Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Penyakit Dalam Indonesia

Pengaruh Pemberian N-Acetylcysteine Oral terhadap High Sensitivity C Reactive Protein (Hs-CRP) pada Pasien Hemodialisis Kronis Dewi, Ratih Tri Kusuma; Siregar, Parlindungan; Alwi, Idrus; Rumende, Cleopas Martin
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 2, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Inflamasi dan stres oksidatif merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Pasien hemodialisis kronis akan mengalami peningkatan kadar Hs-CRP. Hs-CRP merupakan marker inflamasi yang telah terbukti pada beberapa penelitian bermanfaat dalam memprediksi cardiovascular event. Pemberian N-Acetylcysteine (NAC) oral dapat digunakan sebagai strategi untuk menurunkan proses inflamasi yaitu disfungsi endotel dan stress oksidatif yang berperan pada atherosclerosis pada pasien hemodialsis. Pemberian NAC ini diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas karena penyakit kardiovaskuler. Metode. Penelitian eksperimen dengan Randomized Double Blind Controlled Trial pada 65 pasien hemodialisis kronis yang memenuhi kriteria inklusi di unit hemodialisis RS.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian dilakukan pada Agustus sampai Oktober 2013. Hasil. Perlakuan dengan NAC oral selama 60 hari tidak memberikan perbedaan dibandingkan dengan plasebo. Analisis statistik dengan Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak ada penurunan kadar Hs-CRP yang signifikan diantara kedua kelompok dengan p value Δ post1-baseline, Δ post2-baseline, and Δ post2-post1 kelompok NAC dibanding kelompok plasebo secara berurutan yaitu 0.796, 0.379 dan 0.712. Sementara itu, hasil uji Wilcoxon Signed Ranks untuk membandingkan penurunan kadar Hs-CRP pada tiap kelompok dalam tiga interval pengukuran Hs-CRP menunjukkan p value dari perbandingan kadar Hs-CRP untuk masing-masing kelompok baseline:Post1, baseline:Post2 dan Post1:Post2 (kelompok NAC Vs kelompok plasebo) secara berurutan 0.821vs0.651; 0.845vs0.358 dan 0.905vs0.789. Simpulan. Pemberian N-Acetylcysteine oral belum terbukti dapat menurunkan kadar Hs-CRP pada pasien hemodialisis kronis.
Nilai Diagnostik Rerata Tekanan Darah Pre dan Post Hemodialisis pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Kronik Purba, Ferry Tigor P.; Siregar, Parlindungan; Nainggolan, Ginova; Shatri, Hamzah
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien PGK (penyakit ginjal kronik) yang menjalani HD (hemodialisis) kronik adalah penyakit kardiovaskuler. Faktor utama penyebab kejadian kardiovaskuler pada pasien PGK yang menjalani HD adalah hipertensi. Diagnosis hipertensi pada pasien PGK yang menjalani HD tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan adanya efek retensi cairan, office hypertension, dan proses ultrafiltrasi setelah HD. Baku emas diagnosis hipertensi pada pasien HD adalah pemeriksaan tekanan darah interdialitik dengan menggunakan alat ambulatory blood pressure monitoring (ABPM). Namun alat ini memiliki banyak kendala dalam pemeriksaannya. Studi sebelumnya yang meneliti tekanan darah pre dan post dialisis dibandingkan dengan tekanan darah ABPM memberikan hasil yang masih kontroversial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi dan nilai diagnostik rerata tekanan darah pre dan post hemodialisis dengan baku emas tekanan darah interdialisis yang diukur dengan metode ABPM. Metode. Dilakukan studi diagnostik dan uji korelasi dengan desain penelitian potong lintang pada tiga puluh lima pasien dewasa dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis kronik. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pengukuran ABPM selama 24 jam dan tekanan darah saat pre dan post dialisis. Hasil. Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi rerata TD sistolik pre-post dialisis dan sistolik ABPM sebesar r = 0,669 dan p= 0,000 dengan AUC sebesar 84,4% (95% IK, 71,5% - 97,3%) dengan p = 0,001 serta nilai sensitivitas 82,14%, spesifisitas 71.43%, nilai duga positif 92%, dan nilai duga negatif 50%. Uji korelasi Pearson mendapatkan korelasi antara rerata TD diastolik prepost dialisis dan diastolik ABPM sebesar r = 0,359 dan p = 0,034 dengan AUC sebesar 67,6 % (95% IK, 49,3 % - 86,0%) dengan p= 0,075 serta nilai sensitivitas 82,14%, spesifisitas 85,71%, nilai duga positif 95,83%, dan nilai duga negatif 54,55%. Simpulan. Rerata tekanan darah sistolik pre-post hemodialisis dapat digunakan untuk diagnosis hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis kronik.
