p<0,05) namun tidak signifikan terhadap variabel sikap (p>0,05). Kontrol keperilakuan berupa pelayanan petugas farmasi merupakan faktor yang dominan bagi konsumen daerah I agar berniat ke apotek dan variabel norma subjektif berupa keberadaan dokter merupakan faktor pendorong dominan konsumen apotek daerah II agar berniat ke apotek. Kata kunci: distribusi apotek, sistem informasi geografis, theory of planned behavior
ANALISIS BIAYA PERAWATAN FRAKTUR TULANG DALAM PENETAPAN PEMBIAYAAN KESEHATAN BERDASAR INA-CBGS Farida Munawaroh; Tri Murti Andayani; Satibi Satibi
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 1
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.256

Abstract

Pemberlakuan INA-CBGs untuk kasus fraktur tulang membutuhkan perencanaan pengobatan dan analisis biaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor pasien dan faktor operasi terhadap lama waktu perawatan pasien fraktur tulang, memperoleh gambaran mengenai besarnya biaya total perawatan, dan kesesuaian besarnya biaya total perawatan sesuai dengan tarif INA-CBGs. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional menurut perspektif rumah sakit. Metode pengambilan data secara retrospektif. Subjek yang digunakan adalah seluruh pasien di RSUD Panembahan Senopati Bantul dari bulan Januari-Desember 2011 yakni pasien dengan satu lokasi fraktur, dirawat di kelas III dengan Jamkesmas, menjalani pembedahan ORIF (Open Reduction with Internal Fixation), dan mempunyai data lengkap. Variabel penelitian adalah faktor pasien, faktor pembedahan, biaya dan outcome terapi (lama perawatan). Analisis data menggunakan Chi-Square, korelasi Spearman, dan Mann Whitney.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor pasien yakni umur dan jenis kelamin dengan lama perawatan (LOS). Sedangkan faktor pembedahan yaitu lokasi pembedahan, lama operasi, dan lama penundaan operasi memiliki hubungan signifikan dengan lama perawatan pada pasien fraktur tulang. Rata-rata biaya total perawatan adalah Rp 4.567.422,2 ± Rp 1.426.742,5 untuk prosedur anggota tubuh bagian atas ringan (M-1-80-I), Rp 5.956.427,5 ± Rp 2.337.127,2 untuk prosedur lutut dan tungkai bawah selain kaki ringan (M-1-70-I), dan Rp 8.181.788,4 ± 1.271.180,5 untuk prosedur paha dan sendi panggul selain sendi mayor ringan (M-1-20-I). Rata-rata biaya total tersebut lebih tinggi dan berbeda signifikan dibandingkan dengan tarif INA-CBGs. Kata kunci: fraktur tulang, analisis biaya, INA-CBGs, LOS
PERUMUSAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA DENGAN ANALISIS SWOT Githa Fungie Galistiani; Lukman Hakim; Satibi Satibi
Majalah Farmaseutik Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1105.675 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v7i1.24024

Abstract

Kualitas pelayanan rumah sakit berkaitan erat dengan kualitas pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perencanaan strategi dalam upaya meningkatkan kepuasan pasien rawat yang sesuai dengan kondisi lingkungan IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya.Rancangan penelitian bersifat non eksperimental, jenis deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yang didapat dengan wawancara secara mendalam, kemudian sebagai data pendukung dilakukan penelitian secara kuantitatif menggunakan kuesioner untuk mengetahui kepuasan pasien rawat jalan, kondisi skala semangat kerja dan kepuasan kerja karyawan. Informasi dianalisis menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar perumusan faktor-faktor strategis, yang selanjutnya dilakukan analisis menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).Hasil analisis gap kualitas pelayanan IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya untuk kelima dimensi kualitas pelayanan adalah Responsiveness (-0,61); Emphaty (-0,23); Assurance (-0,17); Reliability (-0,11) dan Tangibles (-0,06). Hasil analisis kuesioner kepuasan karyawan (2,6) dan skala semangat kerja (2,9). Hasil analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya diperoleh posisi di kuadran I pada diagram analisis SWOT. Hasil analisis QSPM memprioritaskan strategi meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian, selalu mengikuti perkembangan ilmu kefarmasian, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta melengkapi sarana dan prasarana IFRS Jasa Kartini Tasikmalaya.
Evaluasi Penggunaan Obat Berdasarkan Indikator Kinerja Pelayanan Kefarmasian Pada Puskesmas Wilayah Kota Kupang Achmad Fudholi; Tri Murti Andayani; Satibi Satibi; Natalia Gilarsih
Majalah Farmaseutik Vol 18, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v1i1.54770

