This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Djoko Setiabudi
Unknown Affiliation

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Pengelolaan Aplikasi Berbasis Lokasi “Dalam Kota” (Dalkot) Sebagai Reporter Saraswati, Putri; Lukmantoro, Triyono; Setiabudi, Djoko; Sateria, Candra
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.833 KB)

Abstract

“Dalam Kota” atau Dalkot merupakan aplikasi berbasis lokasi asal Semarang dengan segmentasi pengunduh berada di umur 15-25 tahun. Aplikasi ini menyuguhkan informasi panduan wisata yang dapat digunakan sebagai referensi mencari tempat-tempat kuliner, tempat wisata, lifestyle, event, hotel dan transportasi yang ada di Semarang.Aplikasi Dalkot sudah menginjak usia lima bulan sejak didirikan, namun tidak cukup dikenal di masyarakat Semarang, terlihat dari jumlah pengunduhnya yang hanya berjumlah 500 orang. Selain karena kurangnya promosi, konten artikel pun tidak cukup memberikan infromasi kepada para pengguna, serta terdapat teguran dari pihak lain yang merasa karya fotonya diambil tanpa izin untuk ditampilkan di aplikasi. Inilah alasan konten dan tampilanAplikasi Dalkot perlu dikembangkan lagi.Tugas penulis adalah sebagai reporter yang bertugas memverifikasi data di lapangan agar informasi sesuai dengan fakta. Kemudian, sebagai foto editor untuk menyunting foto agar dapat dengan baik ditampilkan di aplikasi. Terakhir, sebagai administrator yang bertugas memasukkan konten ke dalam aplikasi agar dapt dinikmati para pengguna. Selama menjalankan tugas, penulis mengalami beberapa kendala namun semua bisa diatasi sehingga acara tetap berjalan dengan lancar.Selama 5 minggu, penulis berhasil mengembangkan konten aplikasi menjadi lebih baik. Karenanya, pengunduh menjadi bertambah dan Aplikasi Dalkot cukup dikenal. Beberapa pengguna menyebutkan bahwa Aplikasi Dalkot dapat menjadi panduan wisata yang baik di Semarang. Diharapkan Aplikasi Dalkot dapat terus menambah konten yang baik dan kekinian serta mengembangkan fitur-fitur aplikasinya.
PENGARUH DURASI BERMAIN ADVERGAME TERHADAP LEVELS OF COMPREHENSION (TINGKAT PEMAHAMAN) DARI BRAND MESSAGE (PESAN MEREK) Ghany, Drasthya Estha; Ulfa, Nurist Surayya; Setiabudi, Djoko; Purbaningrum, Dwi
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.478 KB)

Abstract

Cool Cubes, sebuah advergame yang dirancang khusus untukmenyampaikan brand message (pesan merek) dari Lipton Ice Tea. Brand message(pesan merek) di dalam advergame ini disampaikan melalui konten-konten yangada di dalam advergame. Advergame sendiri merupakan salah satu alatkomunikasi pemasaran yang sudah lama digunakan di luar negeri, tetapi masihjarang digunakan di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi bermainadvergame terhadap levels of comprehension (tingkat pemahaman) dari brandmessage (pesan merek). Dengan pendekatan positivism, penelitian ini digunakanuntuk menjelaskan relasi sebab-akibat antar 2 variabel, dengan total 24 indikator.Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah eksperimental dengan tekniknon-probability sampling dengan jumlah total populasi sampling sebanyak 30sample. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan empat proseduryaitu uji normalitas Kolomogrov Smirnov dengan uji beda dua kali pengukuranWilcoxon dan uji normalitas Saphiro Wilk dengan analisis komparatif duakelompok beda Independent Sample T-Test sehingga ditemukan pemgaruh durasibermain advergame terhadap levels of comprehension (tingkat pemahaman) daribrand message (pesan merek).Hasil penelitian menemukan bahwa ada pengaruh antara durasi bermainadvergame terhadap levels of comprehension (tingkat pemahaman) dari brandmessage (pesan merek). Pengaruh ini ditunjukan melalui perbedaan nilai rata-ratadari levels of comprehension (tingkat pemahaman) pada dua kelompok yang diuji.Kelompok yang memainkan advergame dengan durasi yang tinggi memiliki levelsof comprehension (tingkat pemahaman) yang lebih tinggi dibandingkan dengankelompok yang memainkan advergame dengan durasi rendah.
PENGARUH INTENSITAS MENGAKSES TWITTER DUTA IM3 TERHADAP KEPUASAN PENGALAMAN ADOPSI DAN KEPUASAN PENGALAMAN ADOPSI TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN PROGRAM IM3 Ayu Kinasih, Diyan Hafdinovianti; Pradekso, Tandiyo; Setiabudi, Djoko
Interaksi Online Vol 2, No 1: Januari 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.539 KB)

Abstract

Nama : Diyan H Ayu KinasihNIM : D2C009029Judul : Pengaruh Intensitas Mengakses Twitter Duta IM3 terhadapKepuasan Pengalaman Adopsi dan Kepuasan PengalamanAdopsi terhadap Keputusan Penggunaan Program IM3ABSTRAKTwitter sebagai salah satu promotion tools yang digunakan oleh PTIndosat Tbk, diharapkan dapat memperkenalkan program-program serta eventyang dilakukan oleh Indosat. Melalui duta IM3 sebagai brand ambassador, Indosatmencoba meraih pasar anak muda dengan melakukan kegiatan promosi.Tipe penelitian ini adalah eksplanatory yang menjelaskan pengaruhintensitas mengakses twitter duta IM3 terhadap kepuasan pengalaman adopsiterhadap kepuasan pengalaman adopsi, dan kepuasan pengalaman adopsi terhadapkeputusan penggunaan program IM3. Teknik pengambilan sampling denganproporsional random sampling. Uji pengaruh antara variabel intensitasmengakses twitter duta IM3 (X1) terhadap kepuasan pengalaman adopsi (X2)menggunakan Uji Regresi Linier Sederhana sementara uji pengaruh variabelkepuasan pengalaman adopsi (X2) terhadap keputusan penggunaan program IM3(Y) menggunakan Uji Regresi Logistik Biner.Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat intensitas mengakses twitterduta IM3 berpengaruh negatif terhadap kepuasan pengalaman adopsi dimanahanya 6,1% perubahan pada variabel Kepuasan Pengalaman Adopsi (X2)disebabkan oleh variabel Intensitas Mengakses Twitter Duta IM3 (X1) sisanya93,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diajukan. Serta kepuasanpengalaman adopsi (X2) berpengaruh positif terhadap keputusan penggunaanprogram IM3 (Y) dengan taraf kepercayaan sebesar 95%. Twitter merupakanmedia sosial yang bersifat real time. Sifat real time ini dapat menjadi kelebihanyaitu twitter mampu memberikan informasi secara cepa, namun juga memberikankelemahan yaitu cepat berlalunya informasi Dalam penelitian ini, twitter duta IM3dirasa kurang memberikan pengaruh yang maksimal dalam kegiatan komunikasipemasaran. Masih rendahnya frekuensi responden terhadap jumlah tweet yangdilihat per harinya menjadi salah satu penyebabnya. Pada kepuasan pengalamanadopsi, untuk kategori persyaratan tarif sendiri masih terhitung rendah namunsecara keseluruhan sudah merasa puas terhadap program-program IM3. Padaakhirnya keputusan yang diambil dalam penelitian ini adalah memutuskan untuktetap menggunakan program IM3, yang paling mendominasi adalah besarnyakeinginan untuk tetap merekomendasikan program IM3 kepada orang lain.Kata kunci: komunikasi pemasaran, intensitas mengakses twitter duta im3,keputusan menggunakan program im3.Nama : Diyan H Ayu KinasihNIM : D2C009029Judul : The influence of Intensity of Accessing to Twitter IM3Ambassador against Satisfaction of The Adoption Experienceand Satisfaction of The Adoption Experience against TheDecision Use of IM3 ProgramsABSTRACTTwitter as one of promotion tools used by PT Indosat Tbk, is expected tointroduce programmes and events carried out by Indosat. Through AmbassadorIM3 Indosat as brand ambassador, trying to grab the youth market by conductingpromotional activities.This research type is explanatory which explains the influence ofintensity of accessing twitter IM3 ambassadors against satisfaction of the adoptionexperience, and satisfaction of the adoption experience against decision use ofIM3 program. Retrieval technique of sampling with proportional randomsampling. Test of influence of variable intensity access twitter ambassadors IM3(X 1) to the satisfaction of the adoption experience (X 2) using Simple Linearregression test while the test influences of variable satisfaction the experience ofadoption (x 2) against the decision use of IM3 programs (Y) using BinaryLogistic regression test.The results of this research indicate there is an intensity to access twitterambassadors IM3 effect negatively to the satisfaction of the adoption experiencewhere only 6.1% change in the variable Satisfaction of the adoption Experience(X 2) the variable Intensity caused by Accessing Twitter Ambassadors IM3 (X 1)rest 93,9% influenced by variables other than the model asked. As well assatisfaction of the adoption experience (X2) have a positive effect against thedecision of the IM3 program (Y) with 95% confidence level. Twitter is a socialmedia in real time. This real time can be an excess of twitter to provideinformation we have load, but also give a quick passage of the weakness of theinformation. In this study, twitter proved less IM3 Ambassadors providemaximum influence in the activity of marketing communications. Still the lowfrequency of respondents against the number of tweets viewed per day to be oneof the cause. On the adoption experience, satisfaction for its own costrequirements category still accounts for low but overall it feels satisfied towardsIM3 programs. Ultimately the decision taken in this research is decided to stay,using program im3 most dominate is the desire to remain im3 programrecommends to others.Keywords: marketing communications, intensity of accessing twitter im3ambassadors, decision of the use of im3 programs.I Latar BelakangBanyak operator seluler di Indonesia menjadikan persaingan pasarsemakin ketat. Masing-masing operator meluncurkan program-program tambahanyang menawarkan berbagai macam bonus seperti bonus sms, telepon, maupuninternet. Untuk memperkenalkan program-program tersebut tentu dibutuhkanbauran promosi seperti TVC, radio, flayer, billboard/baliho, poster, event, maupunsponsorship.Dari hasil survey awareness yang dilakukan kepada masyarakat Bandungterhadap salah satu program Indosat yaitu 7 Hari 7 Malam, menunjukkan hasilbahwa responden mengetahui program tersebut dengan presentase 88%.Sementara responden yang memahami informasi yang didapat sebanyak 44%.Dan responden yang menggunakan program tersebut hanya 35% saja. Kurangnyainformasi dari Indosat inilah yang mengakibatkan responden tidak menggunakanprogram tersebut. Informasi disini berkaitan tentang cara pemakaian, berapanominal pulsa yang harus dipakai, serta apa kelebihan dan kekurangan dariprogram tersebut. Masyarakat Bandung mengetahui program tersebut mayoritasdari iklan televisi dan radio dengan presentase 86%, sementara sisanya mengakumengetahui program tersebut dari billboard/baliho, event, maupunbanner(http://www.academia.edu/3519915/HASIL_SURVEY_AWARENESS_MASYARAKAT_BANDUNG_TERHADAP_PROMO_INDOSAT_7h7m).Dengan menggunakan sosial media twitter melalui akun pribadi duta IM3diharapkan mampu mempromosikan segala program maupun event Indosatkepada masyarakat.II Perumusan MasalahMenurut hasil survey terhadap salah satu program Indosat yaitu 7 hari 7malam yang dilakukan di Kota Bandung, menunjukkan bahwa mayoritasresponden sudah mengetahui adanya program 7 hari 7 malam, namun karenakurangnya pemahaman informasi tentang program 7 hari 7 malam sepertiinformasi mengenai cara pemakaian, berapa nominal pulsa yang harus digunakan,dan apa kelebihan-kekurangan dari program tersebut menjadikan masyarakatmemilih untuk tidak menggunakan program 7 hari 7 malam. Ketika ditanyaresponden mengetahui program tersebut darimana, responden mayoritasmenjawab dari iklan televisi dan radio. Kedua media iklan yang disebutkan olehresponden merupakan media iklan yang bersifat satu arah, dimana tidak terdapatumpan balik atau feedback dari pengirim pesan.Keterbatasan informasi yang disampaikan serta komunikasi yang terjalinbersifat satu arah inilah yang menjadi awal mula terjadinya masalah. Awarenessmasyarakat mengenai produk memang sudah baik, namun dikarenakanketerbatasan informasi yang diberikan dari Indosat menjadikan masyarakatenggan untuk mencoba menggunakan program tertentu.Melihat keterbatasan tersebut, Indosat dengan menggunakan sosial mediatwitter melalui para duta IM3 melakukan kegiatan promosi mengenai setiapprogram-program terbaru yang dikeluarkan oleh Indosat. Duta IM3 yang dipilihdari anak-anak SMA inilah akan mendapat tugas sebagai ambassador, salesendorser, public influencer, community acquisition, indosat representatif.Kecenderungan konsumsi remaja menggunakan sosial media twitter inilah yangmenjadi alasan Indosat untuk menggerakkan duta IM3 melakukan promosi disosial media khususnya twitter. Dengan demikian, apakah ada pengaruh antaraintensitas mengakses twitter duta IM3 terhadap kepuasan pengalaman adopsi dankepuasan pengalamn adopsi terhadap keputusan penggunaan program IM3.III Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara intensitasmengakses twitter duta IM3 terhadap kepuasan pengalaman adopsi. Dan pengaruhantara kepuasan pengalaman adopsi terhadap keputusan penggunaan programIM3.IV HipotesisDalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :1. Terdapat pengaruh positif antara intensitas mengakses twitter duta IM3(X1) terhadap kepuasan pengalaman adopsi (X2)2. Terdapat pengaruh positif antara kepuasan pengalaman adopsi (X2)terhadap keputusan penggunaan program IM3 (Y)V Landasan TeoriDalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 teori yang menjadi acuanatau dasar dalam pengerjaan penelitian ini yakni :Teori Difusi InovasiPada proses pengambilan keputusan inovasi, konsumen akan melaluibeberapa tahap yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dankonfirmasi (Shimp, 2003: 270).Low Involvement HierarchyLow involvement hierarchy menyebutkan bahwa tahapan perubahansikap untuk produk low involvement yaitu penerima setelah menerima pesan yangdikomunikasikan atau tahap kognitif, penerima akan langsung melakukantindakan (behavior), dan baru setelah itu kemudian dipandang sebagai lewat dariingatan untuk perilaku untuk sikap perubahan (afektif) (Belch, 2003 : 152).Teori Hierarki BelajarTeori hirarki belajar (The Learning Hierarchy Theory) (Liliweri, 1992 :90) menerangkan bahwa setiap informasi pertama-tama akan menerpa khalayakdan akibatnya terjadi perubahan komponen kognitif dari khalayak tersebut.Perubahan itu meliputi kesadaran, perhatian, pemahaman khalayak terhadapproduk yang dipersuasifkan. Dengan kata lain, khalayak pertama-tama harusmemperhatikan, mengerti, dan paham tentang informasi.VI Metoda PenelitianTipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatori, yaitu penelitian yangmenjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yaitu intensitas mengaksestwitter duta IM3, kepuasan pengalaman adopsi, dan keputusan penggunaanprogram IM3.Dari total populasi 19511 follower duta IM3 Semarang, diambilsebanyak 100 responden sebagai sampel dengan teknik pengambilan sampelproporsional random sampling. Metode pengambilan sampel ini digunakanapabila populasi terdiri dari beberapa unit yang memiliki besar kecil yangberbeda. Dengan mengetahui jumlah setiap unit populasi yang ada, sampelkemudian diambil dari setiap unit secara berimbang berdasarkan besar kecilnyajumlah. Dari ukuran sampel 100, kemudian didistribusikan secara proporsionalmasing-masing ke dalam 10 unit duta IM3, yang disesuaikan dengan persentasejumlah total populasi yang dimiliki sampel. Kemudian tiap follower pada 10 unitduta IM3 diberi nomer terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasidan dilakukan pengundian.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengajukanpertanyaan secara langsung atau wawancara terhadap responden mengenaipertanyaan-pertanyaan yang tertera pada kuesioner.VII PembahasanHasil penelitian ini menunjukkan terdapat intensitas mengakses twitterduta IM3 berpengaruh negatif terhadap kepuasan pengalaman adopsi dimanahanya 6,1% perubahan pada variabel Kepuasan Pengalaman Adopsi (X2)disebabkan oleh variabel Intensitas Mengakses Twitter Duta IM3 (X1) sisanya93,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diajukan. Sehingga H1ditolak.Serta kepuasan pengalaman adopsi (X2) berpengaruh positif terhadapkeputusan penggunaan program IM3 (Y) dengan taraf kepercayaan sebesar 95%.Sehingga H2 diterima.Twitter merupakan media sosial yang bersifat real time. Sifat real timeini dapat menjadi kelebihan yaitu twitter mampu memberikan informasi secaracepa, namun juga memberikan kelemahan yaitu cepat berlalunya informasi Dalampenelitian ini, twitter duta IM3 dirasa kurang memberikan pengaruh yangmaksimal dalam kegiatan komunikasi pemasaran. Masih rendahnya frekuensiresponden terhadap jumlah tweet yang dilihat per harinya menjadi salah satupenyebabnya. Pada kepuasan pengalaman adopsi, untuk kategori persyaratan tarifsendiri masih terhitung rendah namun secara keseluruhan sudah merasa puasterhadap program-program IM3. Pada akhirnya keputusan yang diambil dalampenelitian ini adalah memutuskan untuk tetap menggunakan program IM3, yangpaling mendominasi adalah besarnya keinginan untuk tetap merekomendasikanprogram IM3 kepada orang lain.VIII KesimpulanBerdasarkan uraian pokok bahasan penelitian sebelumnya, maka dalambab ini berisi tentang kesimpulan atas hasil penelitian pengaruh intensitasmengakses twitter duta IM3 terhadap kepuasan pengalaman adopsi dan kepuasanpengalaman adopsi terhadap keputusan penggunaan program IM3 :1. Intensitas mengakses twitter duta IM3 berpengaruh negatif terhadap kepuasanpengalaman adopsi. Setiap kenaikan pada frekuensi dan durasi twittermenyebabkan penurunan pada kepuasan pengalaman adopsi.2. Kepuasan pengalaman adopsi berpengaruh positif terhadap keputusanpenggunaan program IM3. Tingkat kepuasan pengalaman adopsi membuatfollower twitter memutuskan untuk tetap menggunakan program Indosat.IX Saran1. Penggunaan twitter melalui akun pribadi duta IM3 dirasa masih kurangmemberikan pengaruh yang maksimal dalam aktifitas komunikasipemasaran, oleh karena itu penggunaan promotion tools lainnya perludipertimbangkan.2. Perlu adanya perencanaan dalam penggunaan sosial media dalam kegiatankomunikasi pemasaran, hal ini berkaitan dengan pemilihan waktu yangtepat untuk melakukan aktifitas dalam twitter. Para duta IM3 sebaiknyamemperhatikan waktu-waktu yang tergolong “premier” dimana pada jamjamtersebut mayoritas follower twitternya sedang mengakses twitter.3. Indosat perlu memperhatikan kembali ketentuan tarif yang dikenakanuntuk menggunakan program tertentu dengan melihat banyak respondenyang merasa kurang puas dengan persyaratan tarif program. Denganbegitu diharapkan masyarakat akan tetap menggunakan program IM3yang ditawarkan.DAFTAR PUSTAKABelch, George and Michael A Belch. (2003). Advertising and Promotion:AnIntegrated Marketing Communications Perspective (6th ed.). The McGraw-HillCompaniesDuden. (2003). Deutsche Grammatik. Manheim Leipzig Wein: DudenverlagFahmi, Abu Bakar. (2011). Mencerna Situs Jejaring Sosial. Jakarta: PT ElexMedia KomputindoKasali, Rhenald. (1995). Manajemen Periklanan. Jakarta: Pustaka Utama GrafitiSumartono. (2002). Terperangkap dalam Iklan:Meneropong Imbas Pesan IklanKomputer. Bandung: CV AlfabetaKotler, Philip. (1995). Manajemen Pemasaran Analysis Perencanaan danImplementasi. Jakarta: Salemba EmpatLiliweri, Alo. (1992). Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT CitraAditya BaktiNisfiannoor, Muhammad. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk IlmuSosial. Jakarta: Salemba HumanikaRuslan, Rosadi. (2006). Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.Jakarta: PT Raja Grafindo PersadaShimp A, Terence. (2003). Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan KomunikasiPemasaran Terpadu (5th ed. Jilid 1). Jakarta: ErlanggaSugiarto, dkk. (2001). Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaSugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV AlfabetaTrihendradi,C. 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik MenggunakanSPSS 19. Yogyakarta : Penerbit AndiSumber Internet :Hasil Survey Top Brand Index. (2013). Dalam http://www.topbrandaward.com/top-brand-survey/survey-result/top-brand-index-2013/ Diunduh pada10 April 2013 pukul 10.30 WIBAdhima, Faza. (2013). Hasil Survey Awareness Masyarakat Bandung TerhadapPromo Indosat 7 Hari 7 Malam. Dalamhttp://www.academia.edu/3519915/HASIL_SURVEY_AWARENESS_MASYARAKAT_BANDUNG_TERHADAP_PROMO_INDOSAT_7h7m Diunduhpada 15 Mei 2013 pukul 13.00 WIBDela Permata Jadi Duta IM3 Queen 2012. (2012). Dalamhttp://www.tribunnews.com/2012/06/17/della-permata-jadi-duta-im3-queen-2012 Diunduh pada 15 Mei 2013 pukul 14.00 WIBHariyanti, Dini. (2011). Remaja, 64 Persen Pengguna Jejaring Sosial. Dalamhttp://www.jurnas.com/news/34328/Remaja,_64_Persen_Pengguna_Jejaring_Sosial_/2/Sosial_Budaya/Saintek Diunduh pada 16 Mei 2013 pukul 20.00 WIBhttps://twitter.com/search?q=%23DUTAIM3SASMG&src=hash Diunduh pada16 Mei 2013 pukul 21.30 WIBhttp://www.telkomsel.com/kartuas Diunduh pada 2 Agustus 2013 pukul 19.30WIBhttp://www.telkomsel.com/product/simpati/631-simPATI-Freedom.htmlDiunduh pada 2 Agusutus 2013 pukul 20.00 WIBhttp://www.telkomsel.com/promosimpati Diunduh pada 2 Agustus 2013 pukul21.00 WIBhttp://www.xl.co.id/id/internet/paket/hotrod Diunduh pada 21 Agustus 2013pukul 19.00http://www.xl.co.id/id/prabayar Diunduh pada 21 Agustus 2013 pukul 20.00http://www.xl.co.id/id/prabayar/perdana/xl-ku Diunduh pada 21 Agustus 2013pukul 20.30http://www.indosat.com/Personal/IM3_Update/IM3_Sekalee Diunduh pada 22Agustus 2013 pukul 15.00http://www.indosat.com/Personal/IM3_Update/IM3_SMS_SUKA_SUKADiunduh pada 22 Agustus 2013 pukul 15.30http://indosat.com/Personal/Personal/DOBEL_1000_BERKAH Diunduh pada22 Agustus 2013 pukul 17.00http://icity.indosat.com/t5/Events-Announcements/Terbaru-Dari-Indosat-Pulsa-Isi-Ulang-12000/td-p/78840 Diunduh pada 7 November 2013 pukul 19.00http://www.indosat.com/Personal/IM3_Update/IM3_Play Diunduh pada 7November 2013 pukul 19.30http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/113510 Diunduh pada 9 April2013 pukul 21.00http://www.indosat.com/Public_Relations/Press_Release_Photo_Gallery/INDOSAT_GELAR_IM3_MOBILE_ACADEMY_KE6 Diunduh pada 7 November 2013pukul 20.00Jurnal dan Skripsi :Raditya, C. (2012). Hubungan intensitas penggunaan situs jejaring sosial twitterdengan intensitas komunikasi interpersonal mahasiswa program studi ilmukomunikasi UPN FISIP “veteran” Yogyakarta. Skripsi. UPN VeteranYogyakarta.Kwon, Eun Sook and Yongjun Sung. (2011). Follow Me! Global MarketersTwitter Use. Journal of Interactive Advertising: 1-11Sari, Viranti Mustika. (2012). Pengaruh Eletronic Word of Mouth (eWOM) disocial media twitter terhadap minat beli konsumen: Studi pada RestoranHolycowsteak. Skripsi. Universitas IndonesiaSteyer, Alexandre, Renaud Garcia Bardidia, Pascale Quester. (2010). OnlineDiscussion Groups as Social Networks: An Empirical Investigation of Word ofMouth on The Internet. Journal of Interactive Adevertising: 1-6
Pengelolaan Aplikasi Berbasis Lokasi “Dalam Kota” (Dalkot) Sebagai Editor Foto Dachman, Dina Tasyalia; Lukmantoro, Triyono; Setiabudi, Djoko; Sateria, Candra
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.713 KB)