Skor Malnutrisi-Inflamasi, C-Reactive Protein dan Soluble Tumor Necrosis Factor Receptor-1 pada pasien Hemodialisis yang mengalami Aterosklerosis Sarwono, J.; Suhardjono, Suhardjono; Siregar, Parlindungan; Suwarto, Suhendro
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Hemodialisis (HD) berkaitan erat dengan proses inflamasi yang persisten, inflamasi ini berhubungan dengan terjadinya kontak darah dengan membran dialisis, cairan dialisat, akses vaskuler dan infeksi. Peningkatan sitokin pro-inflamasi berperan penting terhadap terjadinya aterosklerosis selain faktor tradisional Framingham. Inflamasi juga berakibat anoreksia dan kondisi hiperkatabolik yang menyebabkan malnutrisi. Keadaan ini disebut sebagai Sindrom Malnutrisi-Inflamasi-Aterosklerosis. Karakteristik HD di Indonesia berbeda dengan negara maju, perbedaan tersebut terkait penggunaan dialyzer pakai ulang dan tipe low-flux, belum menggunakan dialisat ultrapure dan dosis HD yang tidak adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat beda rerata antara jumlah Skor-MI, hsCRP dan sTNFR-1 pada pasien HD yang mengalami aterosklerosis Metode. Desain studi potong lintang pada pasien HD yang dalam keadaan stabil yang sudah menjalani HD antara 3 bulan sampai 5 tahun di RSUP Fatmawati. Jumlah subyek 60 orang yang dikumpulkan dalam kurun waktu Desember 2013 sampai dengan Februari 2014. Pengambilan darah untuk memeriksa kadar hsCRP, albumin, TIBC dan sTNFR-1, selain itu menentukan status nutrisi dengan menggunakan skor malnutrisi-inflamasi dan pemeriksaan USG doppler arteri Karotis untuk menentukan penebalan intima-media(CIMT). Analisis statistik dengan uji T dan uji Mann-Whitney. Hasil. Penelitian ini menunjukkan Skor-MI pada kelompok yang CIMT positif (aterosklerosis ) memiliki nilai median lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang non aterosklerosis demikian juga dengan kadar sTNFR-1, akan tetapi tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Sedangkan kadar hsCRP didapatkan nilai median yang lebih rendah pada kelompok dengan CIMT yang positif tetapi tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Simpulan.Tidak terdapat beda rerata antara Skor-MI, hsCRP dan sTNFR-1 dengan CIMT atau terjadinya aterosklerosis pada pasien HD.
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH) akibat Kemoterapi pada Pasien Lansia dengan Keganasan Herwanto, Velma; Siregar, Parlindungan; Effendy, Shufrie; Rachman, Andhika
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hiponatremia merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan pada pasien-pasien dengan keganasan. Keadaan hiponatremia dapat terjadi bersamaan atau mendahului diagnosis suatu keganasan. Hiponatremia terkait kanker bisa mempengaruhi respon terhadap terapi kanker maupun kesintasan pasien. Kami laporkan sebuah kasus hiponatremia pada pasien lansia dengan keganasan yang disebabkan oleh syndrome of inappropriate anti diuretic hormone secretion (SIADH).