p-Index From 2020 - 2025
1.745
P-Index
This Author published in this journals
All Journal ZOOTEC
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis faktor konsentrat pakan terhadap konsumsi asam-asam amino ayam ras petelur Utiah, W.; Paputungan, U.
ZOOTEC Vol 41, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.707 KB) | DOI: 10.35792/zot.41.1.2021.31536

Abstract

ANALYSIS OF FEED CONCENTRATE FACTOR ON LAYING HEN AMINO ACIDS CONSUMPTION. Laying hens require a number of elements in which nutrients such as protein containing the amino acids are balanced in quality. Recently, there are various types of commercial ration (concentrate) for laying hens produced by the company. Quality of protein is expressed either high or low composition of amino acids depending on the essential amino acids contained in these feeds. The purpose of this study was to determine the effect of different types of commercial concentrates on the consumption of amino acids in laying chicken. The research was conducted on laying chicken farms located in Matali Village, district of East Kotamobagu, Kotamobagu Municipality. Laying hens of Silver Strains as many as 240 heads at 78-week-old were used in this study. This study applied a completely randomized design (CRD) consisting of three treatments and eight replications at each treatment. The treatments were using commercial concentrations of the amino acids for commercial Concentrate A (RA), commercial concentrate B (RB) and commercial concentrate C (RC). The laboratory analysis showed that the majority amounts of essential amino acids (Arginine, Lysine, histidine, leucine, isoleucine, valine, threonine and phenylalanine) of 80% was higher in RC than RB and RA, indicating that the composition of both quality and quantity of amino acids in commercial concentrates C (RC) is sufficient and more balanced than commercial concentrates A (RA) and commercial concentrate B (RB). These complete amino acids in RC increased more feed consumption of laying hens compared with those in RA and RB.Key words: Laying hens, amino acids, commercial concentrate
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEONG SAWAH (Pila ampulacea) SEBAGAI PENGANTI TEPUNG IKAN DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix Japonica) Rondonuwu, Crisye R.; Saerang, J.L.P.; Utiah, W.; Regar, M.N.
ZOOTEC Vol 38, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.236 KB) | DOI: 10.35792/zot.38.1.2018.17395

Abstract

SUBSTITUTION EFFECT OF FISH MEAL WITH SNAIL MEAL (Pila ampulacea) IN RATION  ON QUILL EGG QUALITY (Coturnix coturnix Japonica). The objective of this study was to evaluate the substitution effect of fish meal with snail meal in ration on quill egg quality. Total of 60 quills at age of 5 weeks old were used on the period study of 8 weeks. The completely randomized design was applied in this study consisted of 4 treatments with 5 replications at each treatment. The treatments were levels of snail meal substituting fish meal in ration as follows: R0 = 0% snail meal + 15 % fish meal, R1 = 5% snail meal + 10% fish meal, R2 = 10% snail meal + 5% fish meal, R3 = 15% snail meal + 0% fish meal. Variables measured in this study were including egg weight, yolk index, albumin index, yolk color and shell thickness. Results showed that snail meal affected significantly (P<0.05) the egg weight and albumin index, did not affect yolk index, yolk color and shell thickness. Therefore, it can be concluded that substitution of fish meal with snail meal up to 15% in ration of quill produced good products of egg weight, yolk index, albumin index, yolk color and shell thickness.Key words: Snail meal, fish meal, quill egg quality.
Penggantian jagung dengan sebagian tepung pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) dalam ransum terhadap kualitas telur ayam ras petelur MB 402 R. Manoppo; J.R. Leke; W. Utiah; J. Laihat
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.249 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41169

