Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Menumbuhkan Jiwa Pariotisme Melalui Ekstrakulikuler Bela Negara Mas Fierna Putri; Saepudin Kartasasmita; Samino Samino
Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of Community Service in Humanities and Social Sciences Jurnal Loyalitas Sosial VOL.4 NO.1 Maret 2022
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/JLS.v4i1.p48-53

Abstract

Di era dan jaman teknologi dan komunikasi yang sedang berkembang dan maju saat ini, bukan berarti tidak ada kekhawatiran terhadaap siswa-siswi dan masyarakat dalam mencintai tanah airnya sendiri. Pengaruh budaya barat yang terus masuk dapat memberikan dampak positif dan negative terhadap budaya, nilai, norma serta sikap dan perilaku masyarakat khusunya siswa-siswi di sekolah. Untuk mengatasi dampak negative ini diperlukan menumbuhkan jiwa patriotism sebagai bentuk dan sikap dalam mencintai negaranya sendiri. Patriotisme ada bukan karena perenungan individu atau bersama. Patriotisme ada karena muncul atas dasar yang dimiliki bangsa Indonesia, sebagai cita-cita luhur dan tujuan bangsa Indonesia.. Penyuluhan patriotisme adalah bentuk usaha untuk menumbuhkan jiwa patriotism peserta didik di SMK Tarauna Terpadu I, Kabupaten Bogor dengan ektrakulikuler Bela Negara sebagaai wadah untuk menumbuhkan pengorbanan, rasa cinta, saling toleransi, mengahrgai, pengorbanan demi bangsa dan negaranya. Selain itu bisa menjadi acuan, pembinaan serta dapaat menyelesaikan maslah yang ada baik umum maupun khusus, baik lingkup luas maupun sempit, sehingga apa yang diharpakan untuk generasi muda selanjutnya memiliki sikap patriotism serta dapat menjadi contoh bagi generasi yang akan datang.
MEMBANGUN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DALAM LINGKUNGAN KELUARGA DAN MASYARAKAT Abd. Chaidir Marasabessy; Saepudin Kartasasmita; Endang Prastini
Abdi Laksana : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2023): Edisi Januari
Publisher : LPPM Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/al-jpkm.v4i1.28367

Abstract

Pendidikan lingkungan hidup mempunyai peran yang sangat stragis dalam membentuk manusia yang peduli terhadap lingkungannya sehingga dapat meminimalisasi resiko kerusakan lingkungan. Kegiatan Pengabdian ini dengan tujuan untuk memberikan pemahaman secara komprehensif kepada masyarakat tentang penting membangun karakter peduli lingkungan. Pendekatan yang digunakan pada kegiatan pengabdian yaitu penyuluhan (ceramah dan tanya tanya jawab). Melalui kegiatan pengabdian ini, mitra telah memahami dan menyadari bahwa membangun karakter peduli terhadap lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat menjadi hal yang sangat penting guna menjaga lingkungan dari berbagai kerusakan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa seluruh peserta memberikan penilaian pada skala 3 (puas) dan skala 4 (sangat puas). Dari jumlah seluruh peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan/sosialisasi, yang berjumlah 35 warga desa dan 4 perangkat desa Purasari Kecamatan Leuwiliang Bogor, tercatat bahwa peserta yang memberikan penilaian pada skala 3 (puas) sebanyak 11 peserta, dan penilaian pada skala 4 (sangat puas) sebanyak 24 peserta. Artinya dari ke-tujuh indikator (pernyataan) yang dicantumkan dalam kuesioner tersebut, peserta memberikan penilaian pada skala 4 atau “sangat puas” sehinga dapat disimpulkan bahwa 100 persen peserta telah memahami materi yang diberikan oleh tim pengabdian.Kata Kunci : Karakter, Peduli, Lingkungan
Existence of Local Wisdom Based on Pancasila Values Amidst the Dynamics of Global Issues Hariyanti Hariyanti; Irma Irayanti; Lisa Retnasari; Anif Istianah; Gigih Cahya Permady; Saepudin Karta Sasmita
JED (Jurnal Etika Demokrasi) Vol 8, No 2 (2023): JED (Jurnal Etika Demokrasi)
Publisher : Universitas of Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jed.v8i2.10611

