Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

STRATEGI PENGHIDUPAN KELOMPOK KEMITRAAN KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Inama; Suharjito, Didik; Trison, Soni
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 11 No 3 (2024): Desember
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) dan Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jkebijakan.v11i3.57642

Abstract

Perubahan fungsi lingkungan hutan berdampak pada kondisi aset penghidupan masyarakat dan beragam strategi penghidupan masyarakat sekitar hutan. Sistem mata pencaharian didefinisikan sebagai kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tingkat pendapatan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan sistem penghidupan berkelanjutan bagi keluarga/rumah tangga anggota Kelompok Kemitraan Konservasi di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mencakup analisis aset mata pencaharian, analisis Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT), dan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelompok Tani Hutan (KTH) Palutungan Arban memiliki modal manusia, modal sosial dan modal fisik yang paling tinggi, yaitu skor modal manusia 3,45, skor modal sosial 3,76 dan skor modal fisik 3,70; sedangkan KTH Cipeuteuy Agung Lestari memiliki modal alam dengan skor 3,73 dan modal finansial 3,80. Strategi prioritas Kelompok Kemitraan Konservasi di TNGC adalah strategi diversifikasi.
KONTRIBUSI TANAMAN ENERGI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN PETANI KTH MUKTI BERKAH DESA MEKARSARI, SERANG Yusuf, Rizal Maulana; Trison, Soni; Refani, Afda; Ichwandi, Iin; Kurnia, Tsanie Ditya
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 12 No 1 (2025): April
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) dan Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jkebijakan.v12i1.62519

Abstract

Pengelolaan tanaman energi dengan memanfaatkan hutan rakyat dapat menjadi solusi dalam mengatasi isu perubahan iklim dan dapat memberikan sumber pendapatan perekonomian petani. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengelolaan tanaman energi di hutan rakyat dan mengetahui besar kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani yang dihasilkan dari tanaman energi dengan memanfaatkan hutan rakyat. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purpossive sampling dengan jumlah responden 60 petani KTH Mukti Berkah di Desa Mekarsari, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan tanaman energi di hutan rakyat yang dilakukan petani KTH Mukti Berkah meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Tanaman energi yang berada pada lahan hutan rakyat adalah jenis tanaman gamal dan limbah kayu. Kontribusi tanaman energi yang ada di hutan rakyat sebesar 2,14% terhadap rata-rata pendapatan bersih petani dan proyeksi penanaman tanaman energi di hutan rakyat serta produk turunannya (daun dan pupuk kompos) dari tanaman gamal memiliki kontribusi sebesar 27,09% terhadap rata-rata pendapatan bersih petani KTH Mukti Berkah. Pengelolaan tanaman energi dengan memanfaatkan hutan rakyat memberikan kontribusi terhadap sumber pendapatan petani KTH Mukti Berkah di Desa Mekarsari.
Developing a Forestry Business Model Through the Business Model Canvas: A Case Study in Gerlang Village, Batang Regency, Central Java Setyadi, Anggy Riskha Putri; Purnomo, Heri; Trison, Soni
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 15 No 3 (2025): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.15.3.408

Abstract

At the local level, social forestry is a key strategy for implementing sustainable forest management that aims to reduce poverty, empower local communities, and improve forest conditions. Granting forest area management permits to local communities requires good business development planning. This study used the business model canvas framework to develop a new business model. The result showed that a new business model was developed by considering the benefits of vegetables, arabica coffee, and tree carbon storage as the value propositions. The customer segments were housewives, restaurant owners, coffee shop owners, and CO2-emitting companies. The products were distributed through trader networks and voluntary carbon market mechanisms. Farmers established direct relationships with trader networks. Revenue streams were derived from the sales of fresh potatoes, carrots, leeks, chilies, coffee beans, and carbon credits. This business model required an area, irrigation equipment, farming equipment, seeds, fertilizers, laborers, and tree biomass measuring tools. Key activities included farming, measurement, and calculation of carbon storage estimates. The partners in this business model were community organisations and local government agencies. The cost structures were investment, operational farming, and costs associated with measuring and calculating carbon storage.
Key Regional Commodities for Social Forestry Development in Penyabungan, Mandailing Natal Regency, North Sumatra Syaiful, Syufriandi; Bahruni; Trison, Soni; Darusman, Dudung
Jurnal Sylva Lestari Vol. 13 No. 2 (2025): May
Publisher : Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jsl.v13i2.1120