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas telur dengan menggunaankan tepung pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) dalam ransum ayam ras petelur. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras petelur fase layer yaitu umur 94 minggu dari jenis MB 402 sebanyak 100 ekor dengan perlakuan yang digunakan adalah R0 : ransum basal tanpa tepung pisang kepok, R1 : ransum basal 56% + 39% jagung + 5% tepung pisang kepok, R2 : ransum basal 56% + 34% jagung + 10% tepung pisang kepok, R3 : ransum basal 56% + 39% jagung + 15% tepung pisang kepok, R4 : ransum basal 56% + 24 jagung + 20% tepung pisang kepok. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan masing-masing perlakuan diisi dengan 4 ekor ayam sehingga terdapat 100 ekor ayam dan kemudian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Variabel yang diamati adalah berat kuning telur, warna kuning telur, dan indeks kuning telur. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05) terhadap berat kuning telur dan indeks kuning telur, namun memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,01) terhadap warna kuning telur. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung pisang kepok sebagai pengganti sebagian jagung pada level 0-20% memberikan pengaruh yang sama pada berat kuning telur dan indeks kuning telur, tetapi semakin meningkat level penggunaan tepung pisang kepok memberikan pengaruh yang nyata dimana warna kuning telur menurun. Kata Kunci: Ayam petelur, kualitas telur, tepung pisang kepok
Kajian keragaman genetik sapi lokal campuran untuk penguatan peternakan sapi potong di Sulawesi Utara U. Paputungan; W. Utiah; S. Turangan; E. Pudjihastuti
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.347 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41535

Abstract

Faktor genetik pada pewarisan bobot hidup ternak adalah nilai pemuliaan,  deviasi dominansi dan heritabilitas. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komponen genotipe nilai pemuliaan dan deviasi dominansi bobot hidup serta heritabilitasnya pada sapi Peranakan Ongole dan Lokal. Total 74 induk sapi generasi awal (G0), dan 104 induk generasi 1 (G1) dari pejantan sapi Ongole dianalisis kontribusi genetik. Lokus gen sapi Ongole (gen O) dan gen sapi Lokal (gen L) hasil pengukuran bobot hidup ternak genotipe OO, LL dan LO dianalisis melalui komponen nilai pemuliaan dan deviasi dominan gen. Program statistik Excel XP digunakan menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata populasi tetua (µ) bobot hidup ternak (G0) adalah 340,01 ± 6,12 kg. Sedangkan rara-rata populasi (µ1) bobot hidup ternak generasi keturunan (G1) adalah 359,60 ± 5,67 kg, dengan respon seleksi (∆µ) sebesar 19,59 kg. Komponen genotipe homozigot OO dan LL sangat didominasi oleh aksi gen aditif dengan nilai pemuliaan lebih tinggi untuk bobot hidup daripada aksi gen deviasi dominan. Genotipe heterozigot LO didominasi pula oleh aksi gen deviasi dominan yang lebih rendah daripada aksi gen aditif. Heritabilitas (h2) bobot hidup sapi sebagai aksi gen aditif adalah 0,66 dengan kategori tinggi, sedangkan aksi gen dominan () adalah sebesar 0,33 yang dikategorikan heritabilitas sedang.Kata Kunci: Nilai pemuliaan, aksi gen dominan, bobot hidup, sapi Campuran Lokal-Ongole
Kemudahan lahir, bobot sapih dan nilai ekonomi pedet yang dihasilkan dari persilangan breed pejantan berbeda dengan induk sapi breed Bali murni U. Paputungan; W. Utiah; S. Turangan; L.R. Ngangi; E.H.B. Sondakh
ZOOTEC Vol. 42 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.031 KB)