Abstract

This study aims to analyze and describe local wisdom in the form of the traditional game Pacu Tabang Duck along with Pancasila values that can be explored in it, amidst the onslaught of dynamics of global issues. Pacu tabang ducks is a typical tradition of Luak fifty which consists of the district of fifty cities and the city of Payakumbuh. This study used a qualitative design with a descriptive method. Research data were collected through observation, in-depth interviews and documentation studies. The research findings show that (1) the tradition of spurring tabang itiak is a hereditary tradition in the luak fifty community; (2) the existence of the pacu tabang itiak tradition can be maintained because of the Pancasila values contained therein. The implementation of the duck racing tradition is not only a tradition of the local community but through local government policy, this tradition has become a tourist calendar event for the fifty cities and towns of Payakumbuh so that it attracts tourists to attend and witness it every year. The implementation of the Pacu Tabang Duck tradition brings economic blessings to the local community because of the large number of tourists who attend.
Problem dan Produk Pengembangan Kurikulum Saepudin Karta Sasmita; Fajar Sodikoh; Farah Fadillah; Nor Amin; Ayu Taslimah
Journal of Citizenship Values Vol. 1 No. 1 (2023): Transformasi Harmoni: Kurikulum, Program Pendidikan Karakter, HAM dan Bhineka T
Publisher : STKIP Kusuma Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kurikulum merupakan alat dalam proses pencapaian untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab erat kaitannya dengan penetuan arah,isi, dn proses pendidikan yang menjadi penentuan akhir kualifikasi lulusan suatu lembaga. Sebagai media penting untuk mencapai tujuan, Kurikulum hendak dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman untuk kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Untuk menerapkan kurikulum perlu adanya produk kurikulum sebagai panduan kurikulum yang memberikan banyak saran kepada ada guru atau pengajar untuk mengajar suatu mata pelajaran, dan subjek pada tingkat tertentu, seluruh urutan, daerah tertentu. Manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan pada ada dua sisi dan kondisi apapun. Menggunakan teori kajian literatur dengan data yang di peroleh berupa artikel, buku, jurnal makalah, dan situs internet yang dikaji secara cermat dan menarik dari semua hal-hal sosial yang sedang yang viral atau ramai di bergunjing kan masyarakat. Pembahasan ini menghasilkan bahwa adanya beberapa faktor problem dalam pengembangan kurikulum, yaitu masalah kurikulum, personalitas dan kualitas sdm, biaya pendidikan. Secara umum proses pengembangan kurikulum yaitu perencanaan, implementasi, dan bentuk pengembangan kurikulum pada tiap-tiap tingkatannya.
Human rights awareness education to prevent bullying behavior at school Hariyanti Hariyanti; Gigieh Cahya Permady; Anif Istianah; Saepudin Kartasasmita
Jurnal JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) Vol 10, No 2 (2023): November
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/jpsd.v10i2.a28268

Abstract

The prevalence of bullying, a serious issue in primary and secondary schools, underscores the need for effective prevention strategies. This study aims to develop a human rights education model to address this concern. The primary objective is to design a comprehensive human rights education model tailored for school environments. This model aims to prevent bullying behavior by fostering a culture of respect and empathy among students. A literature review methodology was employed to analyze existing problems related to bullying and identify potential solutions. Theoretical frameworks and empirical research findings were utilized to develop the proposed human rights education model. The results of this research suggest the development of prevention strategies and the creation of a pocketbook containing human rights education materials accessible to students. Additionally, it suggests the use of engaging learning media to facilitate a better understanding of human rights concepts, which are often abstract and challenging to grasp through traditional teaching methods. The human rights education model presented in this study is adaptable for both primary and secondary education. It emphasizes the importance of early intervention to prevent bullying from becoming entrenched in school cultures. By targeting students' moral and cognitive development, this model aims to break the cycle of victimhood and aggression associated with bullying. This study contributes to the field of education by proposing a practical and holistic approach to addressing bullying in schools. The proposed human rights education model provides educators with a framework to promote a safe and inclusive learning environment
Analysis of the Role and Constraints of Field Supervisors in Kampus Mengajar Program at School Hariyanti Hariyanti; Gigieh Cahya Permady; Anif Istianah; Saepudin Kartasasmita; Filma Alia Sari; Irma Irayanti
JED (Jurnal Etika Demokrasi) Vol 9, No 2 (2024): JED (Jurnal Etika Demokrasi)
Publisher : Universitas of Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jed.v9i2.14192

