Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

PERAN MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN KAIN SONGKE UNTUK MENINGKATKAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DI DESA RUIS KABUPATEN MANGGARAI Oktavianus Hofman; Nelya Eka Susanti; Yuli Ifana Sari
Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 1 No 1 (2022): Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.161 KB) | DOI: 10.18860/dsjpips.v1i1.1026

Abstract

Songke is a typical woven fabric of the Manggarai people who live on the west side of Flores Island. In Indonesia, there are many arts and crafts cultures, one of which is the weaving culture which spreads to all corners of the archipelago, one of which is in Conggo Hamlet, Ruis Village, Manggarai Regency. The purpose of this study was to find out the role of the community in developing Songke cloth to improve the socio-economic condition of the community in Ruis village, Manggarai Regency. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive qualitative approach. Collecting data in this study through observation, interviews, and documentation. The data analysis technique used is data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the study found that the role of the community in ruis village in developing Songke woven fabrics was very high, this of course can be explained from a point of view such as community involvement in maintaining the quality of Songke woven fabric and being able to provide concepts for developing Songke woven fabric models without having to reduce what is needed. Has been inherited by the ancestors of the Manggarai people. With the tradition of Songke weaving, it is one of the jobs and sources of income for the people of Ruis village in improving the socio-economic conditions of the community. Abstrak Kain Songke adalah tenunan khas masyarakat Manggarai yang berdiam di sisi barat Pulau Flores. Di Indonesia terdapat banyak kebudayaan seni kerajinan salah satunya adalah kebudayaan tenun yang tersebar hingga ke seluruh pelosok nusantara, salah satu diantaranya terdapat di Dusun Conggo, Desa Ruis, Kabupaten Manggarai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam mengembangkan kain Songke untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Ruis Kabupaten Manggarai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian diketahui bahwa peran masyarakat di Desa Ruis dalam mengembangkan kain tenun Songke sudah sangat tinggi hal ini tentunya dapat dijelaskan dari sudut pandang seperti keterlibatan masyarakat dalam menjaga kualitas kain tenun Songke dan mampu memberikan konsep-konsep pengembangan model kain tenun Songke tanpa harus mengurangi apa yang telah diwariskan oleh leluhur orang Manggarai. Dengan adanya tradisi tenun Songke menjadikan salah satu lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan bagi masyarakat Desa Ruis dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN SUKUN Petrus Nong Lewar; Yuli Ifana Sari; Dwi Kurniawati
Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 1 No 2 (2022): Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.353 KB) | DOI: 10.18860/dsjpips.v1i2.1740

Abstract

Land use in the Sukun sub-district varies depending the needs of the population. However, population growth every year and regional development directly affect land use changes. The purpose of this study is to determine changes in land use that occurred in the Sukun sub-district from 2009-2019. The research method used is descriptive quantitative with sampling using purposive sampling as many as 88 samples. Research materials Landsat 7 in 2009 and Landsat 8 in 2019. Data collection by interview, observation, documentation, and interpretation of Landsat imagery. Data analysis using the Geographic Information System (GIS) on Landsat Imagery in 2009 and 2019, from these results the area of ​​land change during 2009-2019 is calculated. The results showed that there has been a significant change in land use in the Sukun sub-district for 10 years with the area of ​​change that has increased, namely 268 ha of built-up land and 97 ha of grass/shrubs. The area of ​​reduced land use change is 212 ha of ricefield, 82 ha of gardens, 27 ha of moor, 29 ha of river border forest, and 15 ha of vegetation area. Thus the change in land use in the Sukun sub-district is quite high. It is hoped that the population and the government will be wiser in managing the remaining land so that land changes can be reduced. ABSTRAK Pemanfaatan lahan di kecamatan Sukun beragam tergantung kebutuhan penduduk. Namun pertambahan penduduk setiap tahun dan perkembangan wilayah secara langsung berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kecamatan Sukun dari tahun 2009-2019. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 88 sampel. Bahan penelitian Citra Landsat 7 tahun 2009 dan Landsat 8 tahun 2019. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan interpretasi Citra Landsat. Analisis data menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) terhadap Citra Landsat tahun 2009 dan 2019, dari hasil tersebut dihitung luas perubahan lahan selama tahun 2009-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang signifikan di kecamatan Sukun selama 10 tahun dengan luas perubahan yang mengalami penambahan yaitu lahan terbangun sebesar 268 ha dan rumput/semak sebesar 97 ha. Luas perubahan penggunaan lahan yang berkurang yaitu sawah sebesar 212 ha, kebun 82 ha, tegal 27 ha, hutan sempadan sungai 29 ha, dan area vegetasi 15 ha. Dengan demikian perubahan penggunaan lahan di kecamatan Sukun tergolong cukup tinggi. Diharapkan penduduk dan pemerintah lebih bijak dalam pengelolahan lahan yang masih tersisa saat ini agar perubahan lahan dapat dikurangi.
STRATEGI PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN MASYARAKAT PETANI KOPI DI DESA GADUNGSARI KECAMATAN TIRTOYUDO Febiola Alif Syahputri; Nila Restu Wardani; Yuli Ifana Sari
Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 2 No 3 (2023): Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/dsjpips.v2i3.5733