Abstract

“Dalam Kota” atau Dalkot merupakan aplikasi berbasis lokasi asal Semarang dengan segmentasi pengunduh berada di umur 15-25 tahun. Aplikasi ini menyuguhkan informasi panduan wisata yang dapat digunakan sebagai referensi mencari tempat-tempat kuliner, tempat wisata, lifestyle, event, hotel dan transportasi yang ada di Semarang.Aplikasi Dalkot sudah menginjak usia lima bulan sejak didirikan, namun tidak cukup dikenal di masyarakat Semarang, terlihat dari jumlah pengunduhnya yang hanya berjumlah 500 orang. Selain karena kurangnya promosi, konten artikel pun tidak cukup memberikan infromasi kepada para pengguna, serta terdapat teguran dari pihak lain yang merasa karya fotonya diambil tanpa izin untuk ditampilkan di aplikasi. Inilah alasan konten dan tampilanAplikasi Dalkot perlu dikembangkan lagi.Tugas penulis adalah sebagai reporter yang bertugas memverifikasi data di lapangan agar informasi sesuai dengan fakta. Kemudian, sebagai foto editor untuk menyunting foto agar dapat dengan baik ditampilkan di aplikasi. Terakhir, sebagai administrator yang bertugas memasukkan konten ke dalam aplikasi agar dapt dinikmati para pengguna. Selama menjalankan tugas, penulis mengalami beberapa kendala namun semua bisa diatasi sehingga acara tetap berjalan dengan lancar.Selama 5 minggu, penulis berhasil mengembangkan konten aplikasi menjadi lebih baik. Karenanya, pengunduh menjadi bertambah dan Aplikasi Dalkot cukup dikenal. Beberapa pengguna menyebutkan bahwa Aplikasi Dalkot dapat menjadi panduan wisata yang baik di Semarang. Diharapkan Aplikasi Dalkot dapat terus menambah konten yang baik dan kekinian serta mengembangkan fitur-fitur aplikasinya.
Video Dokumenter Televisi “Koboy Melukis Pusaka Jawa” Dinanti, Rizka Putra; Setiabudi, Djoko; Winata, I Nyoman
Interaksi Online Vol 2, No 1: Januari 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.722 KB)

