Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERAN KELEMBAGAAN ADAT DALAM MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN Sita, Rai
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Problems of development currently face a critical developmental stage which is related to how humans attempt to continue the development and bequeath a decent life for the survival of future generations (sustainable development). Development leading to the modernization and globalization tends to be exploitative and impacts on food insecurity considering the increasing number of humans, yet the environmental damage is also increasing due to the imbalanced construction. It is indigenous community of Kasepuhan Sinar Resmi that still upholds traditional values ​​underlying the whole system of social life. Indigenous community Kasepuhan Sinar Resmi has a life philosophy of Earth Mother, Sky Father, Land of the Queen. The philosophy of life underlies the system of indigenous community. Economic life of the community is integrated to the cultural values ​​followed. Economic system that is run based on the custom value is able to bring the community to meet the need of food independently, so this is said to ably achieve food sovereignty. Keywords: Indigenous community, livelihood systems, food sovereignty
PERAN KELEMBAGAAN ADAT DALAM MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN Rai Sita
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian (J-SEP) Vol 6 No 1 (2012)
Publisher : University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Problems of development currently face a critical developmental stage which is related to how humans attempt to continue the development and bequeath a decent life for the survival of future generations (sustainable development). Development leading to the modernization and globalization tends to be exploitative and impacts on food insecurity considering the increasing number of humans, yet the environmental damage is also increasing due to the imbalanced construction. It is indigenous community of Kasepuhan Sinar Resmi that still upholds traditional values ​​underlying the whole system of social life. Indigenous community Kasepuhan Sinar Resmi has a life philosophy of Earth Mother, Sky Father, Land of the Queen. The philosophy of life underlies the system of indigenous community. Economic life of the community is integrated to the cultural values ​​followed. Economic system that is run based on the custom value is able to bring the community to meet the need of food independently, so this is said to ably achieve food sovereignty. Keywords: Indigenous community, livelihood systems, food sovereignty
Persepsi tentang Logo Aneka Cemilan Kelompok Wanita Tani “Si Putri” Desa Godog, Sukoharjo Puspita, Dyah Retna; Fatchiya, Anna; Sita, Rai; Destriapani, Elsa
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 8 No. 01 (2024): Maret
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.v8i01.1260

Abstract

Logo pada sebuah produk menjadi salah satu bentuk sarana komunikasi pemasaran, sehingga perlu dirancang sebaik-baiknya agar dapat meningkatkan penjualan produknya. Penelitian ini bertujuan mengkaji persepsi mahasiswa tentang logo dari produk makanan ringan KWT “Putri Langgeng” Desa Godog Kabupaten Sukoharjo yang akan mulai dipasarkan. Bentuk logonya berupa lingkaran dibagi menjadi dua bagian (warna putih di bagian atas dan pink di bagian bawah) dengan gambar seorang koki perempuan yang tersenyum sambil mengacungkan jempol. Responden penelitiannya adalah 54 orang mahasiswa yang merespons kuesioner yang dibuat menggunakan aplikasi google form. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan statistik deskriptif berupa tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan responden menganggap logo tersebut telah cukup bagus dilihat dari aspek warna, huruf, gambar, kejelasan informasi, kesesuaian antara nama produk dengan gambar dan warna, bentuk logo, keseimbangan tata letak, pemunculan minat beli serta orisionalitas. Bahkan, dari aspek pemilihan huruf dan bentuk, kesesuaian tata letak serta kesesuaian antara nama produk dengan gambar sudah dianggap bagus oleh hampir separuh responden. Dari hasil ini disarankan agar logo ini dapat digunakan sebagai identitas produk makanan ringan KWT Putri Langgeng Desa Godog.
Hutan Rakyat dalam Sistem Penghidupan Rumah Tangga Petani dan Peranannya dalam Industri Penggergajian Kayu di Pedesaan: Studi Kasus Desa Prigi, Kabupaten Banjarnegara Hapsari, Tsabita Alefia; Dharmawan, Arya Hadi; Sita, Rai
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 8 No. 01 (2024): Maret
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.v8i01.1280

Abstract

Pada awal pengembangannya, sasaran hutan rakyat adalah pada lahan kritis. Namun, hutan rakyat berkembang menjadi bidang usaha yang dapat menopang penghidupan rumah tangga sekaligus menunjang pemenuhan bahan baku industri kehutanan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kontribusi hutan rakyat dalam sistem penghidupan rumah tangga petani dan industri kehutanan di pedesaan. Penelitian dilakukan di Desa Prigi, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian campuran yang memadukan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan rakyat berkontribusi dalam struktur nafkah rumah tangga sebagai pendapatan dari hasil pemasaran kayu dan tanaman lainnya. Kayu memiliki pemaknaan yang berbeda bagi masing-masing lapisan rumah tangga. Rumah tangga dengan lahan luas memaknai kayu sebagai sumber pendapatan biasa, sedangkan rumah tangga lahan sempit-sedang memaknainya sebagai tabungan yang membantu menghadapi kondisi kritis. Hutan rakyat berkontribusi dalam industri penggergajian kayu dilihat dari mayoritas bahan baku yang berasal dari hutan rakyat dan terintegrasinya kayu rakyat dalam saluran pemasaran kayu di dalam negeri maupun luar negeri. Hutan rakyat dan usaha penggergajian kayu membuka lapangan kerja, mendukung perekonomian daerah dan devisa negara.
Merajut Kerjasama Multipihak dalam Jerat Krisis Ekologi Tambang Purwandari, Heru; Sita, Rai; Indriana, Hana; Hadi Dharmawan, Arya
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 5 No 4 (2023): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0504.772-776

