Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Estimasi Abrasi dan Sedimentasi di Pantai Kabupten Maros Badwi, Nasiah; Invanni, Ichsan
LaGeografia Vol 22, No 3 (2024): Juni
Publisher : UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/lageografia.v22i3.63225

Abstract

Recently, coastal erosion has become a problem that must be addressed comprehensively. The research objectives are 1. To find out what factors influence abrasion or sedimentation on Maros Regency beaches, 2. To find out efforts to control abrasion on Maros Regency beaches. The sample was determined by purposive sampling. The data analysis used was the Sunamura and Horikawa (1988) model and multilevel linear regression analysis. The results show that most of the beaches of Maros Regency experienced 19,054 meters (78.50%) of sedimentation and only 576 meters (2.13%). This is due to variable measurements in the quiet season. The influencing factors are significant wave height, wavelength, beach bottom slope, and sediment grain diameter, but the most influential is significant wave height. Efforts to control abrasion on Maros Regency beaches are; a community approach and an engineering approach which includes vegetative methods and mechanical methods, as well as a combination of the two. AbstrakAbrasi pantai akhir akhir ini menjadi permasalahan yang harus ditangani secara komprehensif. Adapun tujuan penelitian yaitu : 1. Untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap abrasi atau sedimentasi di Pantai Kabupaten Maros, 2. untuk mengetahui upaya pengendalian abrasi di pantai Kabupaten Maros. Sampel ditentukan secara purposive sampling. Analisis data digunakan adalah model Sunamura dan Horikawa (1988) dan analisis regresi linier multivel. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pantai Kabupaten Maros mengalami sedimentasi sepanjang 19.054 meter (78,50%) dan hanya 576 meter (2,13%). Hal itu disebabkan pengukuran variabel pada musim tenang. Adapun faktor yang berpengaruh adalah tinggi gelombang signifikan, panjang gelombang, kemiringan dasar pantai dan diameter butiran sedimen, namun yang paling berpengaruh adalah tinggi gelombang signifikan. Upaya pengendalian abrasi di pantai Kabupaten Maros yaitu ; pendekatan masyarakat, dan pendekatan teknik yang meliputi metode vegetatif dan metode mekanik, serta kombinasi dari keduanya.
EVALUASI KETERSEDIAN AIR ALIRAN PERMUKAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN Badwi, Nasiah
Jurnal Environmental Science Vol 7, No 1 (2024): Oktober
Publisher : UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/jes.v7i1.67174

Abstract

ABSTRAKAir merupakan hal penting, tanpa air kehidupan akan punah. Tujuan penelitian ini menggambarkan potensi ketersedian air aliran permukaandi Daerah Aliran Sugai Maros. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Thornthwaite and Mather. Hasil menunjukkan surplus di DAS Maros selama enam bulan berturut bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April, dan deficit mulai terjadi pada bulan Mei hingga Oktober dan puncak deficit bulan September. Defisit terjadi pada bulan Agustus dan September sebesar 39,3 mm/thn Surplus sebesar 2.890,60 mm/thn. Dan begitu juga runoff sebresr 2.890,60 mm/bulan. Runoff 1.899.123.380 m3/thn, dan bulan runoof 0 m3/bulan terjadi pada bulan September.
Analisis Potensi Rawan Kekeringan Dampak Perubahan Iklim di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Badwi, Nasiah
LaGeografia Vol 23, No 2 (2025): February
Publisher : UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/lageografia.v23i2.67074

Abstract

Drought conditions are a major problem worldwide, as many regions face severe and prolonged water shortages. Climate change is a global phenomenon, one of which is the increase in the frequency and intensity of extreme weather events and the creation of droughts. The purpose of this study is to explain the potential for drought in Gowa Regency. Remote sensing and geographic information systems are used in this research method. In this study, 7 parameters were used that affect drought potential, including: rainfall, land use, vegetation density, distance from the river, soil type, slope, and place height. The results of the study illustrate that there are 5 classes of drought potential in Gowa Regency, namely: non-vulnerable, low, medium, high, and very high classes. Most of them are prone to high-class drought covering an area of 101,285.47 Ha (56.13 percent), spread across all sub-districts in Gowa Regency, followed by a very high class of 41,845.33 Ha (23.19 percent), spread around the Bili-Bili Dam to the west. The class is not prone to drought with an area of only 98.32 hectares (0.05 percent) spread in Tombolopao and Tompobulu. The determining factor is a combination of all variables, but the most dominant ones are rainfall, land use, slope, and place height.AbstrakKondisi kekeringan merupakan masalah besar di seluruh dunia karena banyak wilayah menghadapi kekurangan air yang parah dan berkepanjangan. Perubahan iklim merupakan fenomena global, salah satunya adalah peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrim serta terciptanya kekeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan potensi rawan kekeringan yang terjadi di Kabupaten Gowa. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis digunakan dalam metode penelitian ini. Dalam penilitian ini digunakan 7 parameter yang mempengaruhi potensi kekeringan, meliputi: curah hujan, penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, jarak dari sungai, jenis tanah, kemiringan lereng, dan ketinggian tempat. Hasil penelitian menggambarkan terdapat 5 kelas potensi rawan kekeringan di Kabupaten Gowa yaitu: kelas tidak rawan, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sebagian besar berada pada rawan kekeringan kelas tinggi seluas 101.285,47 Ha(56,13 persen), tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Gowa, kemudian diikuti kelas sangat tinggi seluas 41.845,33 Ha (23,19 persen), tersebar di sekitar Bendungan Bili-Bili ke arah barat. Kelas tidak rawan kekeringan hanya seluas 98,32 Ha(0,05 persen) tersebar di Tombolopao dan Tompobulu. Adapun faktor yang menentukan yaitu kombinasi dari seluruh variabel, namun yang paling dominan adalah curah hujan,  penggunaan lahan, kemiringan, dan ketinggian tempat.