Abstract

iVideo Dokumenter Televisi “Koboy Melukis Pusaka Jawa”Karya BidangDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan strata 1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikPenyusunRizka Putra Dinanti D2C607042JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013iABSTRAKVideo dokumenter merupakan salah satu produk jurnalistik dalam bentuk audio visual.Terdapat tim yang bekerja dari pra hingga pasca produksi untuk pembuatannya, dokumentarisdalam hal ini menjabat posisi sebagai produser. Pemilihan posisi tersebut merupakan kemauandan kemampuan jurnalis dalam menjalankan proyek dokumenter ini. Dokumentaris berkerjasesuai dengan naskah sekenario yang di buat oleh sutradara. Dokumenter Komunitas KomplotanBocah Wayang (Koboy) yang berjudul “Koboy Melukis Pusaka Jawa” menampilkansekumpulan anak muda yang gemar mengikuti kegiatan pewayangan di Sobokartti. Anak-anakmuda ini bersepakat untuk menggelorakan semangat cinta wayang pada masyarakat Semarangdan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap dunia pewayangan. Namun sayangnya tidakbanyak generasi muda yang tertarik kepada wayang kulit. Wayang kulit selama ini identikdengan generasi lama atau orang tua, kuno, serta kolot untuk anak muda saat ini, karena bahasapengantarnya bahasa Jawa yang tidak populer lagi di kalangan generasi muda. Untuk menarikminat generasi muda pada wayang sebagai kesenian tradisional, akhirnya mereka berduaberusaha memberikan inovasi terhadap pewayangan dengan sentuhan kreatif yaitu denganmembuat sebuah wayang kreasi baru, yaitu dengan menggunakan fiber, tekson, kardus, serta ewayangyang bisa diaplikasikan menjadi komik, poster, video animasi, dan yang bersentuhandengan bidang digital teknologi agar bisa lebih mendekatkan dan menarik minat anak mudasekarang.Mereka sangat totalitas dalam menggelorakan semangat cinta wayang padamasyarakat semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap dunia pewayangan,tergambar pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Koboy. Dari sekolah ke sekolah merekabawa tongkat estafet budaya wayang yang diwariskan oleh nenek moyang untuk mengenalkankembali ke anak-anak muda saat ini, Koboy menjembatani dengan ketulusan mereka, ketekunanserta semangat dan upaya-upaya agar anak muda semakin mengenal dan bangga serta dapat ikutmenjaga kelestarian seni tradisional wayang dalam wadah komunitas Komplotan Bocah Wayangatau Koboy. Melalui Koboy, diharapkan wayang bisa lebih dekat dengan masyarakat khususnyaanak mudaKata kunci: jurnalis, produser, Wayang, KoboyiABSTRACTVideo documentary is one of audio-visual journalism product . There is a team workingfrom pre to post-production to production, documentary in this case serves as a camerapersonand a concurrent position as editor . The selection of these positions is the willingness and abilityof journalists to carry out this documentary project . Documentary work in accordance with thescenario script made by the director . Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy) entitled“Koboy Draws Java’s Heritage” featuring a bunch of young people who love to take part inSobokartti puppet . They are agreed to foster a spirit of love puppets in Semarang and gatherpeople who are interested in the puppet world . But unfortunately not many young people areattracted to the shadow play . Wayang kulit is synonymous with the old generation or the old ,ancient , and old-fashioned for today's youth , because language introduction to the Javalanguage is no longer popular among the younger generation . To attract young people to thepuppet as traditional art , finally they both tried to deliver innovation to the puppet with acreative touch to create a new puppet creations , using fiber , tekson , cardboard , as well as e -puppets that can be applied into comics , posters , video animation , and is in contact with thefield of digital technology in order to get closer and attract young people today .They are very total in spreading spirit of love puppets in Semarang and raise public whoare interested in the puppet world , reflected in the activities undertaken by Koboy . From schoolto school they carry the baton puppet culture inherited by the ancestors to introduce back toyoung kids today, Koboy bridge with their sincerity , passion and perseverance as well as effortsto bring more young people to know and be proud of and care for preservation of traditional artpuppets Komplotan Bocah Wayang or Koboy gang. Through Koboy , puppet is expected to becloser to the public, especially young people .Keywords : Journalist , producer, wayang and Koboy .iBAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKegiatan Jurnalistik sangat berkaitan erat dengan media massa cetak maupunelektronik, karena publikasi di media massa adalah salah satu syarat utama agar sebuahproduk tersebut dapat dikatakan sebagai produk jurnalistik. Media massa elektronik salahsatunya televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasisecara cepat dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dalam waktubersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditampilkan telah mampu menarik minatpemirsanya , dan mampu membius pemirsanya untuk selalu menyaksikan berbagaitayangan yang disiarkan televisi. Terlebih lagi TV merupakan media yang menyuguhkantampilan melalui bentuk audio visual (suara dan gambar) sehingga tentunya membuatmasyarakat lebih tertarik kepada televisi daripada media massa lainnya. Banyaknyaaudien televisi mejadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang,kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah media massa dominan(Vivian, 2008:225).Beberapa jenis dan bentuk pengembangan documenter televisi meliputi expositorydocumenter (penutur tunggal narrator), documenter drama, news feature, reality showdan investigasi. Kami sebagai jurnalis ingin mebuat sebuah produk jurnalistik dalambentuk news feature dengan format documenter yang nantinya akan di publikasikanmelalui media televise. Alasan menggunakan format documenter karena kontenididalamnya lebih lengkap, yaitu seperti unsur informasi, ilmu pengetahuan, dan yangdominan unsure hiburan yang kreatif (fachrudin,2012:314).Kami ingin mengangkat salahsatu kesenian tradisional yang mulai terpinggirkan bahkan mulai ditinggalkan oleh anakmuda khususnya adalah kesenian wayang.Wayang selama ini kita kenal sebagaikekayaan budaya jawa.Wayang telah menjadi etos dan pandangan hidup masyarakatjawa.Bahkan wayang menjadi esensi budaya jawa.Bagi masyarakat Jawa, wayangtidaklah hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan.Wayang bukan hanya sekedarsebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media komunikasi, media penyuluhan danmedia pendidikan.Wayang telah menjadi asset kebudayaan nasional, maka kewajiban ituberarti terletak di pundak masyarakat Indonesia seluruhnya.Tetapi tentulah masyarakatJawa khususnya yang harus merasa lebih terpanggil untuk nguri-uri kekayaan budayanyayang indah dan sarat nilai-nilai budaya yang adiluhung ini.Berbicara mengenai upaya pelestarian wayang masih terhitung sedikit terutamagenerasi muda. Salah satunya komunitas koboy (komplotan bocah wayang) yangberpusat di Sobokartti yang melakukan kegiatan pelestarian dan pengenalan wayangdengan pelatihan dalang bagi anak maupun remaja dan proses pembuatan wayang denganberbagai medium. Meskipun mereka bukan pelaku seni atau orang yang terlibat dalamkegiatan pewayangan namun kegiatan yang mereka lakukan dengan mengenalkanwayang melalui workshop ke sekolah-sekolah atau tempat-tempat umum, sudah menjadisalah satu cara pelestarian terhadap wayang. Meski hanya workshop, setidaknya kegiatanitu mampu memberi pesan untuk mengenalkan tentang wayang terlebih dahulu kepadaanak-anak dan orang tua, apabila kedepannya wayang tetap tidak diminatipun itu bukanmerupakan kegagalan para koboy, yang terpenting adalah masyarakat yang terutamaianak-anak mengetahui bahwa kita mempunyai peninggalan kebudayaan yang sangatbernilai yaitu wayang. Koboy sangat berperan dalam melestarikan wayang meski tidakmampu meneruskan kebudayaan sebagai pelaku, setidaknya koboy dapat meneruskantongkat estafet kepada generasi muda, yang seharusnya tongkat estafet tersebut dibawaoleh orangtua untuk anak-anaknya namun terbentur orang tua jaman sekarang banyakyang tidak peduli atau malah tidak mengenal tentang pewayangan, maka para orang tuasendiri tidak mampu berperan untuk mengenalkan wayang kepada anak-anaknya didalamsistem pelestarian kebudayaan wayang saat ini.1.2 Kerangka Pemikiran1. Jurnalistik dalam DokumenterJurnalistik didefinisikan sebagai seni dan ketrampilan mencari, mengumpulkan,mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-harisecara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya,sehingga terjadi perubahan sikap, sifat pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengankehendak para jurnalisnya. (Suhandang, 2004:21).Video dokumenter merupakan sebuah produk jurnalistik berbentuk soft news yangbertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan secara menarik (Morrison,2008:211). Sehingga dokumenter pun menjadi salah satu dari sekian media yang dapatdigunakan untuk menyampaikan informasi, pendidikan, pengaruh dan sekaligus hiburanuntuk kahalayak atau cakupan massa. Video dokumenter dapat diputar dan dipertunjukankepada khalayak dan target audience melalui ruang-ruang komunitas maupun secaraimassive yaitu televisi. Televisi sendiri telah menjadi media komunikasi massa yang tidakterpisahkan dengan masyarakat. Masyarakat dari segala usia termasuk di dalamnyaadalah remaja yang sangat akrab dengan televisi. Menurut Vivian (2008:16) televisimerupakan salah satu media yang tidak menuntut audiensnya untuk terlalu aktif , bahkancukup pasif saja (cool media). Media seperti televisi, radio dan film yang diputar padatelevisi merupakan jenis-jenis media yang masuk kedalam kategori itu.2. Gaya Bertutur dan Strukur DokumenterDalam pembuatan dokumenter ini, kami para jurnalis memilih menggunakan gayarekonstruksi pada umunya bentuk ini dapat ditemui pada documenter investigasi dansejarah, termasuk pula pada film etnografi dan antropologi visual. Dalam tipe ini,pecahan-pecahan atau bagian –bagian peristiwa masalampau maupun masa kini disusunatau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah.Pada saat merekonstruksi suatu peristiwa,latarbelakang sejarah, periode, serta lingkungan alam dan masyarakatnya menjadi bagiandari konstruksi peristiwa tersebut.Konsep penuturan rekonstruksi terkadang tidakmementingkan unsur dramatic tetapi lebih terkonsentrasi pada pemaparan isi sesuaikronologi peristiwa (Ayawaila, 2008: 40-43). Diharapkan pembuatan documenter dengangaya rekonstruksi dapat membangunkan kembali pemahaman tentang wayang sebagaiseni tradsisi yang menjadi pusat tatanan nilai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya.Seperti halnya video documenter koboy ini yang membandingkan kondisikesenian wayang jaman dahulu yang banyak diminati, sertamerupakan sebagai pusatreferensi tatanan nilai dan tatanan hidup, namunberbeda pada saat sekarang ini, padahalwayang dahulu lebih rumit dibanding dengan wayang jaman sekarang yang sudahiberinovasi dari segi cerita dan bahasa agar dapat diterima. Perkembangan jaman denganmunculnya media-media baru, peran wayang sebagaipusat tatanan nilai tergeser olehmedia-media baru tersebut.1.3. Konstribusi KaryaNews feature ini dibuat sebagai tugas akhir untuk persyaratan kelulusan dalam ProgramStudi S-1 jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk :1. Media dalam mengenalkan kesenian wayang kepada generasi muda sehingga tumbuhrasa cinta dan bangga generasi muda terhadap kesenian wayang.2. Sarana untuk menumbuhkan kesadaran banyak pihak untuk terlibat dalam upaya menjagaeksistensi kesenian wayang.1.4 Konsep filmBentuk Dokumenter Tematis`Struktur penuturan ini biasanya digunakan apabila fokus cerita adalah sebuah objeklokasi yang merupakan tempat sejumlah orang melakukan aktivitasnya. Seperti halnyaPerkumpulan Koboy dimana merupakan sebagai tempat berkumpulnya para para pencintaatau penggiat kesenian wayang dikalangan anak muda dalam melakukan kegiatankegiatannya,yang berpusat di Sobokartti.Dalam “Koboy Melukis Pusaka Jawa” penceritaan diawali dengan pernyataan-pernyataandari ketiga narasumber mengenai permasalahan semakin terasingnya dan antusiasme yangkurang generasi muda terhadap kesenian wayang, kemudian upaya yang dilakukan olehkoboy untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga di generasi muda terhadap kesenianwayang dan diakhiri dengan pernyataan-pernyataan narasumber mengenai eksistensiikesenian wayang dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menarik minat generasi mudaterhadap kesenian wayang.1.7. Personel dan Job DescriptionKarya bidang ini dibuat oleh tim yang terdiri dari 3 mahasiswa dalam sebuah sistem kerjayang dirancang sedemikian rupa untuk penilaian yang independen dalam laporan yangdisusun. Personil dan Job description tersebut sebagai berikut :1. Rizka Putra Dinanti (D2C607042) Producer : Penanggung jawab dalam suatu produksi acara Lobi dengan pihak stasiun televisi untuk penayangan Lobi Narasumber Penanggung jawab anggaran untuk produksi2. Wisnuadi Trianggoro (D2C009129) Juru Kamera (cameraman) : melakukan riset lokasi riset narasumber, riset stockshootkota semarang, melakukan pengambilan gambar wawancara, melakukanpengambilan gambar saat kegiatan objek dokumenter, memindahkan file untukeditor. Editor : bertugas memilih dan menyambung gambar atau siaran audio.3. Yuniawan Eko (D2C009136) Program Director/Sutradara : Orang yang bertanggung jawab dalam mengarahkansuatu proses produksi acara radio atau televisi.i Penulis Naskah/Reporter : Orang yang berprofesi sebagai peliput atau pencari berita,menulis naskah atau melaporkan (to report) suatu event atau peristiwa atau kejadianpada media radio tau televisi. Pra Produksi- Produser melakukan pengurusan izin dan lobi dengan televisi.- Produser melakukan pembuatan janji dengan narasumber dan pemilihan lokasipengambilan gambar.- Produser membuat anggaran biaya produksi.- Produser melakukan pengadaan peralatan produksi. Produksi- Produser mendampingi sutradara dan camera person dalam pengambilan gambar saatmelakukan produksi- Produser memastikan seluruh peralatan produksi sudah lengkap dan memastikankembali seluruh narasumber dapat diwawancarai sekaligus pengambilan gambarnya. Paska Produksi- Produser mempersiapkan seluruh kebutuhan proses editing.- Produser mendampingi sutadara,camera person dan editor selama proses editingberlangsung.iPENUTUPMembuat sebuah film baik itu fiksi ataupun non fiksi diperlukan riset yang matang.Dengan cara mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai subjek,peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang akan diangkat. Riset secara mendalam sangat dibutuhkankarena news faeture tidak disajikan dalam sisi estetika saja tetapi juga kelengkapan informasiseusai dengan peristiwa nyata. Secara umum dalam sebuah news features terdapat fakta-faktayang ingin disampaikan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Dalam pembuatan videonews faeture ini mengalami tiga tahap, pra produksi, produksi, dan paska produksi. Berikutbeberapa kesimpulan yang dokumentaris dapatkan selama proses pembuatan news faeture“Koboy Melukis Pusaka Jawa”Kesimpulan1) Pemilihan KOBOY ( Komplotan Bocah Wayang) sebagai subjek utama dalamvideo ini disesuaikan dengan tema yang diangkat yaitu pengenalan wayang sebagaikesenian yang mulai jauh di kalangan generasi muda. KOBOY yang beranggotakananak- anak muda yang memiliki minat dan kepedulian besar terhadap eksistensi wayangdi tengah-tengah generasi muda .Mereka mempunyai komitmen kuat untukmenumbuhkan rasa cinta dan bangga pada generasi muda terhadap kesenian wayang.Pemilihan KOBOY didasarkan pada kesamaan visi yang sama dengan tujuan dibuatnyaivideo News Features ini yaitu berupaya mengenalkan wayang kepada generasi mudasehingga tumbuh rasa cinta dan bangga terhadap wayang.2) Pemilihan Cakra Semarang TV sebagai media yang akan mempublikasikanvideo News Features kami dikarenakan salah satu program di Cakra Semarang TV yaituProgram Sluman-Slumun yang mempunyai kesamaan dengan konten yang kami angkatyaitu upaya pengenalan keberagaman budaya salah satunya wayang. Program Sluman-Slumun sendiri merupakan tayangan yang bercerita mengenai tempat-tempat yangmemiliki history atau sejarah di Semarang dan menceritakan keberagaman budaya yangada di Semarang. Seperti Koboy yang merupakan salah satu komunitas wayang yangberpusat di Sobokartti.3) Pemilihan narasumber dan tokoh utama dalam video News Featuresmempunyai peranan penting. Pihak-pihak yang menjadi narasumber dalam NewsFeatures ini merupakan sosok-sosok yang mempunyai kepedulian yang besar terhadapperkembangan kesenian wayang dan memiliki pemahaman yang baik berkaitan denganupaya-upaya untuk menjaga eksistensi kesenian wayang. Dalam penentuan narasumberdiperlukan riset pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui kapasitas dan kompetensipara narasumber dalam menjawab permasalahan yang kami angkat.4) Dalam pembuatan News Features ini bahasa yang digunakan bersifat formaldan informatif yang disesuaikan dengan karakteristik audience. Pemilihan bahasaitersebut diharapkan audience bisa memahami makna yang disampaikan dalam NewsFeatures ini
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA KOREA DAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEER GROUP DENGAN INTENSITAS KHALAYAK MENONTON DRAMA SERI KOREA Oktavyana, Azizah; Herieningsih, Sri Widowati; Setiabudi, Djoko