Abstract

Pengembangbiakan sapi yang dikawinkan dengan Teknik inseminasi buatan (IB) menggunakan semen pejantan Brahman, Limousine dan Simmental sedang berkembang secara umum saat ini di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Catatan bobot pedet saat lahir dan saat disapih dari 158 ekor induk betina sapi Bali murni umur berkisar lima tahun serta bobot induk setelah melahirkan terakumulasi selama lima tahun (2017-2022) digunakan menilai secara langsung efek berbagai jenis pejantan tersebut yang dikawinkan dengan IB dan secara alami khusus pejantan Bali murni, semuanya dengan induk betina sapi Bali murni terhadap kelancaran lahir anak, bobot pedet dan nilai ekonomis pedet saat disapih. Data dianalisis menggunakan model kovarians. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi betina Bali murni dapat digunakan sebagai stok pengganti yang potensial dikawinkan dengan pejantan Brahman, Limousine, dan Simmental unggul untuk peningkatan bobot pedet persilangan sapi Bali dalam populasi sapi komersial tanpa banyak kasus kesulitan melahirkan (dystocia). Program pemuliaan menggunakan pejantan Brahman, Limousine dan Simmental untuk dikawinkan dengan betina sapi Bali murni secara nyata dapat meningkatkan rata-rata pertambahan bobot badan harian (ADG) pedet dan nilai ekonomi yang lebih tinggi dalam istilah income over feed cost (IOFC) pedet saat disapih untuk peningkatan populasi sapi Bali komersial di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Sifat fungsional telur ayam ras yang diawetkan dengan ekstrak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L) selama penyimpanan Y. Paputungan; M.D. Rotinsulu; N. Lontaan; W. Utiah; R. Hadju; L.R. Ngangi; F.S. Ratulangi
ZOOTEC Vol. 43 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh ekstrak kulit pisang kepok terhadap sifat fungsional telur ayam ras selama penyimpanan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu telur ayam ras umur satu hari sebanyak 180 butir dengan berat 55-60 gram, air dan 1000 gram kulit pisang kepok (masih hijau). Penelitian ini menggunakan Rancangan Split plot in time dengan petak utama (ekstrak pisang kepok) yang diatur P1 = Tanpa ekstrak, P2 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 10 %, P3 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 20 %, P4 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 30 %, P5 = Konsentrasi ekstrak kulit pisang 40% dan anak petak (lama penyimpanan) yang diatur H1. 7 hari, H2. 14 hari, H3. 21 hari, H4. 28 hari serta ulangan sebanyak 3 kali. Variabel penelitian adalah daya buih, stabilitas buih, kekuatan gel dan waktu koagulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawetan dengan ekstrak kulit pisang kepok tidak berpengaruh nyata (P>0.05) untuk daya buih, stabilitas buih dan waktu koagulasi telur ayam ras namun berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kekuatan gel. Lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,01) terhadap daya buih, stabilitas buih, waktu koagulasi dan kekuatan gel telur ayam ras. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengawetan telur ayam ras dengan 40% ekstrak kulit pisang kepok yang terbaik dan terjadi penurunan sifat fungsional telur dengan semakin lama penyimpanan. Kata Kunci: Ekstrak kulit pisang kepok, sifat fungsional, telur ayam ras
Sifat fisik dan organoleptik es krim dengan penambahan ubi banggai ungu (Dioscorea alata L.) Umar, S.; Hadju, R.; Kalele, J.A.D.; Yelnetty, A.; Utiah, W.; Sakul, S.
ZOOTEC Vol. 44 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ubi banggai ungu (Dioscorea alata L) terhadap sifat fisik dan organoleptik es krim. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah susu UHT, ubi banggai ungu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan untuk kualitas fisik, dan untuk pengujian organoleptik terdiri  dari 4 perlakuan dan 35 ulangan (panelis). Adapun perlakuan dalam penelitian  ini adalah:  P0 Tanpa penambahan ubi banggai ungu 0%, P1 Penambahan ubi banggai ungu 8%, P2 Penambahan ubi banggai ungu 16%, P3 Penambahan ubi banggai ungu 24%. Variabel yang diukur adalah sifat fisik, overrun, waktu leleh dan uji organoleptik warna, aroma, tekstur dan cita rasa. Data yang diperoleh dari semua variable dianalisis menggunakan analisis varians. Apabila terdapat perbedaan  rataan perlakuan akan dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ubi banggai ungu memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap titik leleh, warna, dan cita rasa dan berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap overrun, aroma dan tekstur. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa penambahan ubi banggai ungu pada sampai dengan 8% menunjukkan kualitas fisik es krim yang baik dan secara organoleptik  dapat diterima oleh panelis. Kata kunci: Es krim, kualitas fisik, organoleptik, ubi banggai ungu (Dioscorea alata L)