Abstract

This paper aims at  describing the role and identify the obstacles encountered by field supervisors in Kampus Mengajar  program from Batch 3, 4, 5, and 6. The research was conducted in Riau Province with the main informants, namely several DPLs assigned to several elementary schools in Riau province in addition to the students participating in Kampus Mengajar , the research was conducted in the time span of February 2022-December 2023.The research data were collected through interviews and documentation studies. The data analysis technique uses the miles and Huberman model which consists of data collection, verification and data reduction, conclusion drawing. The triangulation technique uses data source triangulation. The results of the study found that there are several roles of DPL, namely (1) communicator, in this role DPLs are required to always coordinate with the Education office and target schools to explain the usefulness and smooth running of Kampus Mengajar  program; (2) facilitator, meaning facilitating students to discuss with each other about the design, implementation and evaluation of Kampus Mengajar  program and; (3) mentor, meaning guiding students to follow the program according to the direction of the ministry but still be able to innovate and develop creativity for the success of the program. The obstacles encountered by DPLs are (1) the remote location of the target schools; (2) Kampus mengajar students who do not obey the rules, making it difficult for DPL positions; (3) the honorarium for Kampus Mengajar program which is compensated and sometimes late in disbursement.
Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila di Persekolahan untuk Memperkokoh Rasa Kebangsaan Anak Hariyanti, Hariyanti; Irayanti, Irma; Cahya Permady, Gigieh; Istianah, Anif; Karta Sasmita, Saepudin; Alia Sari, Filma
Murhum : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 4 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal (PPJ) PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/murhum.v4i2.206

Abstract

Indonesia merupakan negara multikultural, yang tergambar dari semboyan negara, “bhinneka tunggal ika”. Kebhinnekaan tersebut potensial menimbulkan  konflik jika tidak disikapi dengan bijak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai pancasila di Persekolahan untuk memperkokoh rasa kebangsaan anak. Artikel ini menggunakan metode literature review dalam menganalisis masalah dan mencarikan solusinya. Pengumpulan data dilakukan melalui kajian literatur berupa teori-teori dan hasil penelitian mengenai permasalahan terkait. Temuan penelitian menelusuri bahwa Negara majemuk seperti indonesia (negara kebangsaan) hanya bisa bertahan kalau kemajemukan itu dihormati. Perbedaan hendaknya tidak dijadikan kelemahan dalam membangun persatuan Indonesia justru merupakan modal sosial yang menjadikan negara Indonesia bersifat khas dan unik di mata dunia jika dikelola dengan baik. Di Indonesia, kebersamaan nilai terungkap dalam pancasila sehingga pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan perekat yang menyatukan perbedaan dalam realitas sosial yang ada. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan solusi dalam mencegah terjadinya konflik yang dilatarbelakangi oleh keberagamaan. PKn sebagai pendidikan multikultural berperan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila, yang dikenal sebagai dasar dan ideologi negara. Pancasila merupakan bagian integral dalam Pendidikan kewarganegaraan yang berfungsi membentuk warga negara yang baik, cerdas, toleran, pluralis dan humanis.
Identifikasi Kendala dan Upaya Membenahi Rumah Pintar Pemilu sebagai Sarana Belajar Kepemiluan Sedari Dini Hariyanti, Hariyanti; Cahya Permady, Gigieh; Kartasasmita, Saepudin; Irayanti, Irma
Murhum : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 5 No. 1 (2024): Juli
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal (PPJ) PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/murhum.v5i1.514