Interaksi Online Vol 1, No 4: Oktober 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA KOREA DANINTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEER GROUP DENGANINTENSITAS KHALAYAK MENONTONDRAMA SERI KOREAABSTRAKJudul : Hubungan Motivasi Belajar Bahasa Korea dan Intensitas Komunikasi dalamPeer Group dengan Intensitas Khalayak Menonton Drama Seri KoreaNama : Azizah OktavyanaNim : D2C006015Fenomena Korean wave di Indonesia ditandai dengan kepopuleran drama seriKorea dan juga kebudayaan dan bahasa Korea. Permasalahannya adakah keterkaitanantara motivasi belajar bahasa Korea dan juga intensitas komunikasi dalam peergroup dengan intensitas khalayak menonton drama seri Korea.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara motivasibelajar bahasa Korea (X1) dan intensitas komunikasi dalam peer group (X2) denganintensitas khalayak menonton drama seri Korea (Y).Upaya menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan teoriDependensi (Dependency Theory) dengan menggunakan teori pendukungAchievement Motivation Theory dan juga Teori Kelompok Rujukan. Penelitian inimenggunakan metoda eksplanatori dengan perhitungan mengunakan uji KonkordansiKendall yang mengukur hubungan antara ketiga variabel.Hasil penelitian menemukan bahwa variabel motivasi belajar bahasa Korearesponden tergolong rendah sedangkan variabel intensitas komunikasi dalam peergroup dan juga intensitas khalayak menonton drama seri Korea tergolong tinggi.Hasil penelitian tersebut dilakukan uji hipotesis menghasilkan bahwa ada hubunganantara motivasi belajar bahasa Korea dan intensitas komunikasi dalam peer groupdengan intensitas khalayak menonton drama seri Korea. Hal tersebut dibuktikandengan nilai chi-square hasil perhitungan yaitu 73,266 lebih besar dari r tabel yaitu5,991. Nilai tersebut berarti bahwa Ha (ada hubungan di antara ketiga variabel)diterima dan H0 (tidak ada hubungan antara ketiga variabel) ditolak.Kesimpulan dari hasil uji hipotesis adalah ketika motivasi belajar bahasa Koreadigabungkan dengan intensitas komunikasi dalam peer group akan memilikihubungan yang kuat dan signifikan dengan intensitas khalayak menonton drama seriKorea.Kata Kunci : Belajar Bahasa Korea, Komunikasi dalam Peer Group, Drama SeriKoreaABSTRACTTitle : The relationship of motivation in learning Korean and the intensitycommunication in peer groups with the audience intensity of watching Koreandrama seriesNama : Azizah OktavyanaNIM : D2C006015The Korean wave phenomenon in Indonesia can be seen with the popularity ofKorean drama series and also Korean culture and language. The problem is whetherthere is realtionship between motivation in learning Korean and the intensitycommunication in peer group with the intensity of watching Korean drama series.The objectives of this research is to examine the relationship betweenmotivation in learning Korean (X1) and the intentisty communication in peer group(X2) with the intensity of watching Korean drama series (Y).In accordance with the research problem above, researcher applies DependencyTheory supported with some theories which are Achievement Motivation Theory andReference Group Theory. This research uses explanatory methods that calculatesusing Kendall concordance test that measures the relationship of those threevariables.The result of this research shows that the variable of motivation in learningKorean values low. But the other variables, the intensity communication in peergroup and the intensity of watching Korean drama series values high. The hypothesistest of the result shows that there is a relationship between motivation in learningKorean and the intensity communication in peer group with the intensity of watchingKorean drama series. It is statistically tested by the chi-square value that shows73.266 which is higher than r-table which value is 5.991. The value shows that thatHa (there is relationship between three variables) accepted and H0 (there is norelationship between three variables) denied.The conclusion of the the hypothesis test is when motivation in learning Koreancombine with the intensity communication in peer group will significantly have astrong relationship with the intensity of watching Korean drama series.Keywords: learning Korean, intensity communication in peer group, watching koreandrama seriesPENDAHULUANTayangan asal Korea, khususnya yang berbentuk drama seri semakin banyakmemadati program-program yang ada di stasiun televisi di Indonesia. Drama seriKorea menjadi salah satu elemen penting dalam sejarah pertelevisian Indonesia.Semenjak awal penayangannya di tahun 2002, hingga saat ini drama seri Korea masihmenjadi salah satu andalan stasiun televisi untuk menjaring pemirsa (Bintang Online,2011).Penayangan drama seri Korea di stasiun TV Indonesia memang cukupmendapatkan tempat tersendiri pada pemirsanya. Perolehan rating dari drama seriKorea tersebut juga tidak mengecewakan. Pada Juli 2011, serial Naughty Kiss danDongyi yang ditayangkan di stasiun TV Indosiar pada jam tayang siang hari berhasilmeraih rating 3 dengan share lebih dari 20 (Bintang Online, 2012).Penayangan drama seri Korea yang cukup digemari oleh pemirsa Indonesiamembuat pihak stasiun TV bahkan menayangkan kembali beberapa judul drama seriKorea. Boys Over Flowers misalnya, drama seri Korea yang diadaptasi dari animasiJepang ini memang sangat terkenal di negara asalnya. Demam Boys Over Flowersyang melanda Indonesia dimanfaatkan oleh stasiun TV Indosiar yang menayangkankembali drama seri tersebut di layar kaca Indonesia beberapa kali. Tercatat oleh AGBNielsen rating pada minggu kedua Juli 2010, Boys Over Flowers mendapatkan rating3,1 dengan share 23,8. Perolehan rating tersebut cukup tinggi mengingat jam tayangyang bukan di jam tayang utama (Lautan Indonesia Forum, 2010).Maraknya penayangan drama seri Korea di Indonesia merupakan salah satubentuk dari suatu fenomena Korean wave atau yang juga biasa disebut Hallyu wave.Korean wave merupakan suatu fenomena tersebarnya budaya pop Korea secaraglobal. Drama seri dan musik populer asal Korea yang sering disebut K-Popmerupakan konten utama dari fenomena Korean wave. Selain mempopulerkanbudaya-budaya pop asal Korea, Korean wave juga memperkenalkan masyarakatdunia dengan bahasa Korea dan budaya tradisional Korea(http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu).Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Nuri Hidayati (2011) mencobamenjelaskan pengaruh drama seri Korea terhadap minat mempelajari budaya danbahasa Korea. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya komunitas yang menaungipara pecinta kebudayaan Korea di Indonesia, salah satunya Hansamo yang berbasis diKota Bandung. Komunitas yang berdiri pada 10 September 2006 itu pada tahun 2012memiliki anggota kurang lebih sekitar 1.500 orang yang sebagian besar adalah kaumremaja (Wanita Indonesia, 2012). Dengan rasa keingintahuan yang sedangberkembang, remaja menjadi sangat mudah tertarik pada hal-hal baru yang atraktifdan menarik minat mereka.Munculnya ketertarikan khalayak pada budaya dan bahasa Korea merupakansalah satu wujud dari pengaruh dari media massa. Namun, pengaruh kuat dari mediamassa sudah tidak dapat diaplikasikan lagi dalam perkembangan teknologi yangsemakin maju. Dengan adanya teknologi, segala keputusan beralih kepada individu.Begitu pula dalam menggunakan media. Individu mulai mempertimbangkankebutuhannya sebelum mengonsumsi media. Aspek kebutuhan pribadi seorangindividu menjadi salah satu faktor yang menentukan keputusan dalam mengonsumsimedia. Bagi para individu yang sedang mempelajari bahasa Korea, mereka akancenderung mengonsumsi media yang akan memberikan mereka pengetahuan yangdapat membantu mereka dalam kegiatan belajar yang sedang mereka lakukan.Remaja sebagai sosok yang memiliki emosi yang kurang stabil membutuhkanpihak lain yang dapat memberikan motivasi lebih kepada mereka terutama untukmengambil keputusan, dalam hal ini menentukan tayangan apa yang akan merekatonton. Salah satunya yaitu peer group. Peer group sebagai kelompok utama dalamkehidupan remaja menjadi role model utama remaja dalam berperilaku. Salah satunyadalam menentukan tontonan yang mereka tonton.Dari uraian di atas muncul pertanyaan apakah terdapat hubungan antaramotivasi belajar bahasa Korea dan intensitas komunikasi dalam peer group denganintensitas khalayak dalam menonton drama seri Korea. Dan bagaimana relasihubungan yang terjadi di antaranya?ISIHubungan antara ketiga variabel yaitu motivasi belajar bahasa Korea, intensitaskomunikasi dengan peer group dan intensitas khalayak menonton drama Koreadijelaskan oleh DeFleur dan Ball-Rokeach (1976) dalam teori Dependensi yangmelihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis yaitu1. Perspektif perbedaan individual,Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personalpsikologisindividu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli darilingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut.2. Perspektif kategori sosial,Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompokkelompoksosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama.3. Perspektif hubungan sosial.Sedangkan perspektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungansosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa(Rahmat, 2007:203-204).Teori tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media oleh individudipengaruhi oleh tiga hal yaitu perspektif individu, kategori atau kelompok sosial danhubungan sosial. Dalam penelitian ini perspektif individu merupakan motivasi belajarbahasa Korea yang dapat mengarahkan individu dalam menggunakan media yaitudrama Korea. Sedangkan perspektif kategori sosial dan hubungan sosial terdapatdalam variabel lain dalam penelitian ini yaitu komunikasi dalam peer group. Individusebagai anggota dari peer group akan cenderung berperilaku sama dengan individuindividulain yang ada di dalam peer group tersebut.Tipe penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tipe eksplanatif,yaitu tipe penelitian yang menjelaskan hubungan atau korelasi antara motivasi belajarbahasa Korea sebagai variabel pertama, intensitas komunikasi dengan peer groupsebagai variabel kedua, dan intensitas khalayak menonton drama seri Korea sebagaivariabel ketiga. Populasi dalam penelitian ini adalah Korean Studies Centre (KSC)Universitas Diponegoro. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalahmahasiswa anggota Korean Studies Centre Universitas Diponegoro yang berusiaantara 17-23 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik TotalSampling. Saat ini anggota KSC yang hanya ada 40 orang yang terdiri dari 35 orangmahasiswa UNDIP dan 5 orang mahasiswa universitas lain.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis Konkordansi Kendallmenggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) release 16.Berdasarkan hasil uji SPSS di atas dapat dilihat bahwa koefiensi konkordansi Kendallsebesar 0,916. Sedangkan untuk menguji signifikansi konkordansi Kendall tersebutdiadakan tes dengan menggunakan rumus chi-square. Dari perhitungan SPSS di atasdapat diketahui nilai chi-square (X2) sebesar 73,266. Dalam table chi-square untukderajat kebebasan (df) 2 dan signifikansi 0,05 didapatkan nilai X2 pada tabel yaitu5,99. Maka 73,266 > 5,99 berarti hubungan antara ketiga variabel dapat dikatakansignifikan dan H0 (tidak ada hubungan antara ketiga variabel) ditolak dan Ha (adahubungan antara ketiga variabel) diterima.Hasil uji hipotesis penelitian ini menghasilkan bahwa motivasi belajar bahasaKorea, intensitas komunikasi dalam peer group dan intensitas khalayak menontondrama seri Korea memiliki hubungan yang simultan dan signifikan. Uji hipotesisyang menghasilkan hubungan yang simultan dan signifikan tersebut menandakanbahwa apabila kedua variabel independen yaitu motivasi belajar bahasa Korea danintensitas komunikasi dalam peer group digabung maka akan memiliki hubunganyang kuat dengan variabel dependen yaitu intensitas khalayak menonton drama seriKorea.Hasil uji hipotesis menjelaskan bahwa motivasi belajar bahasa Korea yangtinggi bersama dengan tingginya intensitas komunikasi dalam peer group makaintensitas khalayak menonton drama seri Korea juga akan tinggi. Hal ini sejalandengan Dependency Theory yang dikemukakan oleh Melvin De Fleur dan SandraBall Rokeach yang menjelaskan bahwa adanya hubungan integral antara khalayak,media dan sistem sosial (Littlejohn, 2004:267). Hal itu berarti bahwa khalayakmenggunakan media untuk memuaskan kebutuhan dan meraih tujuan mereka. Dalampenelitian ini, media, yaitu drama seri Korea, digunakan oleh khalayak sebagai salahsatu sumber referensi yang digunakan dalam memahami bahasa Korea yang sedangmereka pelajari dan juga digunakan sebagai salah satu sarana untuk melebur dalamkelompok sosialnya yaitu peer group.PENUTUPSimpulan1. Terdapat Hubungan Antara Motivasi Belajar Bahasa Korea (X1) dan IntensitasKomunikasi dalam Peer Group (X2) Dengan Intensitas Khalayak MenontonDrama Seri Korea (Y)Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan Konkordansi Kendall danjuga uji Chi-Square didapatkan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan lebihbesar dari r tabel yaitu 73,266 > 5,991. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yangsimultan dan signifikan di antara ketiga variabel. Variabel independen yaitumotivasi belajar bahasa Korea dan intensitas komunikasi dalam peer groupdigabung dan menghasilkan hubungan yang simultan dan signifikan denganvariabel dependen yaitu menonton drama seri Korea. Motivasi belajar bahasaKorea yang rendah apabila digabungkan dengan intensitas komunikasi dalam peergroup yang tinggi akan menghasilkan hubungan yang simultan dan signifikandengan intensitas khalayak menonton drama seri Korea yang tergolong tinggi.Saran1. Saran AkademisBerdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa ada hubungan antara faktorinternal dan eksternal seorang individu dalam mengonsumsi tayangan televisidalam hal ini drama seri Korea. Untuk penelitian selanjutnya diharapkanpenggunaan metode lain seperti metode kualitatif untuk meneliti lebih dalam.Metode studi kasus dapat digunakan untuk memahami lebih dalam tentangfenomena Korean wave yang sedang melanda Indonesia. Metode analisis resepsijuga dapat digunakan dalam mengetahui proses penerimaan dan persepsi khalayakmengenai fenomena Korean wave. Penelitian ini menggunakan drama seri Koreasebagai salah satu aspek Korean wave, diharapkan juga bahwa ada penelitianmengenai aspek-aspek lain seperti K-Pop, film Korea, ataupun penelitian tentangpenggemar Korean wave yang jumlahnya di Indonesia semakin bertambah.2. Saran PraktisSaran ini ditujukan pada praktisi media di bidang televisi, yaitu stasiun televisi.Adanya fenomena Korean wave yang masih melanda Indonesia dapatdimanfaatkan dengan menambah banyaknya tayangan dari Korea Selatan,khususnya drama seri Korea. Penayangan drama seri Korea tidak hanyamemberikan hiburan bagi pemirsanya tetapi juga dapat memberikan wawasan barukepada pemirsa mengenai budaya Korea.3. Saran SosialAdanya penelitian ini diharapkan dapat melihat sisi positif dari fenomena Koreanwave. Bahwa Korean wave bukan hanya fenomena yang terjadi di dalam industrihiburan tetapi juga dapat menyentuh aspek edukasi. Fenomena Korean wave dapatmenambah wawasan global tetapi juga dapat menambah wawasan pribadi seorangindividu. Selain itu, peer group sebagai salah satu pihak terdekat dari seorangremaja, tidak hanya dapat memberikan pengaruh buruk terhadap remaja tetapi jugapengaruh positif dalam perkembangan remaja.DAFTAR PUSTAKAReferensi Buku :Ajzen, I. & M. Fishbein. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: AnIntroduction to Theory and Research. Reading: Addison-Wesley.Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala E. 2004. Komunikasi Massa : SuatuPengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia Edisi 5. Jakarta : ProffesionalBooks.Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.Gerungan, W.A. 2000. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Harris, Richard Jackson. 2004. A Cognitive Psychology of Mass CommunicationFourth Edition. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.Korean Culture and Information Centre Ministry of Culture, Sports, & Tourism.2011. K-Pop:A New Force in Pop Music. Seoul:Korean Culture andInformation Service.Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2005. Theories of Human CommunicationEight Edition. Toronto : Thomson Wadsworth.Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja,Bandung.Santoso, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara.Severin, Wener J. & James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi Sejarah, Metode,dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta : Prenada Media.Santrock, John W. 1996. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga.Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta : Prestasi Pustaka.Wiryanto. 2006. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Grasindo.Referensi Skripsi :Alfitriarso, Koeshanindyo Suryo. (2007). Pengaruh Terpaan Tayangan Basket danIntensitas Komunikasi dalam Kelompok Referensi Terhadap MotivasiBerprestasi Basket Mahasiswa UNDIP. Skripsi. Universitas Diponegoro.Hidayati, Nuri. (2011). Pengaruh Tayangan Drama Korea di Televisi Terhadap MinatMahasiswa Mempelajari Budaya dan Bahasa Korea. Skripsi. Universitas BinaNusantara.Stephanie, Brian. (2009). Studi Mengenai Faktor-Faktor Preferensi KonsumsiTelevisi Lokal di Kota Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro.Referensi Internet :AGB Nielsen. (2007). Newsletter Edisi November 2007. Dalamhttp://cs.agbnmr.com/Uploads/Indonesia/AGB%20Nielsen%20Newsletter%20Nov-Ind.pdf. Diunduh pada 2 Januari 2013 pukul 19.00 WIB.AGB Nielsen. (2010). Newsletter Edisi Maret 2010. Dalamhttp://www.agbnielsen.com/Uploads/Indonesia/AGBNielsenNewslettermarch2010-Eng.pdf. Diunduh pada 2 Januari 2013 pukul 18.58 WIB.Anggie, Hernowo. (2012). Winter Sonata dan Endless Love Hadir Lagi di antv.Bintang Online. Dalam http://www.tabloidbintang.com/film-tvmusik/kabar/59459-winter-sonata-dan-endless-love-kembali-hadir-di-antv.html.Diunduh pada 2 Januari 2013 pukul 20.31 WIB.Anonim. (2010). Diskusi Rating Televisi. Lautan Indonesia Forum. Dalamhttp://www.lautanindonesia.com/forum/index.php?topic=69555.290. Diunduhpada 10 Januari 2013 pukul 10.00 WIB.Anonim. (2013). Hallyu. Wikipedia. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu.Diunduh pada tanggal 3 Januari 2013 pukul 22:10 WIB.Irwansyah, Ade. (2011). Apa Yang Mengawali Booming Drama Korea di TV?(Bukan Endless Love, lho). Bintang Online. Dalamhttp://www.tabloidbintang.com/extra/wikibintang/17961-apayangmeng%20awali-booming-drama-korea-di-tv-bukan-endless-love-lho.html.Diunduh pada tanggal 2 Januari 2013 pukul 20:01 WIB.Rayendra, Panditio. (2012a). Drama Korea di TV Nasional Mulai KehilanganPamor?. Bintang Online. Dalam http://www.tabloidbintang.com/film-tvmusik/ulasan/54641-drama-korea-di-tv-nasional-mulai-kehilangan-pamor.html.Diunduh pada 11 Januari 2013 pukul 07:39 WIB.Rayendra, Panditio. (2012b). Ini Serial Korea yang Ceritanya Paling Memorable.Bintang Online. Dalam http://www.tabloidbintang.com/hasil-polling/52097-polling-report-ini-serial-korea-yang-ceritanya-paling-memorable.html. Diunduhpada 11 Januari 2013 pukul 08.03 WIB.Wardani, Pipit Ayu. (2012). Kian Cinta Budaya Anak Negeri dengan Hansamo.Tabloidwanitaindonesia.net.Dalamhttp://www.tabloidwanitaindonesia.net/CMpro-v-p-443.html. Diunduh pada 3Januari 2013 pukul 20:55 WIB.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) dan Reference Group terhadap minat belanja secara online. Kinanati Bunga Wulansari; Tandiyo Pradekso; Djoko Setiabudi; Dwi Purbaningrum
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.127 KB)