Abstract

Gadungsari Village, Tirtoyudo District, has a fairly high coffee productivity. However, these conditions make the productivity of the coffee harvest sometimes not enough to meet the economic needs of the community. This research aims to achieve livelihood sustainability for coffee farmers using five assets by analyzing efforts or strategies that can improve livelihood sustainability. The research method used is quantitative descriptive analysis of the results of observational data and questionnaires. This study used a population of 235 Gadungsari Village coffee farmers with 70 farmers as the sample as respondents. The strategy produced in the research consists of three strategies, namely intensification and extensification, diversification strategy and migration strategy. The livelihood strategy carried out by farmers is highest, namely agriculture (53%), then farmers also depend on their livelihood by being traders and breeders (27%), and a small number of others have jobs outside the area by temporarily migrating (20%) . For the value of the livelihood asset level of the coffee farming community in Gadungsari Village, it includes human and social assets classified as low sustainability, while natural, physical and financial assets are classified as medium sustainability. Thus, efforts are needed to be able to maximize the quality of each livelihood asset for coffee farming communities in order to obtain a high level of sustainability, and achieve sustainable livelihoods for coffee farming communities. Abstrak Desa Gadungsari Kecamatan Tirtoyudo memiliki produktivitas kopi yang cukup tinggi. Namun kondisi tersebut membuat produktivitas hasil panen kopi terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk tercapainnya keberlanjutan penghidupan bagi petani kopi menggunakan lima aset dengan menganalisis upaya ataupun strategi yang dapat meningkatkan keberlanjutan penghidupan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dari hasil data observasi dan kuisioner. Penelitian ini menggunakan populasi petani kopi Desa Gadungsari sejumlah 235 orang dengan responden berjumlah 70 orang petani yang dijadikan sampel. Strategi yang dihasilkan pada penelitian terdiri atas tiga strategi yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi, strategi diversifkasi serta strategi migrasi. Adapun strategi penghidupan yang dilakukan oleh petani yang paling tinggi yaitu pada pertanian (53%), kemudian para petani juga menggantungkan hidupnya dengan menjadi pedagang dan peternak (27%), dan sebagian kecil lainnya mempunyai pekerjaan diluar daerah dengan bermigrasi sementara sebanyak (20%). Untuk nilai tingkat aset penghidupan masyarakat petani kopi Desa Gadungsari meliputi aset manusia dan sosial tergolong pada keberlanjutan rendah, sedangkan pada aset alam, fisik, finansial tergolong pada keberlanjutan sedang. Maka, perlunya upaya untuk dapat meningkatkan kualitas setiap aset penghidupan masyarakat petani kopi secara maksimal agar memperoleh pada tingkat keberlanjutan tinggi, dan penghidupan berkelanjutan masyarakat petani kopi tercapai.