Abstract

Berangkat dari permasalahan belum optimalnya penerapan penggunaan obat secara rasional pada pelayanan kesehatan di Indonesia maka telah dikembangkan indikator khusus yang menjadi dasar penilaian kinerja pelayanan kefarmasian di puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat di puskesmas wilayah Kota Kupang berdasarkan indikator hasil metode Delphi yang dikembangkan oleh Satibi dkk. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan data retrospektif tahun 2018 dan melalui observasi langsung. Pemilihan sampel puskesmas dilakukan dengan purposive sampling. Data hasil penelitian berupa data kuantitatif, dianalisis secara deskriptif dan 6 indikator diantaranya dibandingkan dengan standar Kemenkes RI dan WHO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat belum rasional sesuai standar WHO ataupun Kemenkes RI pada indikator item per resep, penggunaan obat generik dan pemberian oralit dan zink sedangkan indikator antibiotik pada diare non spesifik, antibiotik pada ISPA non pneumonia dan penggunaan injeksi pada myalgia telah memenuhi standar yang ada. Indikator biaya obat per kunjungan resep sebesar Rp.9.394 ± Rp.1.341 digunakan sebagai parameter dalam penetapan alokasi dana pengadaan obat tahun berikutnya dan indikator kejadian medication error tidak dapat dievaluasi karena tidak tersedianya dokumentasi tersebut. Kesimpulan menunjukkan puskesmas wilayah Kota Kupang masih mengalami masalah dalam jumlah item obat per resep, penggunaan obat generik, pemberian oralit dan zink dan pendokumentasian kejadian medication error. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kefarmasian yang dapat mendukung penggunaan obat rasional di puskesmas.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ORGANIZATIONAL CAPITAL: STUDI KASUS INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Githa Fungie Galistiani; Satibi Satibi
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 10 No. 02 Desember 2013
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v10i2.804

Abstract

ABSTRAK Kontribusi pendapatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ke Rumah Sakit (RS) mencapai 40-60%, sehingga mejadi salah satu revenue center RS. Namun untuk pelayanan farmasi RS di Indonesia masih banyak kekurangannya, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya kemampuan manajemen rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, dan terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Kondisi semacam itu harus dilakukan upaya perubahan, salah satunya dengan menggunakan Balanced Score Card (BSC) melalui evaluasi perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, karena faktor tersebut (human capital, organizational capital dan information capital) dan pengelolaannya yang efektif merupakan sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran umum kondisi perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terutama difokuskan pada organizational capital di IFRS wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jenis penelitian adalah penelitian non eksperimental bersifat deskriptif. Alat penelitian berupa kuesioner yang memuat indikator-indikator organizational capital. Subyek penelitian adalah kepala IFRS di RS wilayah DIY. Hasil yang diperoleh dari perhitungan statistik memperlihatkan bahwa gambaran secara umum kondisi organizational capital dalam Instalasi Farmasi Rumah Sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta tergolong kategorisasi tinggi. Sebagian besar Instalasi Farmasi Rumah Sakit telah memiliki budaya organisasi yang baik, kepemimpinan yang baik, mengaplikasikan kerjasama, dan memahami arti keselarasan organisasi dalam mencapai tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Kata kunci: Balanced Score Card, pembelajaran dan pertumbuhan, organizational capital, instalasi farmasi rumah sakit ABSTRACT Hospital pharmacy installation (IFRS) revenue contribution to the hospital reached 40-60%, it became one of the hospital revenue center. However, pharmacy services in Indonesia still have many weaknesses, such as pharmacists ability, hospital management capability, hospital management policy and the lack of knowledge about hospital pharmacy services. Such conditions should be efforts to change, using the Balanced Score Card ( BSC ) through the evaluation of learning and growth perspective, because these factors (human capital , information capital and organizational capital ) and effective management is a source of sustainable competitive advantage . The purpose of the study was to determine the general condition of the learning and growth perspective is mainly focused on organizational capital in IFRS Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) . Type of the research is descriptive non-experimental. Research tool is a questionnaire that contains indicators of organizational capital. Subjects were the heads of IFRS in DIY. The results obtained from statistical calculations showed that the general condition of organizational capital in IFRS DIY relatively high categorized. Most of IFRS has had a good organizational culture , good leadership, applying teamwork, and understanding the meaning of organization alignment in achieving IFRS objectives. Key words: Balanced Score Card, learning and growth perspective, organizational capital, hospital pharmacy installation