Abstract

Technology Acceptance Model Theory dan Darley, Blankson dan Luethge’s Model digunakan untuk menjelaskan pengaruh terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) dan Reference Group terhadap minat belanja secara online. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia 18 hingga 26 tahun yang memiliki akun media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram sebanyak 50 orang, dengan teknik purposive sampling.Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi variabel terpaan iklan promosi penjualan melalui Facebook adalah 0.02, nilai signifikansi terpaan iklan promosi penjualan melalui Twitter adalah 0.08, nilai signifikansi terpaan iklan promosi penjualan melalui Instagram adalah 0.022, dan nilai signifikansi reference group adalah 0.019 atau semua nilai signifikansi lebih kecil dari α (0.05), sehingga terpaan iklan promosi penjualan melalui Facebook, Twitter, dan Instagram dan reference group mempengaruhi minat belanja secara online.Iklan promosi penjualan melalui Instagram adalah iklan melalui media sosial yang paling berpengaruh terhadap minat belanja secara online. Pengaruh iklan promosi melalui Instagram diketahui sebesar 28.6%.
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensitas Mengakses Pemberitaan melalui Media Online dengan Citra DPR RI Rosita Kemala Sari; Tandiyo Pradekso; Djoko Setiabudi
Interaksi Online Vol 2, No 1: Januari 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.964 KB)

