Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Role of Stakeholders in Managing Social Forestry Business Development in FMU South Bandung, Indonesia Hidayat, Fakhri Rhamadian; Bahruni; Trison, Soni
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 15 No 1 (2025): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.15.1.77

Abstract

Social forestry symbolizes a sustainable forest management strategy, where local communities are important in strengthening socio-economic aspects, namely welfare and environmental sustainability. Increasing community welfare depends on collective efforts of social forestry, regional regulations, institutional structures, and cooperative with various stakeholders. Subsequent analysis employed the stakeholder analysis model, which scrutinizes stakeholders' roles in natural resource management. The examination compares roles outlined in policy with stakeholders' actual engagement. Consequently, the research provides insights into how stakeholders contribute to social forestry business development based on two critical factors: interest and influence. Results indicate that stakeholders' roles and contributions are substantially influenced by policy, especially concerning their interests and impact on community business ventures in social forestry. Stakeholder analysis reveals that governmental bodies, as mandated by policy, predominantly occupy quadrant II, tasked with aiding community groups in advancing social forestry businesses. However, quadrant I also encompasses governmental entities, albeit with limited involvement in community group activities. QuadrantsIII and IV underscore the diverse roles stakeholders assume within their respective domains, reflecting their interests and influence on business development initiatives to empower the community and improve the livelihood. This research aims to formulate tactics to enhance stakeholder involvement in implementing nation policies for fostering social forestry enterprises within the FMU South Bandung. The tactics need support of each party, especially the social forestry regulation in developing the business and capacity agency in measurement of accessible market, business plan, valuable product and good forest institutions.
Developing a Forestry Business Model Through the Business Model Canvas: A Case Study in Gerlang Village, Batang Regency, Central Java Setyadi, Anggy Riskha Putri; Purnomo, Heri; Trison, Soni
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 15 No 3 (2025): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.15.3.408

Abstract

At the local level, social forestry is a key strategy for implementing sustainable forest management that aims to reduce poverty, empower local communities, and improve forest conditions. Granting forest area management permits to local communities requires good business development planning. This study used the business model canvas framework to develop a new business model. The result showed that a new business model was developed by considering the benefits of vegetables, arabica coffee, and tree carbon storage as the value propositions. The customer segments were housewives, restaurant owners, coffee shop owners, and CO2-emitting companies. The products were distributed through trader networks and voluntary carbon market mechanisms. Farmers established direct relationships with trader networks. Revenue streams were derived from the sales of fresh potatoes, carrots, leeks, chilies, coffee beans, and carbon credits. This business model required an area, irrigation equipment, farming equipment, seeds, fertilizers, laborers, and tree biomass measuring tools. Key activities included farming, measurement, and calculation of carbon storage estimates. The partners in this business model were community organisations and local government agencies. The cost structures were investment, operational farming, and costs associated with measuring and calculating carbon storage.
Marketing of non-timber forest products as products from the Protected Forest Management Unit Batutegi, Lampung, Indonesia Kurniati, Dwi; Hardjanto, Hardjanto; Trison, Soni
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 13 No 4 (2023): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.13.4.723-738

Abstract

Abstrak: KPHL Batutegi memiliki banyak potensi HHBK dan yang banyak dikembangkan yaitu kopi, gula aren dan madu. Pemasaran HHBK perlu mendapat perhatian karena yang banyak terjadi adalah pemasaran yang tidak efisien sehingga tidak memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Penelitian bertujuan mengidentifikasi saluran pemasaran, fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran berdasarkan margin pemasaran, farmer’s share dan ratio keuntungan terhadap biaya. Terdapat 3 saluran pemasaran kopi, 2 saluran pemasaran gula aren dan 2 saluran pemasaran madu. Fungsi pemasaran yang dilakukan petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, eksportir, KUPS, Koperasi dan pengecer yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi. Saluran pemasaran yang efisien yaitu saluran pemasaran 1 kopi dengan margin pemasaran sebesar Rp. 18.294,78 per kilogram , farmer’s share sebesar 70,11% dan ratio keuntungan sebesar 2,46; saluran pemasaran 1 gula aren dengan margin pemasaran sebesar Rp.13.724,19 per kilogram, farmer’s share sebesar 100 % dan ratio keuntungan sebesar 15,03 serta saluran pemasaran 1 madu dengan margin pemasaran sebesar Rp. 224.112,70 per kilogram (madu Trigona) dan Rp. 124.494,35 per kilogram (madu Cerana dan Dorsata), farmers’s share sebesar 100 % dan ratio keuntungan sebesar 10,21 (madu Trigona) dan 6,47 (madu Cerana dan Dorsata).
Entrepreneurship Capital and Performance of Social Forestry Entrepreneurship Group Kusuma, Gita Ardia; Suharjito, Didik; Trison, Soni
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 14 No 4 (2024): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.14.4.792

Abstract

Usaha kehutanan masyarakat dalam konteks pengelolaan hutan oleh masyarakat yang terus berkembang penting untuk dijelaskan sebagai usaha sosial yang dapat meningkatkan sumber penghidupan dan manfaat lingkungan. Penelitian ini mengadaptasi konsep modal kelompok Flora untuk menjelaskan tingkat modal wirausaha dan pengaruhnya terhadap kinerja Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) melalui pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data Focus Group Discusion, wawancara, oberservasi dan studi pustaka. Analisis data yang digunakan dengan metode skoring, pengkategorian dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini mengungkapkan tingkat modal wirausaha pada KUPS pada kategori rendah hingga sangat tinggi, berbanding lurus secara simultan mempengaruhi kinerja. Modal alam, keuangan dan politik memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja sosial ekonomi dan lingkungan, modal politik berperan dalam meningkatkan modal sosial, fisik, dan manusia. KUPS berbasis komoditi sumberdaya hutan sebagai sumber penghidupan perlu mendapatkan perhatian diantaranya peningkatan modal manusia berupa keterampilan secara intensif dapat melalui proses pendampingan oleh petugas dan kemudahan untuk mengakses sumber dana.