Abstract

Social forestry is a government initiative program that promotes sustainable forest management to enhance community welfare. Mandailing Natal Regency is rich in timber and non-timber forest products (NTFP). This study aims to analyze key and non-key NTFP commodities, changes in growth patterns, and shifts within the biopharmaceutical and fruit sectors relevant to the concept of multiple-use forestry (MUF) under the framework of social forestry in Forest Management Unit IX Penyabungan, Mandailing Natal Regency. Location Quotient (LQ) and Shift-Share (SS) analysis were combined to map and identify local commodities that could become key commodities for social forestry development in Penyabungan, Mandailing Natal Regency, North Sumatra. The results indicated that cinnamon, cocoa, sugar palm, and candlenuts are the essential NTFP commodities with  LQ value > 1. Meanwhile, galangal, turmeric, laos, wild ginger, and curcuma dominate the biopharmaceutical products with  LQ value > 1. Among fruits, starfruit, langsat, durian, guava, jengkol, mango, mangosteen, melinjo, jackfruit, petai, rambutan, and breadfruit are identified as essential commodities with LQ value > 1. While the MUF sectors related to forestry and fruit show positive growth trends, the biopharmaceutical sector exhibits a negative shift. This study suggests that agroforestry development in the social forest at Mandailing Natal could benefit the biopharmaceutical sector, creating job opportunities and increasing farmers’ incomes. Keywords: agroforestry, community economy, location quotient, multi-use forestry, shift-share analysis
Edukasi Kampung Wakaf kepada Masyarakat Desa Mekarjaya, Kabupaten Sukabumi Nurhalim, Asep; Ali, Khalifah Muhamad; Ayyubi, Salahuddin El; Trison, Soni; Xaviera, Aliyya
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 11 No. 2 (2025): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.11.2.395-402

Abstract

The development of waqf practices implemented so far has become very diverse. However, many people still think that the practice of waqf is limited to the management of 3M (tombs, mosques, and madrasas). Mekarjaya Village has great waqf potential, but its utilization has not been optimally realized because of the limited knowledge of its community. The Kampung Wakaf educational program was organized with the participation of 60 participants, who were the guardians of students from Madrasah At-Tarbiyah, one of the village's waqf assets, aimed at broadening the community's understanding and awareness of the concept and innovative utilization of waqf. The educational activity was conducted in one day, consisting of a material presentation session by the speakers and a discussion and Q&A session before the event was concluded. The result obtained was an increase in the community's knowledge regarding the basic concepts of waqf and its utilization, which was assessed through pre-tests and post-tests conducted at the beginning and end of the activity. Education is expected to support the development of village waqf utilization in a more comprehensive and innovative manner.
Dampak Sosial Ekonomi Program Perhutanan Sosial di LMDH Wono Asri KPH Kediri Trison, Soni; Sundawati, Leti; Devi Yulianti, Septi; Refani, Afda; Ichwandi, Iin; Bahruni
Jurnal Hutan dan Masyarakat VOLUME 16 NO 2, DESEMBER 2024
Publisher : Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/jhm.v16i2.41385

Abstract

Social forestry is a sustainable forest management system in state forest areas carried out by the community to improve welfare, environmental balance, and social dynamics. This study aims to analyze the management system and the impact of social forestry on the community members of Forest Village Community Institution (LMDH) Wono Asri, at Forest Management Unit (KPH) Kediri. The descriptive statistical analysis based on public perception is used as the analysis method. A sample of 61 respondents was selected using the Slovin formula. Forest management included land preparation (100.00%), tillage (traditional system 95.08%), planting (100.00%, maintenance (weeding 100.00%, fertilizing 95.08%, pest and disease control 96.72%), harvesting (100.00%), and marketing (100.00%). Economic impact: farmer household income sources increased by 57.48%. Social impacts: changes in the use of forest products, decreased utilization, and development of resource use due to limited resources, increased community participation (95.08%), public perception of institutions (54.10%) and new jobs (100.00%). Environmental impacts: forest has been dominated by agroforestry plants (100.00%), low biodiversity (54.10%), environmental services that do not change much (60.66%), low potential disturbances and threats (70.49%), the existence of mitigation practices by the community due to the high number of natural disasters (49.18%). Farmers whom members of LMDH Wono Asri only sell their harvests, so there needs to improve the community's economy through processing of forest products.
Resolusi Konflik Pengelolaan Hutan Dalam Gabungan Kelompok Tani Batawawi di Kesatuan Pengelolaan Hutan Maria Donggomassa Muhammad Syamsuri; Bahruni; Soni Trison; Tsanie Ditya Kurnia
Publikasi Informasi Pertanian Vol 21 No 2 (2025): PIPER, in progress
Publisher : Universitas Kapuas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51826/piper.v21i2.1620

Abstract

Konflik dalam pengelolaan lahan sering terjadi dalam program perhutanan sosial, termasuk di Gapoktan Batawawi yang berada di wilayah kerja KPH Maria Donggomassa. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan konflik yang terjadi serta merumuskan strategi penyelesaiannya menggunakan pendekatan Graph Model for Conflict Resolution (GMCR). Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis jejaring sosial terhadap 111 anggota kelompok. Hasil menunjukkan bahwa konflik dipicu oleh dominasi pengurus dalam pengambilan keputusan, lemahnya hubungan sosial antar anggota, dan terbatasnya informasi yang diterima anggota. Melalui GMCR, preferensi tiga aktor utama KPH, pengurus, dan anggota   dianalisis untuk menemukan titik keseimbangan konflik (Nash Equilibrium). Titik tersebut terjadi ketika hak anggota diakui, dan semua pihak menjaga peran masing-masing tanpa tekanan sepihak. Strategi yang disarankan adalah mediasi langsung dari KPH kepada pengurus serta penguatan fungsi kontrol kelembagaan.
Strategi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan dalam Perspektif Ekonomi, Ekologi, dan Sosial: Studi Kasus Kelompok Tani Sedyo Makmur di Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta Mushandono, Pradito; Trison, Soni; Sundawati, Leti
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol 11 No 9 (2025): September
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v11i9.11667