Kualitas internal telur itik ratu yang dipelihara secara intensif dan semi intensif Andriyani, D.; Saerang, J.L.P.; Utiah, W.; Tangkau, L.; Nangoy, F.
ZOOTEC Vol. 44 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas internal telur itik Ratu dengan sistem pemeliharaan semi intensif dan intensif terhadap warna kuning telur, berat kuning telur, indeks kuning telur dan indeks putih telur itik ratu yang di laksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak (THT) Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi pada tanggal 27  sampai tanngal 29 maret 2023. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji perbandingan rata-rata, menggunakan Uji t Tidak Berpasangan. Rata-rata warna kuning telur dihasilkan dalam penelitian ini yaitu : 11,956±0,208 pada pemeliharaan intensif dan 15,000±0,000 pada pemeliharaan semi intensif. Hasil Uji t Tidak Berpasangan menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,01), untuk rata-rata berat kuning telur itik ratu yang dipelihara secara intensif 29,866±2,089 dan semi intensif 27,990±2,764. Berat kuning telur hasil uji t tidak berpasangan menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,01). Rata-rata indeks kuning telur itik pada pemeliharaan intensif 0,505±0,004 dan pemeliharaan semi intensif 0,464±0,046, indeks kuning telur pada pemeliharaan intensif dan semi intensif hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan berbeda  sangat nyata (P<0,01), dan pada indeks putih telur menunjukan bahwa rata-rata pada pemeliharaan intensif 0,299±0,084 dan pemeliharaan semi intensif 0,277±0,078. Hasil uji t  tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata (P>0,05) pada indeks putih telur telur itik ratu yang dipelihara menggunakan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif. Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa itik yang dipelihara menggunakan sistem pemeliharaan Intensif lebih baik dalam hal berat kuning telur, dan indeks kuning telur. Untuk warna kuning telur menunjukkan bahwa pemeliharaan dengan sistim semi intensif memberikan warna kuning telur itik lebih cerah (lebih orange). Sedangkan dalam hal Indeks putih telur untuk pemeliharaan semi intensif dan Intensif memberikan hasil yang sama baik. Kata kunci : Telur itik ratu, intensif, semi intensif
Studi penerapan biosekuriti pada peternakan ayam ras petelur Mantiri’s Farm di Kelurahan Pangolombian Indah, K.; Pudjihastuti, E.; Laihad, J.T.; Utiah, W.; Tangkau, L.M.S.; Nangoy, F.J.
ZOOTEC Vol. 45 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan biosekuriti pada peternakan ayam ras petelur Mantiri’s Farm di Kelurahan Pangolombian. Penelitian ini adalah observasi lapangan, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode survey yang fokus pada metode sampel, pengamatan serta wawancara. Menggunakan skala Likert dengan empat alternatif dan dilanjutkan dengan uji Friedman. Komponen biosekuriti yang dinilai meliputi aspek lingkungan yang terdiri dari  biosekuriti sumber ayam, hewan pengganggu, tamu dan pekerja, dan limbah peternakan. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan dan fasilitas menunjukkan bahwa penerapan biosekuriti sumber ayam dengan rata-rata 3,4 dan nilai Sig. 1>0,05, hewan pengganggu 3,3 dan nilai Sig. 0,094>0,05, tamu dan pekerja 3,83 dan Sig. 1>0,05,  limbah ternak 3,5 dan Sig. 0,093>0,05 maka Mantiri’s Farm mampu menunjang pelaksanaan biosekuriti. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan biosekuriti pada Mantiri’s Farm di Kelurahan Pangolombian dilihat dari aspek lingkungan sudah mampu menunjang penerapan biosekuriti. Kata Kunci:  Biosekuriti, ayam petelur, lingkungan peternakan