Pemanfaatan teknologi dalam industri pertanian di Indonesia secara umum masih sangat minim khususnya di kalangan petani buah salak. Hal ini menyebabkan hasil produksi kurang optimal terutama pada proses pemisahan buah berdasarkan kualitas. Secara visual, kulit buah salak matang umumnya tidak mudah berubah warna, namun seringkali daging di dalamnya sudah mulai membusuk. Akibatnya, petani harus menyiapkan tenaga tambahan untuk melakukan pemilahan buah, yang mana hal ini sangat tidak efisien dan efektif. Untuk mempermudah, teknologi otomasi dapat digunakan dengan sistem kalibrasi sensor. Penelitian ini memperkenalkan metode baru untuk deteksi dini pembusukan buah salak, berdasarkan warna dan kandungan gas (amonia) tanpa kontak fisik langsung dengan buah. Prinsip dan Praktik Rekayasa Sistem dipilih sebagai metode pengembangan sistem, dan decision tree sebagai model algoritmanya. Sebanyak 60 kumpulan data yang digunakan untuk melatih dua kelas sistem yaitu matang dan busuk, dan 30 kumpulan data digunakan untuk menguji sistem. Hasil pengujian kemudian dievaluasi dengan confusion matrix. Hasil uji menunjukkan bahwa sistem mempunyai nilai presisi untuk prediksi salak busuk sebesar 88%, recall sebesar 93%, serta tingkat akurasi sebesar 90%. Oleh karena itu, secara evaluasi kinerja, performa sistem yang dibuat cukup handal dalam mendeteksi dini kebusukan buah salak secara non destruktif. Berdasarkan tingkat kriteria ROC Curve, performansi sistem berada di antara kriteria excellent dan good classification.