Abstract

Aktivitas ekonomi ekstraktif pertambangan memiliki karakter eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang sangat berisiko tidak hanya bagi lingkungan hidup namun juga bagi kehidupan sosial-kemasyarakatan. Pola eksploitasi berlebihan atas sumberdaya alam,menjadi penyebab utama terjadinya transformasi bentang alam dengan segala keseluruhan isinya di pedesaan. Sementara itu, menilik atmosfer kontestasi antar aktor di kawasan pertambangan, segera tampak bahwa terdapat kelompok yang mampu secara cepat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Di sisi lain, terdapat kelompok masyarakat yang tidak memiliki banyak pilihan, kecuali pasrah dengan cara membangun relasi-kerja dengan aktivitas ekonomi pertambangan. Ketika perubahan sistem sosial dan ekologi lokal masuk ke tahapan krisis ekologi akibat eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya alam tanpa disertai upaya pemulihan yang mencukupi, maka terdapat ancaman berupa ketidakberlanjutan sistem sosial-ekologi.Dalam hal ini,krisis ekologi kemudian diikuti oleh krisis sosial, krisis sistem penghidupan, dan krisis lain yang kompleks. Oleh karena itu, mengidentifikasi dan mengantisipasi krisis ekologi menjadi upaya yang diperlukan sebagai pintu masuk memahami ancaman-ancaman sosial, ekonomi dan lingkungan terutama bagi kelompok tertentu yang rentan akibat perubahan bentang alam yang dipicu oleh pertambangan. Analisis pada tulisan ini diarahkan untuk memahami ragam bentuk adaptasi yang dikembangkan oleh kelompok sosial rentan di pedesaan yang menyertai perubahan sosial-ekologi akibat ekonomi ekstraktif pertambangan. Hasil kajian, merekomendasikan dibangunnya kolaborasi diantara empat pihak terkait yaitu pemerintah daerah, pemerintah desa, pelaku usaha tambang, dan komunitas untuk merespons krisis ekologi yang berdampak luas pada perubahan sistem sosial dan penghidupan masyarakat lokal.
Daulat Pangan di Desa Tambang Purwandari, Heru; Sita, Rai
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 4 No 4 (2022): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0404.346-350

Abstract

Sektor pertambangan secara drastis merubah bentang alam pedesaan dan menggeser peran petani sebagai kelompok yang berdaulat atas agroekosistem. Perubahan yang terjadi serta merta menggiring pada terciptanya sistem penghidupan yang baru bagi petani. Sayangnya, dalam banyak kasus, situasi ini meminggirkan peran petani sebagai penyedia pangan komunitas. Petani tidak dapat secara cepat beradaptasi dengan transformasi bentang alam yang terjadi dan tetap bertahan pada model pertanian konvensional dengan produktivitas yang makin menurun. Campur tangan pemerintah harus hadir guna mengatur ekspansi pertambangan danmengembalikan kualitas hidup masyarakat sekitar tambang dalam berbagai dimensi.
Evaluation of Efectivity, Relevancy, And Sustainability on Project Second Water Sanitation For Low Income Communities (WSLIC-2) Sita, Rai; Agusta, Ivanovich
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 2 (2011): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.346 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i2.5821

Abstract

The aim of this research are to evaluate how far the Second Water Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2) project appropriate with empowerment concept and to evaluate effectiveness, relevance, and sustainability impact of WSLIC-2 project which implemented in Pangradin village. Empowerment concept that used to analyze WSLIC-2 project design and its implementation in field are 10 principles Community Driven Development (CDD). As a project which based on community, WSLIC-2 project design has appropriated with 10 principles of CDD. The principles of CDD which related to concept of plan and construction phase  has implemented well in the field. But, the principle who related with concept of maintenances phase not yet implemented well in field. In general, WSLIC-2 project that conducted in Pangradin village assessed quite relevance, but not fully effective and the sustainability is still questionable. Optimization activity of CLTS   and strengthening structure of UPS are implementable in order to create a sustainable WSLIC-2 project.
Wujudkan Kampus Berkelanjutan melalui Regenerative Waste Governance IPB, BPKB; Mardiana, Rina; Yuwono, Arief Sabdo; Putra, Heriansyah; Febrita, Joana; Amperanoto, Agus; Ekayani, Meti; Purwanto, Budi; Hudaya, Aang; Dwiyanti, Fifi Gus; Qayim, Ibnul; Utami, Annisa Dwi; Sita, Rai; Mustika, Aulia Andi; Abidin, Zaenal; Sari, Windi Mayang; Rifnadhi, Bayu; Rukmana, Adi
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 6 No 3 (2024): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0603.959-966