Abstract

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensitas MengaksesPemberitaan melalui Media Online dengan Citra DPR RIABSTRAKLatar belakang penelitian ini didasarkan pada tingginya tingkat ekspos mediaonline terhadap penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan DPR (korupsi,gratifikasi). Media mencitrakan seolah-olah DPR memang lembaga yang buruk.Akibatnya persepsi masyarakat mengenai citra DPR juga ikut buruk. Bagaimanaseseorang mencitrakan berasal dari kognisi seseorang dan di tandai dengan adanyapersepsi. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu media dan faktorpersonal seseorang. Dalam penelitian ini faktor personal yang sangat pentingdalam menilai kinerja DPR adalah tingkat pendidikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikandan intensitas mengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI.Teori utama yang digunakan pada penelitian ini adalah teori ekologi media dariMcLuhan. Pada asumsi kedua teori ekologi media mengatakan bahwa mediamemperbaiki dan memperjelas persepsi seseorang, walaupun ada faktor lain yangmempengaruhi yaitu faktor personal atau diasumsikan adalah tingkat pendidikan.Tingkat pendidikan akan berdampak pada bagaimana seseorang mempersepsikandan bagaimana mempersepsikan isu-isu yang berkembang.Penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatif dengan pendekatankuantitatif, dan menggunakan paradigma positivistik. Populasi dalam penelitianini adalah warga kota Semarang yang berusia 16 – 50 tahun yang pernahmengakses pemberitaan melalui media online selama satu tahun terakhir. Sampelyang digunakan adalah non random dengan tekhnik accidental samplingdikarenakan jumlah populasi yang tidak diketahui dengan jumlah sampelsebanyak 50 responden. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakanrumus uji korelasi Rank kendall, maka diperoleh terdapat hubungan negatif yangsignifikan antara tingkat pendidikan(X1) dengan citra DPR RI (Y) dan antaraintensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI(Y). Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin burukpersepsinya mengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengaksespemberitaan melalui media online maka semakin buruk persepsi masyarakatmengenai citra DPR RI.Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Intensitas dan CitraRelationship of Level of Education and Accesing Intensity onOnline Media with DPR’s imageABSTRACTThe background of the research is based on online expose of media to distorsionsthat DPR’s done all time high (corruption and dividend). Media Tells us that DPRis bad bureau. So people’s perception to DPR be bad, also. How people consider itfrom people cognition and marked with perception. People’s perception has beendefined by two factors are media and personal. In this research personal factor,that has a significant effect to price DPR’s performance is level of educations.The purpose of this research is to figure out the connection between thelevel of education and accesing intensity of online media with DPR’s image. Usedmajor theory to this research is ecological theory of media from McLuhan. In thesecand assumption of that theory says that media corrects and clear the peopleperception. Although, there is another factor which is personal factor that isconsidered as level of education. It impacts to how people percept and howpercept the developing issues.This reaserch is type of explanatory with a quantitative, and uses paradigmof positivisme. The reaserch's subjects are the people who reach 16-50 years oldaccesing news on online media in a last year. The used sample is non-randomwith accidental sampling technique that caused by unknown population numberwith 50 respondents. Based on the statistic computation with Rank Kendall'scorrelation of correction, then there is known a significant negative connectionbetween education level and DPR's image, and between online media accesingintensity and DPR' image. So, the higher of education level is the worseperception of DPR's image and the higher of accesing online media is the worseperception of DPR's image.Keywords: Level of education, Intensity and ImagePENDAHULUANSaat ini media online sudah menjadi sesuatu yang wajib bagi masyarakat, dengantujuan yang berbeda – beda. Tujuan masyarakat mengakses pemberitaan adalahmencari informasi, hiburan dan tak kalah pentingnya adalah mengawasi danmengkontrol kinerja pemerintahan. Hal ini dilakukan masyarakat agar pemerintahdalam hal ini DPR untuk selalu berada pada koridor yang benar, ketika terjadipenyimpangan maka masyarakat dapat dengan cepat mengetahuinya. Padakenyataannya media lebih sering mengekspos pemberitaan negatif jikadibandingkan dengan pemberitaan positif, media mencitrakan bahwa DPR adalahlembaga yang buruk.Pemberitaan yang sedang hangat – hangatnya adalah kasus Hambalangyang menyeret beberapa anggota dewan, kasus korupsi pengadaan simulator SIMoleh Djoko Susilo yang menyeret beberapa anggota dewan pada komisi hukum.Selain korupsi adanya gratifikasi seks dikalangan DPR, gratifikasi ini dilakukanoleh perusahaan yang diberikan oleh anggota dewan demi memuluskan sebuahproyek dan suap yang diberikan adalah berupa wanita, kemudian ditemukannyakondom bekas pakai di gedung Nusantara. Serta survey – survey yang dilakukanoleh beberapa instasi terkait DPR, SSS (Soegang Sarjadi Syndicate) yangmengungkapkan bahw DPR merupakan lembaga terburuk, survey LSI yangmengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat sering mendengar masalahmoralitas di kalangan masyarakat, dan yang tak kalah menghebohkan adalahsurvey LSI mengenai persepsi masyarakat terkait kinerja DPR dan hasilnya punsebagian responden menganggap bahwa kinerja DPR masih buruk.Jika melihat persepsi masyarakat terhadap kinerja DPR, tentunya tidakbisa dilepaskan dari tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang beragam.Tingkat pendidikan beruhubungan dengan banyak hal seperti bagaimanaseseorang akan mempersepsikan apa yang terjadi di lingkungannya, tingkatpendidikan juga akan mempengaruhi keterbukaan terhadap informasi-informasiyang ada kemudian akan berdampak pada perilaku atau responnya kepadalembaga negara tersebut. Tingkat pendidikan bisa dilihat dari jenjang pendidikanyang ditempuh, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.Ketika seseorang yang menempuh pendidikan maka akan berdampak padapersepsi yang dianutnya. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yangtimbul dalam lingkungannya. Kemampuan seseorang dalam mempersepsi segalasesuatunya pasti berbeda antar satu dengan lainnya bergantung pada tingkatpendidikan yang dimiliki, karena tingkat pendidikan akan menentukan intelegensiseseorang dan bagaimana seseorang menelaah mengenai apa yang terjadi padalingkungannya.Krech dan Crutchfield juga menerangkan bahwa ada dua faktor yangmembentuk persepsi seseorang yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.Faktor fugsional sendiri berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hallain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal salahsatunya adalah tingkat pendidikan seseorang, sedangkan faktor struktural berasaldari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf pada sistem saraf Individu.Keterbukaan masyarakat mengenai isu-isu DPR juga merupakan hal yangpenting. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterbukaan masyarakat adalahtingkat pendidikan masing-masing individu. Semakin tinggi tingkat pendidikanseseorang maka lebih terbuka dengan isu-isu yang ada dan semakin tinggi pulainteraksi sosial yang kemudian akan memungkinkan adanya penggalian informasidan penerimaan informasi dari orang lain akan lebih terbuka banyak. Jadi tingkatpendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi yangada, tetapi juga ia akan lebih banyak berinteraksi dengan cara tidak hanya melihatdari satu sudut pandang dan lebih melihat dari berbagai sudut dengan menggaliinformasi dari berbagai pihak.Penelitian ini menggunakan teori ekologi media dari Marshall McLuhanyang berpusat pada prinsip bahwa tekhnologi akan tetap menjadi pusat perhatianbagi semua bidang profesi dan kehidupan. Teori ekologi media dari McLuhanberkaitan dengan persimpangan antara tekhnologi dan hubungan manusia danbagaimana media mempengaruhi persepsi dan pemahaman manusia. Ada duaprinsip yang dikemukakan dalam teori ekologi media yaitu kita tidak dapatmelarikan diri dari media di dalam hidup kita, bahwa dalam keadaan apapun kitapasti selalu dekat dengan media. Saat ini media online merupakan media yangtidak bisa dipisahkan oleh masyarakat, bertambahnya pengguna internet setiaphari membuat internet dapat mengisolasi orang seperti yang dilakukan olehtelevisi. Dan asumsi yang kedua adalah media dapat memperbaiki ataumemperjelas persepsi dan mengorganisasikannya dalam kehidupan kita. Samaseperti ketika seseorang mengaskes pemberitaan pada media online, dimana orangyang mengakses pemberitaan lebih sering pasti akan berbeda persepsinya denganorang yang mengaksesnya dalam kategori ringan atau jarang. Persepsi dan sikapkita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui darimedia, selain dari media tentunya ada banyak faktor lainnya yang akanmempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. West dan Turner mencontohkanfaktor lain yang mempengaruhi adalah faktor individu seseorang.Asumsi kedua ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmatbahwa persepsi ditentukan oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor fungsionaldan struktural dimana faktor struktural berasal dari stimulus fisik yang datangsalah satunya adalah dari media dan faktor fungsional yang merupakan faktor daripersonal seseorang salah satunya adalah tingkat pendidikan individu. Ketikamedia online memberitakan mengenai kepercayaan masyarakat yang mulaimenurun kepada DPR, maka kita sebagai audiens akan secara tidak langsungmembahas mengenai korupsi yang dilakukan DPR, kemudian perilaku anggotadewan dan media membuat atau seolah-olah kinerja DPR buruk. MenurutMcLuhan hal ini bisa terjadi, karena kita sebagai audiens telah termanipulasi olehberita yang ada pada media online.Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan formal terakhir dariseseorang yang sudah ditempuh dengan suatu kelulusan. Sedangkan IntensitasMengakses Pemberitaan melalui Media Online adalah keteraturan seseorangmenonton/mendengarkan/ mengakses informasi dengan menggunakan mediaonline secara berkali-kali disertai dengan variasi, dimana tingkat keteraturantersebut terdiri dari aspek kuantitas dan kualitas. Dan citra DPR RI adalahpersepsi seseorang terhadap DPR mengenai fungsi dan tugas DPR.Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatif dengan metodesurvey, dimana metode ini berusaha untuk mengevaluasi hubungan dua atau lebihvariabel. Populasi yang digunakan adalah kota Semarang, dimana kota Semarangmerupakan kota dengan masyarakat yang heterogen dilihat dari segi demografisdan psikografisnya. Sedangkan sampel yang digunakan adalah non probabilitasatau non random dengan usia 16 – 50 tahun karena merupakan usia yang aktifdalam mengakses informasi, menggunkan teknik accidental sampling, sedangkanjumlah sampel sebesar 50 responden.Validitas dilakukan dengan mengkonsulkan teori yang digunakan daninstrumen kepada para ahli, jika menggunakan spss dapat melalui correlated item– total correlation, sedangkan untuk reabilitas menggunakan uji coba kepada 10responden dan menggunakan uji crocobanch alfa.Tekhnik analisis data menggunakan beberapa uji coba. Untuk mengujihubungan tingkat pendidikan (X1) dengan citra DPR RI (Y) dan hubunganintensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI(Y) menggunakan uji coba rank Kendall. Sedangkan untuk menguji bagaimanakeselarasan ketiga variabel menggunaka uji coba konkordansi Rank Kendall.ISIDari hasil kuesioner yang disebar kepada 50 responden didapatkan hasil bahwaterdapat hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan citraDPR RI dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara intensitasmengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI. Berartisemakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin negatif persepsi masyarakatmengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaanmelalui media online maka semakin negatif persepsi mereka mengenai citra DPRRI. Sedangkan hubungan ketiga variabel, didapatkan bahwa variabel bebas(tingkat pendidikan, intenistas mengakses pemberitaan melalui media online)secara bersama – sama berhubungan dengan citra DPR RI.Seperti halnya yang dijelaskan pada teori ekologi media dari Marshall McLuhanbahwa media dapat memperjelas, memperbaiki persepsi seseorang danmengorganisasikannya dalam kehidupan kita (Lihat Bab I, hal 20). Pada CitraDPR RI, disini media berusaha memberikan berita yang dapat membukapandangan masyarakat mengenai DPR, dan media mencitrakan seolah – olahbahwa DPR memang lembaga yang buruk, sehingga masyarakat punmempercayai dan mempersepsikan sama dengan apa yang dikatakan oleh media.Semakin seseorang mengakses media online maka akan semakin sering tertepaberita mengenai DPR dan sayangnya pemberitaan yang ada lebih sering beritanegatif mengenai DPR sehingga membaut persepsi mereka buruk mengenai citraDPR. berbeda dengan responden yang jarang mengakses pemberitaan melaluimedia online, tentunya mereka hanya sedikit tertepa mengenai berita buruk DPR.Salah satu efek yang ditimbulkan oleh media massa adalah efek kognitif,dimana efek ini memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dandipersepsikan. Semakin tinggi responden mengakses maka semakin negatif pulacitra yang didapat dan begitupula sebaliknya (lihat Bab III, hal 23). Efek yangditimbulkan berbeda-beda setiap responden juga dipengaruhi oleh seberapa seringintensitas yang dilakukan dalam mengakses pemberitaan melalui media online.Responden yang mengakses media online termasuk dalam heavy viewersdimana mereka akan lebih sering terterpa dengan berbagai pemberitaan yang adapada situs media online termasuk pemberitaan mengenai DPR RI, sehinggamereka akan lebih mudah terpengaruh untuk memberikan kesan buruk kepadaDPR RI sesuai dengan apa yang dicitrakan oleh media mengenai DPR saat ini.Bahwa media mencitrakan DPR merupakan lembaga yang banyak sekalimenerima suap, gratifikasi dan hal – hal lain yang cenderung negatif. Sementarabagi responden yang mengakses pemberitaan melalui media online dalam kategorirendah atau masuk kategori light viewers, dimana mereka tidak terlalu seringtertepa pemberitaan negatif mengenai DPR dan memandang bahwa DPR hanyasekedar lembaga negara tanpa mengerti tugas, kewajiban dan fungsi yang harusdijalankan.Dengan demikian, kegiatan mengakses pemberitaan melalui media onlinedapat memberikan pengaruh tetapi hal tersebut bergantung pada intensitasnya.Diungkapkan oleh Burgin (Lihat Bab I, hal 28) bahwa intensitas seseorang dalammengakses media dapat mempengaruhi besarnya pengaruh media terhadapbagaimana seseorang mempersepsikan dan berperilaku. Begitupula dengankeadan sebaliknya, semakin rendah intensitas seseorang dalam mengaksespemberitaan maka semakin rendah pula pengaruhnya terhadap persepsi danperilaku orang tersebut.Namun pada asumsi ekologi media yang kedua menjelaskan bahwapersepsi dan sikap kita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kitaketahui dari media, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktorpersonal. Disini yang dimaksud faktor personal adalah tingkat pendidikan yangdapat mempengaruhi bagaimana tingkat pendidikan dapat berpengaruh padapersepsi mengenai Citra DPR RI.Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung terbukaterhadap sebuah isu yang memungkin adanya penggalian informasi lebih dalamsehingga menerima lebih banyak informasi dan membuat masyarakat yangberpendidikan tinggi tidak hanya melihat dari satu sudut pandang melainkanmelihat dari sudut pandang lainnya. Responden yang berpendidikan tinggi sudahmemiliki kebutuhan akan politik yang terbukti bahwa responden berpendidikantinggi lebih mengerti mengenai fungsi dan tugas DPR itu seperti apa, berbedadengan responden berpendidikan rendah yang hanya mengetahui DPR tanpamengerti tugas dan fungsi yang harus dijalankan.PENUTUPKesimpulan dari hasil pembagian kuesioner yang dilakukan didapatkan hasilsebagai berikut:1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel tingkatpendidikan dengan variabel citra DPR RI. Dengan demikian,tingginya tingkat pendidikan membuat persepsi masyarakat mengenaicitra DPR RI semakin buruk.2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel intensitasmengakses pemberitaan melalui media online dengan variabel citraDPR RI. Maka intensitas mengakses pemberitaan melalui mediaonline mendorong masyarakat untuk mempersepsikan mengenai citraDPR RI. Semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaan melaluimedia online maka semakin buruk persepsi masyarakat mengenaicitra DPR RI.3. Tingkat pendidikan dan intensitas mengakses pemberitaan melaluimedia online dengan citra DPR secara bersama – sama berhubungandengan citra DPR RI.Sedangkan saran ditujukan kepada media, masyarakat dan penelitianselanjutnya, berupa:1. Media sebaiknya tidak hanya menampilkan keburukan danpenyelewengan yang dilakukan DPR RI melainkan juga prestasi –prestasi yang didapatkan DPR. Selain itu, media dalammemberitakan sebuah kasus DPR hendaknya tidak dilebih – lebihkanatau dengan kata lain harus memberikan berita yang seimbang, akuratdan objektif.2. Masyarakat pun harus lebih jeli dalam menilai kinerja DPR, tidakhanya melihat dari satu sudut pandang (sudut pandang media)melainkan juga dari sudut pandang lain.3. Pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan citra DPR RI,hendaknya dapat dilakukan dengan melihat faktor – faktor lain yangberhubungan, di luar intensitas mengakses dan tingkat pendidikan,misalnya persepsi terhadap pemberitaan, keterlibatan masyarakatdalam pembuatan kebijakan, dll. Disamping itu, penelitian juga dapatdilakukan dengan menggunakan teknik pengembilan sampel yangberbeda.
Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” Pada Program Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang Tv Wisnuadi Trianggoro; Djoko Setiabudi; I Nyoman Winata
Interaksi Online Vol 2, No 1: Januari 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.609 KB)