Abstract

Community forests play a crucial role in improving rural livelihoods, yet their management often faces challenges related to low income contribution, ecological sustainability, and limited social empowerment. This study aims to analyze the economic, ecological, and social benefits of community forest management and to assess their contribution to the welfare of members of the Sedyo Makmur Farmer Group in Gunung Kidul, Special Region of Yogyakarta. The research employs a descriptive case study approach by combining qualitative and quantitative methods, including interviews, direct observations, and analysis of household income. Data were examined using income contribution analysis and SWOT analysis to identify strengths, weaknesses, opportunities, and threats in forest management. The results show that community forest management provides benefits in three dimensions. Economically, community forests contribute 29.32% to household income, complemented by secondary crops and livestock. Ecologically, applying variable planting spacing improves tree growth and ecosystem conservation. Socially, forest management fosters collective action and diversifies livelihood strategies. The study concludes that optimal management strategies should focus on product diversification, member capacity building, and ecotourism development. These strategies are expected to enhance welfare, ensure sustainability, and strengthen the role of community forests within social forestry programs.
Marketing of non-timber forest products as products from the Protected Forest Management Unit Batutegi, Lampung, Indonesia Kurniati, Dwi; Hardjanto, Hardjanto; Trison, Soni
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 13 No 4 (2023): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.13.4.723-738

Abstract

Abstrak: KPHL Batutegi memiliki banyak potensi HHBK dan yang banyak dikembangkan yaitu kopi, gula aren dan madu. Pemasaran HHBK perlu mendapat perhatian karena yang banyak terjadi adalah pemasaran yang tidak efisien sehingga tidak memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Penelitian bertujuan mengidentifikasi saluran pemasaran, fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran berdasarkan margin pemasaran, farmer’s share dan ratio keuntungan terhadap biaya. Terdapat 3 saluran pemasaran kopi, 2 saluran pemasaran gula aren dan 2 saluran pemasaran madu. Fungsi pemasaran yang dilakukan petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, eksportir, KUPS, Koperasi dan pengecer yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi. Saluran pemasaran yang efisien yaitu saluran pemasaran 1 kopi dengan margin pemasaran sebesar Rp. 18.294,78 per kilogram , farmer’s share sebesar 70,11% dan ratio keuntungan sebesar 2,46; saluran pemasaran 1 gula aren dengan margin pemasaran sebesar Rp.13.724,19 per kilogram, farmer’s share sebesar 100 % dan ratio keuntungan sebesar 15,03 serta saluran pemasaran 1 madu dengan margin pemasaran sebesar Rp. 224.112,70 per kilogram (madu Trigona) dan Rp. 124.494,35 per kilogram (madu Cerana dan Dorsata), farmers’s share sebesar 100 % dan ratio keuntungan sebesar 10,21 (madu Trigona) dan 6,47 (madu Cerana dan Dorsata).
Entrepreneurship Capital and Performance of Social Forestry Entrepreneurship Group Kusuma, Gita Ardia; Suharjito, Didik; Trison, Soni
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 14 No 4 (2024): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.14.4.792

Abstract

Usaha kehutanan masyarakat dalam konteks pengelolaan hutan oleh masyarakat yang terus berkembang penting untuk dijelaskan sebagai usaha sosial yang dapat meningkatkan sumber penghidupan dan manfaat lingkungan. Penelitian ini mengadaptasi konsep modal kelompok Flora untuk menjelaskan tingkat modal wirausaha dan pengaruhnya terhadap kinerja Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) melalui pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data Focus Group Discusion, wawancara, oberservasi dan studi pustaka. Analisis data yang digunakan dengan metode skoring, pengkategorian dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini mengungkapkan tingkat modal wirausaha pada KUPS pada kategori rendah hingga sangat tinggi, berbanding lurus secara simultan mempengaruhi kinerja. Modal alam, keuangan dan politik memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja sosial ekonomi dan lingkungan, modal politik berperan dalam meningkatkan modal sosial, fisik, dan manusia. KUPS berbasis komoditi sumberdaya hutan sebagai sumber penghidupan perlu mendapatkan perhatian diantaranya peningkatan modal manusia berupa keterampilan secara intensif dapat melalui proses pendampingan oleh petugas dan kemudahan untuk mengakses sumber dana.