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kegiatan Rumah Pintar Pemilu (RPP) sebagai sumber belajar kepemiluan dan demokrasi sejak dini serta identifikasi dan kendala untuk membenahinya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penentuan informan penelitian melalui teknik non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Adapun informan penelitian yakni komisioner KPU serta sekolah sasaran sosialiasi RPP yang terdiri dari beberapa TK dan sekolah dasar di kota pekanbaru. Teknik pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data. Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan RPP sebagai sarana belajar kepemiluan, yakni (1) keterbatasan ruang; (2) minimnya sosialisasi RPP kepada prapemilih; (3) kendala waktu, sebab sekolah memiliki kalender akademik yang kadang tidak sesuai dengan jadwal sosialisasi RPP KPU; (4) ketiadaan kerjasama pengembangan RPP dengan pihak terkait seperti guru di sekolah. Adapun Upaya kedepan yang dapat dilakukan adalah permintaan fasilitasi gedung kepada pemerintah daerah mengingat umumnya gedung-gedung KPU berada pada asset pemerintah daerah, menjalin kerjasama dengan sekolah sehingga guru-guru dapat melakukan kunjungan berkala ke RPP maupun pengelola RPP yang melakukan kunjungan ke sekolah guna sosialisasi RPP.
Menumbuhkan Jiwa Pariotisme Melalui Ekstrakulikuler Bela Negara Putri, Mas Fierna; Kartasasmita, Saepudin; Samino, Samino
Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of Community Service in Humanities and Social Sciences Vol. 4 No. 1 (2022): Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of Community Service in Humanities and Social
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/JLS.v4i1.p48-53

Abstract

Di era dan jaman teknologi dan komunikasi yang sedang berkembang dan maju saat ini, bukan berarti tidak ada kekhawatiran terhadaap siswa-siswi dan masyarakat dalam mencintai tanah airnya sendiri. Pengaruh budaya barat yang terus masuk dapat memberikan dampak positif dan negative terhadap budaya, nilai, norma serta sikap dan perilaku masyarakat khusunya siswa-siswi di sekolah. Untuk mengatasi dampak negative ini diperlukan menumbuhkan jiwa patriotism sebagai bentuk dan sikap dalam mencintai negaranya sendiri. Patriotisme ada bukan karena perenungan individu atau bersama. Patriotisme ada karena muncul atas dasar yang dimiliki bangsa Indonesia, sebagai cita-cita luhur dan tujuan bangsa Indonesia.. Penyuluhan patriotisme adalah bentuk usaha untuk menumbuhkan jiwa patriotism peserta didik di SMK Tarauna Terpadu I, Kabupaten Bogor dengan ektrakulikuler Bela Negara sebagaai wadah untuk menumbuhkan pengorbanan, rasa cinta, saling toleransi, mengahrgai, pengorbanan demi bangsa dan negaranya. Selain itu bisa menjadi acuan, pembinaan serta dapaat menyelesaikan maslah yang ada baik umum maupun khusus, baik lingkup luas maupun sempit, sehingga apa yang diharpakan untuk generasi muda selanjutnya memiliki sikap patriotism serta dapat menjadi contoh bagi generasi yang akan datang.
Optimizing the Role of Pancasila Villages in Maintaining Ideological Resilience in Society Hambali, Hambali; Hariyanti, Hariyanti; Rafni, Al; Radini, Radini; Arianto, Jumili; Grosman, Kingkel Panah; Kartasasmita, Saepudin
JED (Jurnal Etika Demokrasi) Vol 9, No 4 (2024): JED (Jurnal Etika Demokrasi)
Publisher : Universitas of Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jed.v9i4.15963

Abstract

Pancasila village is a means of application and internalization of Pancasila values that are currently starting to fade in people's lives. This article aims to formulate strategies and materials to optimize Pancasila villages as a means of ideological resilience. The study used a descriptive qualitative approach, which was conducted in 2 Pancasila villages in Pekanbaru City and Dumai City, Riau Province. Data collection was carried out through observation, interviews and documentation studies and analyzed using the Miles and Huberman model consisting of data collection, data verification and reduction, and drawing conclusions. Data validity testing used data source triangulation techniques. The results of the study found that (1) Pancasila villages have not been running optimally because activities are more directed at infrastructure management but are still not massive in terms of socialization activities of Pancasila values to the community, both formally and informally; (2) the absence of standard materials or curriculum structures for the socialization of Pancasila values carried out by Babinsa so that there are no guidelines for conducting social communication (komsos); (3) Optimizing the role of Pancasila villages can be done through the use of collaboration and digitalization strategies, while in terms of material structure, a comprehensive and codified material structure is required. Pancasila villages as a stronghold of ideological defense have not been running effectively, so a number of future improvement efforts are needed in terms of strategy and material.