Abstract

Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” PadaProgram Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang TvABSTRAKVideo dokumenter merupakan salah satu produk jurnalistik dalambentuk audio visual. Terdapat tim yang bekerja dari pra hingga pasca produksiuntuk pembuatannya, dokumentaris dalam hal ini menjabat posisi sebagaicameraperson dan merangkap sebagai editor. Pemilihan posisi tersebutmerupakan kemauan dan kemampuan jurnalis dalam menjalankan proyekdokumenter ini. Dokumentaris berkerja sesuai dengan naskah sekenario yang dibuat oleh sutradara. Dokumenter Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy)yang berjudul “Koboy Melukis Pusaka Jawa” menampilkan sekumpulan anakmuda yang gemar mengikuti kegiatan pewayangan di Sobokartti. Anak-anakmuda ini bersepakat untuk menggelorakan semangat cinta wayang padamasyarakat Semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap duniapewayangan. Namun sayangnya tidak banyak generasi muda yang tertarik kepadawayang kulit. Wayang kulit selama ini identik dengan generasi lama atau orangtua, kuno, serta kolot untuk anak muda saat ini, karena bahasa pengantarnyabahasa Jawa yang tidak populer lagi di kalangan generasi muda. Untuk menarikminat generasi muda pada wayang sebagai kesenian tradisional, akhirnya merekaberdua berusaha memberikan inovasi terhadap pewayangan dengan sentuhankreatif yaitu dengan membuat sebuah wayang kreasi baru, yaitu denganmenggunakan fiber, tekson, kardus, serta e-wayang yang bisa diaplikasikanmenjadi komik, poster, video animasi, dan yang bersentuhan dengan bidangdigital teknologi agar bisa lebih mendekatkan dan menarik minat anak mudasekarang.Mereka sangat totalitas dalam menggelorakan semangat cintawayang pada masyarakat semarang dan menghimpun siapa saja yang berminatterhadap dunia pewayangan, tergambar pada kegiatan-kegiatan yang dilakukanoleh Koboy. Dari sekolah ke sekolah mereka bawa tongkat estafet budaya wayangyang diwariskan oleh nenek moyang untuk mengenalkan kembali ke anak-anakmuda saat ini, Koboy menjembatani dengan ketulusan mereka, ketekunan sertasemangat dan upaya-upaya agar anak muda semakin mengenal dan bangga sertadapat ikut menjaga kelestarian seni tradisional wayang dalam wadah komunitasKomplotan Bocah Wayang atau Koboy. Melalui Koboy, diharapkan wayang bisalebih dekat dengan masyarakat khususnya anak muda.Alat yang digunakan oleh jurnalis cameraperson dalampengambilan gambar adalah DSLR. Jurnalis menggunkaan kamera DSLR karenapenggunaannya di Semarang TV sudah memiliki standart HD dalam setiapprogamnya, tentunya aspek itu perlu di perhatikan. Proses editing dilakukanberdasarkan naskah editing yang dibuat oleh sutradara. Editor melakukanpemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskah editing yang dibuat olehsutradara, selain itu editor memberi beberapa efek untuk menambah estetika.Visual effects yang digunakan dokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaituAudio Transitions, Video Effects, VideoTransitions. Dalam proses editing jurnalismenggunakan aplikasi Adobe Premier CS 5Kata kunci: jurnalis, camera person, Editor, Wayang, Koboy.ABSTRACTVideo documentary is one of audio-visual journalism product .There is a team working from pre to post-production to production, documentaryin this case serves as a cameraperson and a concurrent position as editor . Theselection of these positions is the willingness and ability of journalists to carry outthis documentary project . Documentary work in accordance with the scenarioscript made by the director . Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy)entitled “Koboy Draws Java‟s Heritage” featuring a bunch of young people wholove to take part in Sobokartti puppet . They are agreed to foster a spirit of lovepuppets in Semarang and gather people who are interested in the puppet world .But unfortunately not many young people are attracted to the shadow play .Wayang kulit is synonymous with the old generation or the old , ancient , and oldfashionedfor today's youth , because language introduction to the Java languageis no longer popular among the younger generation . To attract young people tothe puppet as traditional art , finally they both tried to deliver innovation to thepuppet with a creative touch to create a new puppet creations , using fiber , tekson, cardboard , as well as e - puppets that can be applied into comics , posters , videoanimation , and is in contact with the field of digital technology in order to getcloser and attract young people today .They are very total in spreading spirit of love puppets in Semarangand raise public who are interested in the puppet world , reflected in the activitiesundertaken by Koboy . From school to school they carry the baton puppet cultureinherited by the ancestors to introduce back to young kids today, Koboy bridgewith their sincerity , passion and perseverance as well as efforts to bring moreyoung people to know and be proud of and care for preservation of traditional artpuppets Komplotan Bocah Wayang or Koboy gang. Through Koboy , puppet isexpected to be closer to the public, especially young people .The tools used by the camera person is DSLR camera. Journalistsuse DSLR cameras because of the standart in TV program. The process of editingscript created by the director . Editor cuts in each image according to the script,and also gives some effect to add to the aesthetics . Visual effects are useddocumentary is divided into 3 parts : Audio Transitions , Video Effects ,VideoTransitions . In documentary, journalists using Adobe Premier CS 5 forediting.Keywords : Reporter , Camera Person , Editor , Puppet , Koboy .PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKegiatan Jurnalistik sangat berkaitan erat dengan media massacetak maupun elektronik, karena publikasi di media massa adalah salahsatu syarat utama agar sebuah produk tersebut dapat dikatakan sebagaiproduk jurnalistik. Media massa elektronik salah satunya televisimerupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasisecara cepat dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dalamwaktu bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditampilkan telahmampu menarik minat pemirsanya , dan mampu membius pemirsanyauntuk selalu menyaksikan berbagai tayangan yang disiarkan televisi.Terlebih lagi TV merupakan media yang menyuguhkan tampilan melaluibentuk audio visual (suara dan gambar) sehingga tentunya membuatmasyarakat lebih tertarik kepada televisi daripada media massa lainnya.Banyaknya audien televisi mejadikannya sebagai medium dengan efekyang besar terhadap orang, kultur dan juga terhadap media lain. Sekarangtelevisi adalah media massa dominan (Vivian, 2008:225).Televisi menjadi media komunikasi massa yang tidak terpisahkandengan masyarakat. Tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi jugamedia hiburan dan edukasi bagi masyarakat. Masyarakat dari segala usiamenjadi sangat akrab dengan TV. Banyaknya audien televisimejadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang,kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah media massadominan (Vivian, 2008:225). Berbicara tentang televisi akan membawapada program-program yang ditayangkan di dalamnya, ada komedi situasi,berita, reality show, kuis, permainan dan salah satunya dokumenter.Dokumenter sebagai salah satu produk jurnalistik menjadi suatu programyang penting untuk tayang pada suatu stasiun televisi. Dokumenter sebagaisalah satu produk jurnalistik memiliki konten lengkap untuk dikonsumsi.Dokumenter mampu memberikan informasi, pendidikan, sekaligus hiburansecara mendalam terhadap suatu objek untuk audien.Beberapa jenis dan bentuk pengembangan documenter televisimeliputi expository documenter (penutur tunggal narrator), documenterdrama, news feature, reality show dan investigasi. Kami sebagai jurnalisingin mebuat sebuah produk jurnalistik dalam bentuk news feature denganformat documenter yang nantinya akan di publikasikan melalui mediatelevise. Alasan menggunakan format documenter karena kontendidalamnya lebih lengkap, yaitu seperti unsur informasi, ilmupengetahuan, dan yang dominan unsure hiburan yang kreatif (fachrudin,2012:314). Kami ingin mengangkat salah satu kesenian tradisional yangmulai terpinggirkan bahkan mulai ditinggalkan oleh anak muda khususnyaadalah kesenian wayang. Wayang selama ini kita kenal sebagai kekayaanbudaya jawa. Wayang telah menjadi etos dan pandangan hidup masyarakatjawa. Bahkan wayang menjadi esensi budaya jawa. Bagi masyarakat Jawa,wayang tidaklah hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan.Wayangbukan hanya sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai mediakomunikasi, media penyuluhan dan media pendidikan. Wayang telahmenjadi asset kebudayaan nasional, maka kewajiban itu berarti terletak dipundak masyarakat Indonesia seluruhnya.Tetapi tentulah masyarakat Jawakhususnya yang harus merasa lebih terpanggil untuk nguri-uri kekayaanbudayanya yang indah dan sarat nilai-nilai budaya yang adiluhung ini.Berbicara tentang eksistensi keberadaan wayang di tengah-tengahmasyarakat. Wayang atau dunia pewayangan pastilah akan lenyapmanakala masyarakat sudah tidak menyukainya lagi. Dan kesukaan ataukegemaran masyarakat itu pun selalu berubah dari waktu ke waktu. Olehkarena itu yang paling penting dalam upaya pelestarian wayang adalahmengusahakan agar masyarakat tetap menyenangi dan mencintai wayang.Upaya strategis untuk melestarikan eksistensi wayang yang paling menarikminat para pemuda dan anak-anak untuk menyenangi dan mencintaiwayang. Dalam hubungan ini kita perlu ingat pada pepatah lama: “ Takkenal maka tak sayang” atau ungkapan Jawa dengan makna yang sama,yakni : Witing trisna jalaran saka kulina. Jadi, sejak kecil mereka harusdibiasakan untuk mengenal ( menonton ) wayang. Ini berarti frekuensipertunjukkan wayang perlu digalakkan atau dipersering.Berbicara mengenai upaya pelestarian wayang masih terhitungsedikit terutama generasi muda. Salah satunya komunitas koboy(komplotan bocah wayang) yang berpusat di Sobokartti yang melakukankegiatan pelestarian dan pengenalan wayang dengan pelatihan dalang bagianak maupun remaja dan proses pembuatan wayang dengan berbagaimedium. Meskipun mereka bukan pelaku seni atau orang yang terlibatdalam kegiatan pewayangan namun kegiatan yang mereka lakukan denganmengenalkan wayang melalui workshop ke sekolah-sekolah atau tempattempatumum, sudah menjadi salah satu cara pelestarian terhadap wayang.Meski hanya workshop, setidaknya kegiatan itu mampu memberi pesanuntuk mengenalkan tentang wayang terlebih dahulu kepada anak-anak danorang tua, apabila kedepannya wayang tetap tidak diminatipun itu bukanmerupakan kegagalan para koboy, yang terpenting adalah masyarakat yangterutama anak-anak mengetahui bahwa kita mempunyai peninggalankebudayaan yang sangat bernilai yaitu wayang. Koboy sangat berperandalam melestarikan wayang meski tidak mampu meneruskan kebudayaansebagai pelaku, setidaknya koboy dapat meneruskan tongkat estafetkepada generasi muda, yang seharusnya tongkat estafet tersebut dibawaoleh orangtua untuk anak-anaknya namun terbentur orang tua jamansekarang banyak yang tidak peduli atau malah tidak mengenal tentangpewayangan, maka para orang tua sendiri tidak mampu berperan untukmengenalkan wayang kepada anak-anaknya didalam sistem pelestariankebudayaan wayang saat ini.1.2. PermasalahanMaka kami selaku para jurnalis melihat adanya persoalan mengenaiwayang yang tersisihkan, dengan ini kami ingin mengangkat tema iniuntuk menumbuhkan kembali rasa bangga kepada budaya kesenianwayang melalui news feature yang dikemas dalam video documenter.1.3. TujuanProduk Jurnalistik yang akan kami produksi dalam bentuk videodokunmenter dengan mengambil contoh kongkrit Koboy (KomunitasBocah Wayang), yang bertujuan untuk menginformasikan kepada targetaudiens bahwa masih ada anak muda yang masih peduli dan mencintaiwayang, mereka mempunyai upaya untuk melestarikan seni budayawayang, dan dengan melalui news feature ini supaya bisa menumbuhkankembali rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap budaya kesenianwayang.1.4. Kerangka Pemikiran1. Jurnalistik dalam DokumenterJurnalistik didefinisikan sebagai seni dan ketrampilan mencari,mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwayang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segalakebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifatpendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.(Suhandang, 2004:21).Pengertian lain menyebutkan bahwa Good Journalism adalah kegiatan danproduk jurnalistik yang dapat mengajak kebersamaan masyarakat disaat krisis.Berbagai gambaran informasi dan krisis yang terjadi dan disampaikan mestimenjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah kejadian terjadi, media mampumemberi sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Fakta-fakta,penjelasan dan ruang diskusi yang menolong banyak orang terhadap sesuatuyang tak terduga kejadiannya. Downie dan Kaiser (dalam Santana, 2005:4).Video dokumenter merupakan sebuah produk jurnalistik berbentuk soft newsyang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan secaramenarik (Morrison, 2008:211). Sehingga dokumenter pun menjadi salah satudari sekian media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi,pendidikan, pengaruh dan sekaligus hiburan untuk kahalayak atau cakupanmassa. Video dokumenter dapat diputar dan dipertunjukan kepada khalayakdan target audience melalui ruang-ruang komunitas maupun secara massiveyaitu televisi. Televisi sendiri telah menjadi media komunikasi massa yangtidak terpisahkan dengan masyarakat. Masyarakat dari segala usia termasuk didalamnya adalah remaja yang sangat akrab dengan televisi. Menurut Vivian(2008:16) televisi merupakan salah satu media yang tidak menuntutaudiensnya untuk terlalu aktif , bahkan cukup pasif saja (cool media). Mediaseperti televisi, radio dan film yang diputar pada televisi merupakan jenisjenismedia yang masuk kedalam kategori itu.Dalam televisi, pemirsa tidak membutuhkan usaha intelektual apapun untukmenikmati sebagian besar acara. Selain itu, televisi menjadi media yang cukupstrategis untuk menayangkan produk jurnalistik seperti video dokumenter,karena hampir seluruh kalangan bisa mengakses media ini. Beberapa stasiuntelevisi baik berskala lokal maupun nasional sendiri juga telah memiliki jenisprogram dokumenter. Sehingga dengan tayangnya video dokumenter ini ditelevisi diharapkan semua pemirsa, khususnya yang berusia antara 15-35tahun sebagai target audiens utama karena dalam masa-masa usia tersebutaudiens dapat mencerna makna dengan baik dari sebuah informasi yangdikemas dalam bentuk audio-visual ini.2. Gaya Bertutur dan Strukur DokumenterAda banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam dokumenter. Dalambeberapa hal terlihat adanya kemiripan; yang membedakan adalahspesifikasinya. Beberapa contoh yang berdasarkan gaya dan bentuk bertuturitu, antara lain: laporan perjalanan, sejarah, potret atau biografi, perbandingan,kontradiksi, ilmu pengetahuan, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, associationpicture story, buku harian, dan dokudrama.Dalam pembuatan dokumenter ini, kami para jurnalis memilih menggunakangaya rekonstruksi. Dalam tipe ini, pecahan-pecahan atau bagian –bagianperistiwa masalampau maupun masa kini disusun atau direkonstruksiberdasarkan fakta sejarah. Pada saat merekonstruksi suatu peristiwa,latarbelakang sejarah, periode, serta lingkungan alam dan masyarakatnyamenjadi bagian dari konstruksi peristiwa tersebut. Konsep penuturanrekonstruksi terkadang tidak mementingkan unsur dramatic tetapi lebihterkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa (Ayawaila, 2008:40-43).Selain itu terdapat pula tiga cara umum berkaitan dengan stuktur penuturandokumenter, yakni secara kronologis, tematis, dan dialektik. Berkaitan denganpembuatan dokumenter televisi Koboy, kami para jurnalis menggunakanstruktur penuturan tematis dimana cerita dipecah kedalam beberapa kelompoktema yang menempatkan sebab dan akibat digabungkan kedalam tiap sekuens.Struktur penuturan ini biasanya digunakan apabila fokus cerita adalah sebuahobjek lokasi yang merupakan tempat sejumlah orang melakukan aktivitasnya.Seperti halnya Perkumpulan Koboy dimana merupakan sebagai tempatberkumpulnya para para pencinta atau penggiat kesenian wayang dikalangananak muda dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, yang berpusat diSobokartti.1.5. Signifikansi1. Signifikansi Praktis- Bagi media TV lokal yang menayangkan, video dokumenter ini bisamenjadi salah satu tayangan yang mendidik bagi masyarakat luas.- Video ini menjadi salah satu acuan bagi pelaku dokumenter baik yangsudah maupun baru akan memulai praktek dokumenter. Dokumenterini juga menjadi media komunikasi baru selain media-media yangtelah ada, seperti televisi, radio, surat kabar, internet dan lain-lain.2. Signifikansi Akademis- Laporan ini dibuat dalam bentuk video dokumenter, merupakan salahsatu dari aplikasi matakuliah konsentrasi jurnalistik dalam bidangjurnalistik televisi. Video dokumenter ini menjadi salah satu kontribusijurnalistik dalam betuk audio visual.- Agar tidak hanya melihat berita-berita hangat saja, tapi melihat sesuatujuga harus dapat mengedukasi ketika dibagikan.3. Signifikansi SosialVideo documenter ini akan dikemas semenarik mungkin agar dapat mudahditerima oleh permirsa/ masyarakat yang menonton, dan mengajakmasyarakat agar bisa lebih menyukai menonton tayangan videodocumenter, serta tertarik untuk menonton video documenter-documenterlainnya.1.6. Format sajian dan Konsep FilmFormat sajian yang digunakan dalam project ini adalah video Dokumenter.Dengan durasi 20 – 24 menit. Rencana akan ditayangkan di Cakra Tv Semarangdalam acara „Sluman-Slumun‟. Video dokumenter ini dibagi menjadi 3 segment,yaitu : Segment 1 : menyajikan sebuah permasalahan yang terjadi, karena jarakgenerasi muda dengan kesenian wayang sangat jauh, maka itu persoalanyang harus dipecahkan. Segment 2 : menyajikan sebuah komunitas koboy yang berusaha menjadipemecah permasalahan itu dengan berperan sebagai penyalur tongkatesatafet tersebut, agar kesenian wayang bisa sampai ke generasi muda. Segment 3 : menyajikan solusi-solusi yang ditawarkan oleh narasumber..1.7. Personel dan Job DescriptionKarya bidang ini dibuat oleh tim yang terdiri dari 3 mahasiswa dalamsebuah sistem kerja yang dirancang sedemikian rupa untuk penilaian yangindependen dalam laporan yang disusun. Personil dan Job descriptiontersebut sebagai berikut :1. Rizka Putra Dinanti (D2C607042) Producer : Penanggung jawab dalam suatu produksi acara Lobi dengan pihak stasiun televisi untuk penayangan Lobi Narasumber Penanggung jawab anggaran untuk produksi2. Wisnuadi Trianggoro (D2C009129) Juru Kamera (cameraman) : melakukan riset lokasi riset narasumber,riset stockshoot kota semarang, melakukan pengambilan gambarwawancara, melakukan pengambilan gambar saat kegiatan objekdokumenter, memindahkan file untuk editor. Editor : bertugas memilih dan menyambung gambar atau siaran audio.3. Yuniawan Eko (D2C009136) Program Director/Sutradara : Orang yang bertanggung jawab dalammengarahkan suatu proses produksi acara radio atau televisi. Penulis Naskah/Reporter : Orang yang berprofesi sebagai peliput ataupencari berita, menulis naskah atau melaporkan (to report) suatu eventatau peristiwa atau kejadian pada media radio tau televisi.1.8. Time ScheduleNOPROSES LANGKAH09/2013 10/2013 11/2013 12/20131 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 PraProduksi Riset danpembuatanproposalFilter proposalPembuatankonsep visualMembuatshooting scriptdan daftarinterviewPengajuanproposal keCakra TVDeal denganCakra TV2 Produksi Pengambilanstock shotsPengambilangambarPengambilangambarwawancaranarasumber3 PaskaproduksiEditing & mixingLaporan karyabidangFinal ReleasePENUTUPPertama-tama yang harus dilakukan dalam membuat sebuah news feature yaituriset objek yang akan anda angkat secara dalam, riset juga lokasi dan narasumberyang ingin dimunculkan, dan pilihlah dengan alasan yang tepat. Semisal dalampemilihan narasumber, pertimbangkan latar belakang objek, apakah objek yangakan diambil sebagai narasumber mempunyai kapasitas dalam tema dan judulyang akan diangkat atau tidak. Untuk. Penentuan lokasi untuk stockshoot danwawancara narasumber harus diperhatikan, dan jangan lupakan nilai etika danestetika.Kesimpulan4.1. Kesimpulan1. Jurnalis sesuai dengan naskah sekenario yang di buat oleh sutradara,video dokumenter ini menampilkan sebuah komunitas komplotanbocah wayang atau koboy yaitu sekumpulan anak muda yang cintadengan wayang. Koboy sendiri mempunyai visi misi menumbuhkanrasa cinta dan bangga kepada anak muda dengan melakukan kegiatanmengenalkan wayang ke sekolah-sekolah. Hal ini sangat menarik danpatut mendapatkan apresiasi yang tinggi.2. Terdapat beberapa tanggung jawab jurnalis sebagai Camera Personterutama pada saat persiapan produksi dan saat produksi berlangsung,yaitu: meninjau lokasi tempat pengambilan pada saat produksiberlangsung, menentukan dimana akan dilakukan wawancara,mempersiapkan kelengkapan alat yang akan digunakan, danmengambil beberapa stok gambar, baik dalam bentuk foto maupunvideo untuk kepentingan dokumentasi produksi. Stok gambar tersebutberfungsi untuk memberi gambaran awal pada saat produksi danmembantu pembuatan shoting script yang dilakukan sutradara besertapenulis naskah.3. Pendalaman tokoh narasumber dan objek yang akan diangkat menjadiperhatian khusus, karena dengan memiliki kedekatan yang lebih intim,tidak lupa juga riset objek yang akan diangkat dan stockshoot kotasemarang untuk memudahkan dalam menentukan angle saat prosespengambilan gambar.4. Jurnalis sebagai Camera Person sekaligus editor ikut membantusutradara melakukan proses pemilihan data. Serta Proses lainnyaadalahpemindahan data hasil gambar dari MMC ke Komputer PC dan lalu dihubungkan ke perangkat komputer editing dengan software tertentu.Software yang di pakai untuk transfer data adalah Adobe Premiere ProCS 5.5. Editor melakukan pemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskaheditor yang dibuat oleh sutradara, selain itu editor memberi beberapaefek agar menjadi satu kesatuan. Visual effects yang digunakandokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaitu Audio Transitions,Video Effects, VideoTransitions. Selain itu editor menambahkan titleyang dilakuakan untuk memperjelas video.6. Alat yang digunakan oleh jurnalis Camera person dalam pengambilangambar adalah DSLR. Dokumentaris menggunkaan kamera DSLRkarena fitur DSRL sangat memudahkan kami untuk mendapatkan hasilyang dibutuhkan televisi. Agar lebih mendalami pembuatan newsfeature ini, riset secara mendalam sangat perlu dilakukan agar sudutpandang/Angle news feature yang dikerjakan nanti memiliki kualitasyang dibutuhkan industri televisi.7. Pengetahuan tentang kamera, jenis lensa dan kegunaanya sangatmutlak bagi seorang juru kamera, sehingga jika terdapat kendaladilapangan khususnya pencahayaan, tidak menjadi hambatan ketikamemasuki proses editing.8. Penggunaan SOP dalam sebuah stasiun Tv sangat penting di berikankepada mahasiswa yang akan membuat karya bidang, karena ini akanberkaitan dengan produk yang akan dibuat oleh mahasiswa tersebut.Informasi tentang “apakah munculnya running text mengganggugrafis, tittle dalam karya tersebut. Pemotongan adegan, gambar ataustatement dan lain sebagainya. Pada proses ini jurnalis, melakukankesalahan perhitungan lebar running text. Pada saat editing grafis/tittleyang telah dibuat oleh editor tertutupi oleh keberadaan running texttersebut. Sehingga bisa membuat informasi yang disampaikan tidaksampai.Daftar PustakaBukuVivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.Suhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik. Bandung:Nuansa.Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter dari Ide sampai Produksi.Jakarta: FFTV -IKJ PRESS.Ernanto. 2c005. Wawasan Jurnalistik Praktis. Y0gyakarta: M humAndi fachrudin. 2012. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Jakarta:Kencana Prenada Media GroupMorisson. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi MengelolaRadio dan Televisi. Jakarta : Kencana.Santana, Setiawan K. ( 2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.Internethttp://sobokartti.wordpress.com/ (diakses tanggal 5 September 2013)http://www.shnews.co/detile-26402-kutang-antakusuma-vs-%E2%80%9Ctank-top%E2%80%9D.html (diakses tanggal 16 oktober2013)
SIKAP SURAT KABAR KOMPAS TERHADAP KONFLIK ANTARA KPK DAN POLRI Rezandi Ciptadewa; Wiwiet Noor Rakhmad; Djoko Setiabudi
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.567 KB)