Abstract

IPB University dalam mengimplementasikan visi sebagai perguruan tinggi inovatif dan berkelanjutan, mengadopsi pendekatan regenerative waste governance (tata kelola sampah regeneratif). Pendekatan ini tidak sekedar menitikberatkan pada pengelolaan sampah sebagai beban masalah, melainkan bertujuan menciptakan dampak positif yang bersifat regeneratif terhadap lingkungan dan masyarakat. Beberapa aspek kunci meliputi penerapan model tiga lini tata kelola, pengembalian bahan, desain berkelanjutan, restorasi ekosistem, pemberdayaan komunitas, inovasi teknologi berkelanjutan, siklus hidup produk, dan upaya edukasi peningkatan kesadaran. Tata kelola sampah IPB didukung oleh regulasi dan kebijakan yang telah diimplementasikan, mencakup larangan penggunaan kemasan styrofoam dan plastik, pengurangan sampah kertas, pemilahan sampah, dan program Green Campus. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats) telah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengelolaan sampah IPB. Rendahnya penegakan hukum dan kesadaran warga IPB terkait pemilahan sampah merupakan aspek kelemahan dalam tata kelola sampah IPB saat ini. Peluang peningkatan tata kelola sampah IPB melalui budidaya maggot dan pengembangan produk bernilai bisnis dari sampah anorganik memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan. Sementara itu, ancaman terkait kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, dan reputasi keberlanjutan IPB memerlukan perhatian khusus. Perbaikan pada pengelolaan limbah B3, pembaruan landasan hukum, dan peningkatan kesadaran warga IPB menjadi hal penting dalam upaya IPB meningkatkan tata kelola sampah regeneratif.
The Ongoing Struggle for Agrarian Reform As an Unfinished Agenda? Lessons From Mekarsari Village Abeng, Andi Tenri; Winoto, Joyo; Soetarto, Endriatmo; Asnawi, Yudha Heryawan; Hadijah, Sitti; Sita, Rai
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 9 No. 2 (2023): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/bhumi.v9i2.797

Abstract

Abstract: Agrarian reform without interaction between the state and society only addresses temporary issues. The implementation of agrarian reform in Indonesia has been overly focused on achieving outputs based on easily measurable quantities, leaving social problems unaddressed. The aim of this research is to elaborate the implementation of agrarian reform, particularly in the management of assets in the Mekarsari Agrarian Reform Village. The method used is a quantitative approach using questionnaires and in-depth interviews with 50 respondents who are beneficiaries of agrarian reform. The data were then analyzed using descriptive statistics method. The results of the study indicate that the implementation of management at the planning, implementation, and monitoring and evaluation stages shows that the interaction between the responsibility of state actors and community participation is low. As a result, the implementation of agrarian reform is still one-way, limited to completing the output targets of land redistribution and granting access decided by the organizers. Without meaningful community participation, it will be difficult for the community to take control to decide on the appropriate use of resources. For this reason, the implementation of agrarian reform in Mekarsari Village still needs to be contested. Keywords: Agrarian reform, Contested, State-society interaction
Optimalisasi Peran Wanita Tani melalui Pemanfaatan Hasil Pekarangan dan Pemasaran Daring Fatchiya, Anna; Puspita, Dyah Retna; Sita, Rai; Destriapani, Elsa; Putra, Rizki Aditya; Hastuti, Bekti Dwi
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 7 No. 3 (2025): April
Publisher : Ilin Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31960/caradde.v7i3.2645

Abstract

The Women's Farming Group (KWT) "Langgeng" in Godog Village, Polokarto, Sukoharjo Regency, remains predominantly involved in on-farm activities such as planting vegetables in home gardens, and has not yet maximized their off-farm potential. Although they recognize the potential of processing garden produce, they lack the knowledge to create marketable products and reach a wider market. The proposed solution is training to enhance their skills in processing and marketing agricultural products. The approach used is a problem-solving approach that includes problem identification, resource mobilization, program planning, community mobilization, and evaluation. The activities include (1) fostering an entrepreneurial spirit, (2) training in processing garden produce by making spinach sticks, (3) product packaging training, and (4) online marketing training. The results show an increased interest in entrepreneurship, improved skills in processing agricultural products, and the ability to use online platforms for marketing. This training optimizes the role of women farmers by supporting their skills in agricultural product management and online marketing.