Abstract

SIKAP SURAT KABAR KOMPASTERHADAP KONFLIK ANTARA KPK DAN POLRIAbstraksiKonflik merupakan bagian dari dinamika sosial dan politik yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Konflik antara KPK dan Polri menarik perhatian masyarakat karena banyak diliput oleh media massa. Ketika terjadi konflik maka media massa akan menjalankan fungsinya sebagai pencerita. Kemudian dalam perannya itu media massa akan menentukan posisi keterlibatannya dalam konflik. Ada tiga kecenderungan sikap yang dapat ditunjukkan oleh media massa yaitu netral, mendukung, atau tidak mendukung salah satu pihak yang berkonflik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap surat kabar Kompas dalam memberitakan konflik antara KPK dan Polri. Dasar pemikiran yang digunakan adalah konsep imparsialitas yang dikemukakan oleh Westertahl meliputi keberimbangan dan netralitas. Objek penelitian ini adalah berita surat kabar Kompas selama periodesasi Agustus hingga Oktober 2012 sebanyak 67 item berita. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampel berstrata.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah analisis isi dengan melakukan coding terhadap teks berita konflik KPK dan Polri. Kategori dalam penelitian ini meliputi tema, kecenderungan teras berita, percampuran fakta dan opini, penggunaan fakta psikologis, dan penggambaran pelaku konflik.Hasil penelitian menunjukkan ada empat tema yang muncul selama terjadinya konflik antara KPK dan Polri. Tema sengketa kewenangan menjadi isu yang paling banyak ditampilkan sebesar 41,8%. Dari kecenderungan teras berita surat kabar Kompas sebagian besar menampilkan kedua pihak yang berkonflik. Frekuensi kecenderungan teras berita yang melibatkan KPK dan Polri paling besar ada pada tema sengketa kewenangan dengan persentase 39,3%. Jurnalis surat kabar Kompas yang cenderung menghindari percampuran fakta dan opini dalam berita menunjukkan persentase sebesar 78,6%.Sementara untuk kategori penggunaan fakta psikologis peneliti menemukan adanya kecenderungan jurnalis surat kabar untuk menampilkannya dalam berita. Persentase penggunaan fakta psikologis mencapai 60,7%. Surat kabar Kompas menampilkan penggambaran pelaku konflik secara berbeda antara KPK dan Polri. Penggambaran KPK lebih positif dengan persentase sebesar 67,9%. Sementara Polri cenderung ditampilkan netral dengan persentase sebesar 82,1%. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa surat kabar cenderung mendukung institusi KPK.Kata kunci: sikap surat kabar, konflik, imparsialitasKompas Attitude Toward ConflictBetween the KPK and PolriAbstractConflict is a part of the social and political dynamics that coud not be separated from public life. Conflict between the KPK and Polri into public concern because mass media covered. During conflict media will act as a storyteller. Later mass media will determine the position of its involvement in the conflict. There are three possibilty that can be shown by mass media is neutral, supporting, or not supporting one of the parties to the conflict.This study aims to determine the attitude of the Kompas reported conflict between the KPK and Polri. The basic concept is used by impartiality’s Westertahl concept includes balanced and neutrality. This object of study is news for periodization August to October 2012 were 67 news items. This study use sample stratified sampling technique to determine the selected object.This approach research uses descriptive quantitative. The method used is content analysis by coding the conflict news text KPK and Polri. Category include themes, trend news terrace, mixing fact and opinion, the use of psychological facts, and the depiction of the conflict actors.The results showed four themes that emerged during the conflict between the KPK and Polri. Dispute the authority to issue the most frequently reported shown by 41.8%. From the news lead newspapers Kompas tend mostly showing both sides of the conflict. Frequency lead involving the KPK and Polri most of the work on the theme of authority dispute with the percentage of 39.3%. Journalist of Kompas newspaper who tend to avoid mixing fact and opinion in news shows percentage of 78.6%.While category of psychological fact researchers found a tend of newspaper journalists to display it in the news. Percentage psychological fact reached 60.7%. Kompas describes of different actors of the conflict between the KPK and Polri. KPK portrayed more positively with a percentage of 67.9%. While the police tend to appear neutral with a percentage of 82.1%. From this study it can be concluded that newspapers tend to favor institutional KPK.Keywords: newspaper attitude, conflict, impartialityPENDAHULUANKeberadaan media massa mampu membuat suatu peristiwa terasa lebih dekat dan menjadi penting bagi khalayaknya. Suatu peristiwa yang semula tidak berarti dan memiliki ruang lingkup terbatas dapat berubah menjadi isu besar manakala ada keterlibatan media massa di dalamnya. Begitu pula halnya saat terjadi konflik antara dua lembaga penegak hukum yaitu KPK dan Polri. Konflik yang seharusnya menjadi persoalan di tingkat elit pemerintah pusat ini berkembang menjadi isu publik karena adanya pemberitaan di berbagai media massa.Konflik antara intsitusi KPK dan Polri sendri bermula dari adanya perbedaan pandangan dalam penanganan kasus korupsi pengadaan alat simulator pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas Polri. Permasalahan ini berkembang karena adanya penolakan Polri atas permintaan KPK untuk memberikan perpanjangan bagi para penyidik yang telah habis masa tugasnya. Selain itu adanya upaya penangkapan salah satu penyidik KPK yaitu Kompol Novel Baswedan yang diduga melakukan penganiayaan terhadap narapidana kasus pencurian sarang burung walet saat masih bertugas di Polda Bengkulu (Kompas, 6 Oktober 2012, hal 1). Besarnya perhatian media massa terhadap konflik antara KPK dan Polri dapat dilihat dari maraknya pemberitaan semenjak permasalahan ini pertama kali mencuat ke permukaan. Salah satu media massa yang cukup aktif dalam memberitakan konflik ini adalah surat kabar Kompas. Selama hampir setengah abad surat kabar ini mampu menunjukkan eksistensinya di tengah pesatnya industri media massa di Indonesia. Berdasarkan catatan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Kompas saat ini menjadi salah satusurat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki jaringan dengan lebih dari 80 surat kabar di daerah (Sudibyo, 2010:11). Dengan besarnya perhatian media massa termasuk pula yang ditunjukkan oleh surat kabar Kompas mengundang pertanyaan sejauh mana berbagai media massa tersebut telah menjalankan praktik jurnalistik sesuai dengan etika profesi yang berlaku. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah apakah media massa telah bersikap independen dan menampilkan berita secara berimbang. Independen artinya memberitakan peristiwa sesuai fakta tanpa campur tangan pihak lain, sementara berimbang artinya semua pihak mendapat kesempatan setara di dalam pemberitaan. Pertanyaan tersebut perlu ditanyakan mengingat adanya kecenderungan tertentu yang ditunjukkan oleh media massa di dalam situasi konflik. Prajarto (1993:26) menjelaskan bahwa ketika sebuah konflik terjadi maka media massa akan menjalankan fungsinya sebagai pencerita (storyteller), kemudian dalam perannya itu media massa akan menentukan posisi keterlibatannya dalam konflik tersebut yaitu berposisi netral (third party) di mana media massa akan bereaksi secara netral atau mendukung salah satu pihak yang berkonflik. Sikap media massa sebagai bagian dari proses kerja redaksi media massa ditunjukkan melalui kecenderungan teks pemberitaannya. Setiap media massa mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam menampilkan berita. Hal inilah yang kemudian menarik untuk diteliti bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh surat kabar Kompas terhadap konflik yang melibatkan dua institusi yaitu KPK dan Polri. Penelitian ini merupakan bentuk kajian teks berita di media massa dengan menggunakan metode analisis isi.PEMBAHASANMedia massa telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan masyarakat modern. Media massa memiliki lima fungsi utama yaitu informasi, korelasi, kesinambungan, hiburan, dan mobilisasi. Dari kelima fungsi itu informasi menjadi fungsi yang paling utama dan mendasar bagi media massa Fungsi informasi ini berkaitan dengan peran media massa untuk menyediakan informasi yang berkaitan tentang peristiwa atau kondisi dalam masyarakat serta dunia (McQuail, 1987:70).Salah satu jenis media massa yang dijadikan rujukan bagi sebagian masyarakat di Indonesia adalah surat kabar. Sebagai bagian dari sumber informasi masyarakat keberadaan surat kabar terus dipertahankan hingga saat ini meskipun muncul berbagai media massa dengan kemampuan teknologi yang lebih maju. Surat kabar memiliki karakteristik terdokumentasi sehingga berita atau artikel tertentu yang dianggap penting dapat diarsipkan atau dibuat klipping. Selain itu surat kabar juga memiliki kelebihan dalam hal kedalaman isi pesan.Informasi yang disampaikan dalam bentuk pemberitaan menjadi bagian penting dari surat kabar. Berita merupakan bentuk laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa atau kejadian aktual dan faktual yang menarik perhatian orang banya (Suhandang, 2004:102). Berita sendiri tidak sesederhana seperti yang dipahami oleh masyarakat umum. Proses pembentukan berita merupakan proses kompleks. Setiap hari ada berbagai peristiwa yang terjadi di dunia ini namun tidak semuanya pula dapat menjadi berita karena media memiliki keterbatasan ruang. Jurnalis profesional yang menjadi perpanjangan tangan dari media masa meliput peristiwa yang memiliki nilai berita paling tinggi.Konflik termasuk peristiwa yang dianggap penting dan layak diangkat menjadi sebuah berita. Cara pihak-pihak yang berkonflik dalam menunjukkan kekuasaan dan pengaruhnya merupakan bagian yang menarik dari suatu pemberitaan konflik. Di samping itu konflik yang terjadi selalu menimbulkan dampak negatif serta membangkitkan emosi bagi mereka yang menyaksikan ataupun memiliki kepentingan langsung. Seperti halnya yang terjadi saat munculnya konflik antara intsitusi KPK dan Polri.Menurut Prajarto (1993:26) keterlibatan media massa dalam situasi konflik akan mengarahkan pada tiga kecenderungan yaitu1. Media sebagai issue intensifier yang memunculkan konflik dan menampilkan dimensi-dimensi isu secara tajam. Media masa juga cenderung akan mengambil posisi membela atau mendukung salah satu pihak yang berkonflik.2. Media sebagai conflict deminisher yang berusaha menutup-nutupi ataupun menenggelamkan suatu isu atau konflik. Saat media menempatkan posisinya untuk menutupi konflik maka intensitas pemberitaan konflik akan ditekan seminimal mungkin.3. Media dalam posisi netral (third party) di mana pemberitaan ditampilkan secara independen di mana media massa membebaskan dirinya dari tekanan atau tendensi dan kekuatan tertentu.Kecenderungan teks membawa konsekuensi pada munculnya sikap media massa. Sikap merupakan bentuk evaluasi dan reaksi afektif yang bersifat netral, positif atau mendukung maupun negatif atau tidak mendukung terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2011:5). Proses selektivitas yang dilakukan oleh redaktur media massa atasberbagai data dan fakta dari suatu peristiwa mempengaruhi terbentuknya sikap media massa tersebutBerkaitan dengan sikap media massa peneliti menggunakan konsep imparsialitas (impartiality) dari Westertahl sebagai landasan pemikiran. Imparsialitas memiliki kesamaan arti dengan jujur, adil, atau tidak memihak. Pada kajian jurnalistik imparsialitas dapat dijadikan ukuran untuk mengevaluasi kualitas sebuah berita. Menurut McQuail imparsialitas dilihat dari apakah teks berita secara sistematis menonjolkan satu sisi di atas sisi yang lain ketika berkenaan dengan isu-isu yang kontroversial dengan tujuan mengarahkan pembacanya pada suatu persepsi atau opini tertentu. Dimensi impartiality ini dapat dibagi menjadi dua sub dimensi yaitu balance dan neutralBalance atau keberimbangan berhubungan dengan seleksi atau penghilangan fakta-fakta yang mengandung nilai atau ekspresi point of view mengenai apa yang dianggap fakta oleh pihak-pihak yang berkonflik. Pengukuran balance didasarkan pada seberapa besar pembagian ruang dan waktu untuk menyajikan pendapat atau gagasan dari pihak yang berkonflik. Sementara sub dimensi yang kedua yaitu neutral atau netralitas berkaitan dengan bentuk presentasi suatu berita. Netralitas pemberitaan diketahui melalui cara yang dipilih media massa dalam mengatur penempatan atau posisi berita dan pemilihan kata (Rahayu, 2006:22-24).Pada konteks berita konflik antara KPK dan Polri surat kabar Kompas juga menunjukkan kecenderungan tertentu baik bersikap netral atau memihak salah satu pihak. Melalui penelitian yang bersifat deskriptif ini peneliti berusaha menggambarkan secara detail pesan atau teks berita di surat kabar Kompas. Adapun teknik penelitian yang akan digunakan ialah analisis isi. Riffe, Lacy, dan Fico mendefinisikan analisis isisebagai pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, di mana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid, dan analisis menggunakan metode statistik untuk menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan, dan memberikan konteks, baik produksi ataupun konsumsi (Eriyanto, 2011:15).Metode analisis isi termasuk dalam ranah penelitian kuantitatif. Oleh karena itu penelitian ini harus dikerjakan secara objektif. Syarat objektif baru dapat dilaksanakan apabila peneliti sebelumnya telah menentukan kategori analisis secara jelas dan operasional sehingga peneliti lain dapat mengikutinya dengan tingkat relialibilitas yang tinggi. Dalam penelitian ini kategori yang akan diukur meliputi meliputi tema, kecenderungan teras berita, percampuran fakta dan opini, penggunaan fakta psikologis, dan penggambaran pelaku konflik.Prosedur yang digunakan dalam penelitian analisis isi adalah dengan jalan menghitung aspek dari isi pesan dan menyajikannya secara kuantitatif. Langkah kerja tersebut dilakukan melalui pengcodingan atau pencatatan terhadap teks berita konflik KPK dan Polri di surat kabar Kompas. Unit pencatatan yang digunakan yaitu tematik dan referensial. Unit tematik digunakan untuk mengelompokkan berita konflik antara KPK dan Polri ke dalam tema atau topik yang utama dan melihat penggambaran media massa terhadap kedua pihak yang berkonflik. Sementara unit referensial yang menitikberatkan pada penggunaan kata-kata yang memiliki kesamaan makna digunakan untuk mengelompokkan narasumber serta mencatat kemunculan kata-kata yang dramatis dan opinionative yang muncul di dalam berita konflik KPK dan Polri.Objek penelitian ini peneliti memilih surat kabar Kompas yang terbit pada kurun waktu antara Agustus hingga Oktober 2012. Selama periodesasi tersebut penelitimengambil sampel 67 item berita yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin. Selama kurun waktu antara Agustus hingga Oktober sendiri setidaknya terdapat empat isu utama yaitu penanganan kasus korupsi simulator SIM, penarikan penyidik KPK, upaya penangkapan penydidik KPK, dan instruksi Presiden atas konflik ini. Peneliti menggunakan proporsional stratified sampling yaitu mengambil jumlah secara proporsional sesuai jumlah item total dari masing-masing tema.Dari hasil coding yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh dua orang coder lain menemukan sejumlah hasil temuan penelitian di antaranya:1. Berita yang berkaitan dengan tema sengketa kewenangan paling sering muncul di surat kabar Kompas selama periode Agustus hingga Oktober 2012. Frekuensi pemunculan berita dengan tema tersebut sebesar 41,8% (28 item berita). Tema lainnya yang muncul dalam pemberitaan adalah penyidikan kasus simulator SIM sebesar 32,9% (22 item berita), penarikan penyidik KPK sebesar 11,9% (8 item berita), dan kriminalisasi Penyidik KPK sebanyak 13,4% ( 9 item berita).2. Pada tema sengketa wewenang, teras berita lebih banyak menampilkan kedua pihak yang bertikai yaitu KPK dan Polri yaitu sebesar 39,3% (11 item berita). Kecenderungan surat kabar Kompas dalam menampilkan kedua pihak yang berkonflik dalam teras berita juga terlihat dalam tema penyidikan kasus simulator SIM dan penarikan dengan persentase masing-masing sebanyak 41% (9 item berita) dan 50% (4 item berita). Sementara pada tema kriminalisasi penyidik KPK, penonjolan Polri sebagai subjek dalam teras berita justru memiliki persentase paling tinggi yaitu sebesar 44,4% ( 4 item berita).3. Untuk kategori percampuran fakta dan opini hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa surat kabar Kompas berusaha untuk menghindari penggunaan opini pribadijurnalis di dalam pemberitaannya. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam tiap tema berita. Pada tema sengketa kewenangan sebanyak 78,6% (22 item berita) mendasarkan berita sepenuhnya pada fakta di lapangan. Sebanyak 90,9% (20 item berita) pada tema penyidikan kasus simulator SIM, 87,5% (6 item berita) pada tema penarikan penyidik KPK, dan 55,6% (5 item berita) pada tema kriminalisasi Penyidik KPK juga menunjukkan kecenderungan yang yang sama. Meski begitu peneliti masih tetap menemukan adanya percampuran fakta dan opini dalam sejumlah pemberitaan konflik antara KPK dan Polri di surat kabar Konpas meski dengan persentase yang kecil.4. Surat kabar Kompas cukup banyak melibatkan penggunaan fakta psikologis di dalam pemberitaannya. Fakta psikologis adalah pernyataan narasumber yang tidak didasari sumber yang jelas. Dalam hal ini komentar narasumber berasal dari persepsi ata opini pribadinya. Pada tiga tema yaitu sengketa kewenangan, penyidikan kasus simulator SIM, dan penarikan penyidik penggunaan fakta psikologis cukup mendominasi dengan persentase masing-masing sebesar 60,7% ( 17 item berita), 68,1% (15 item berita), dan 62,5% (5 item berita). Sementara pada tema kriminalisasi penyidik KPK penggunaan fakta psikologis tidak cukup mendominasi yaitu hanya sebesar 44,4% (4 item berita).5. Hasil coding juga menunjukkan adanya penggambaran yang berbeda terhadap kedua pihak yang bertikai. Pemberitaan surat kabar Kompas menampilkan KPK secara positif terutama pada tema sengketa kewenangan yaitu sebanyak 69% (19 item berita) dan penyidikan kasus simulator SIM sebesar 47,6% (10 item berita). Pada tema penarikan penyidik persentase institusi KPK berimbang antar positif dan netral sebesar 44,4% (4 item berita). Sementara pada tema kriminalisasipenyidik KPK surat kabar Kompas cenderung netral dalam menampilkan penggambaran KPK yaitu sebanyak 66,7% (6 item berita).6. Surat kabar Kompas sendiri cenderung netral dalam menggambarkan institusi Polri. Penggambaran netral tersebut mendominasi terutama pada tiga tema yaitu sengketa wewenang sebesar 82,1% (23 item berita), penydidikan kasus simulator SIM sebesar 71,4% (15 item berita), dan penarikan penyidik KPK sebesar 55,6% (5 item berita). Sementara pada tema kriminalisasi penyidik KPK persentase penggambaran negatif lebih dominan yaitu sebesar 66,70%.7. Reliabilitas antar koder yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan Formula Holsti. Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini telah memenuhi syarat yaitu di atas 0,7 atau 70%.PENUTUPDengan mengacu pada hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada keempat tema yang ada dapat ditarik kesimpulan surat kabar Kompas cenderung menunjukkan sikap mendukung kepada institusi KPK. Kecenderungan sikap Kompas mendukung institusi KPK didukung dengan adanya penggunaan fakta psikologis pada pernyataan narasumber. Melalui pernyataan narasumber yang didasarkan fakta psikologis kecenderungan sikap surat menjadi lebih terlihat.Selain itu sikap yang ditunjukkan surat kabar Kompas ini juga memperlihatkan bahwa selama terjadi konflik antara institusi KPK dan Polri media massa ini memposisikan dirinya sebagai issue intensifier. Selain mengangkat isu ini ke ruang publik dan membuka seterang-terangnya permasalahan ini, surat kabar Kompas juga membela kepentingan salah satu pihak dalam hal ini KPK karena intitusi ini dianggap merepresentasikan kepentingan rakyat.Melalui tulisan ini juga berusaha mengingatkan kembali bahwa perlunya pelaku media massa baik jurnalis lapangan maupun redaktur di Indonesia untuk menjaga profesionalisme kerja terutama yang berkaitan dengan imparsialitas pemberitaan. Media massa memiliki fungsi menyediakan informasi dan memberi edukasi kepada masyarakat luas. Dalam konteks konflik menyajikan berita perlu mengutamakan akurasi dan keberimbangan Dengan menampilkan informasi dari berbagai pihak maka khalayak akan mudah menemukan kebenaran dari persoalan konflik tersebut. Sementara pemberitaan yang tidak berimbang dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan yang baru seperti kebencian dari salah satu pihak yang bertikai.DAFTAR PUSTAKAAbrar, Ana Nadhya. (2011). Analisis Pers: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Cahaya Atma PusakaArdianto, Elvinaro. Lukiati Komala, Siti Karlinah. (2009). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Edisi Revisi Kedua). Bandung: Simbioasa Rekatama MediaAzwar, Syaifuddin. (2011). Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka PelajarEriyanto. (2011). Analisis Isi: Suatu Pengantar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media GroupIspandriarno, Lukas S, Thomas Hanitzch, Martin Loeffelholz. (2002). Media-Militer-Politik. Yogyakarta: Galang Press.Krippendorff, Klaus, (1991). Analisis Isi. Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta : Rajawali PersKriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media GroupLittlejohn, Stephen W. (2005). Theories of Human Communication, 8h Edition. Belmont CA: Wadsworth Publishing Company.Malarangeng, Rizal. (2010). Pers Orde Baru. Jakarta: Kepustakaan Populer GramediaMcQuail, Dennis. (1987). Teori Komunikasi Masssa Suatu Pengantar. Jakarta: ErlanggaPrajarto, Nunung. (1993). Media Berita dalam Sebuah Konflik. Yogyakarta: FISIPOL UGMSuhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: NuansaSularto, St. (2007). Kompas Menulis Dari Dalam. Jakarta: Kompas Media NusantaraSumadiria, AS Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbioasa Rekatama MediaSyahputra, Iswandi. (2006). Jurnalisme Damai: Meretas Ideologi Peliputan di Area Konflik. Yogyakarta: Nuansa AksaraTamburaka, Apriadi. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta: RajaGrafindo PersadaRahayu (ed). (2006). Menyingkap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar di Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers, dan Departemen Komunikasi dan InformasiJurnalSudibyo, Agus, dkk. (2010). Media dan Politik Lokal. Jurnal Dewan Pers Edisi 3 (Desember):1-70.Internethttp:// dewanpers.or.id/page/kebijakan/peraturan/?id=513, akses tanggal 5 Januari 2013 http://hukumonline.com/klinik/detail/lt50269adb024b6/kewenangan-penyidikan-kpk-dan-polri, diakses pada 10 November 2012Surat kabarKompas, 1 Agustus 2012, hal.1 Kompas, 6 Oktober 2012, hal 1