Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Gebrakan dan Penganekaragaman: Budaya Persaingan dalam Pertumbuhan Seni Pertunjukan Rakyat di Boyolali Jawa Tengah Kiswanto Kiswanto; Tri Joko; Aris Dwiyanto
Jurnal Kawistara Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.v11i2.65772

Abstract

This study aims to reveal and explain the cultural practice of competition in the growth of folk performing arts in Boyolali through the monopolistic competition theory approach of Edward Hastings Chamberlin, which has been adapted and developed critically with ethnographic research methods. This research produces findings in the form of a cultural pattern of competition that occurs indirectly among folk performing arts communities in Boyolali. Its characteristics can be recognized by the pattern of development and diversification of works of art between communities which is carried out by adding and producing forms of art that are distinguished from one another. This pattern is built through the process and the result of creativity from the practice of developing, creating, and/or adopting art forms based on the intention to create and present a gebrakan. On the other hand, this process is also part of the diversification process carried out as a strategy to strengthen the community’s positioning in facing market competition. The patterns and strategies developed in it have had a positive impact on the growth of folk performing arts which are increasingly diverse, so that there are many choices of competing art forms that can be chosen to be seen or ordered to be performed.
Bentuk Imitasi Kendang Dangdut Pada Instrumen Ketipung Paralon Iwan Budi Santoso; Kiswanto Kiswanto; Yusuf Beny Setiawan
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gondang.v6i1.33206

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk imitasi kendang dangdut pada instumen ketipung paralon yang biasa digunakan oleh para pengamen jalanan di kota Surakarta berdasarkan organologi bahan dan cara pembuatannya, karakter dan warna bunyi yang dihasilkan, serta cara memainkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan metode analisis yang bersifat interpretatif. Data-data yang diperlukan untuk dianalisis dan dijelaskan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui proses pengamatan, wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen ketipung paralon terdiri dari tiga atau empat buah rangkaian pipa silinder, dengan dimater dan panjang yang bervariasi guna mengatur tinggi dan rendah suara yang dihasilkan. Bunyi ketipung paralon dapat diidentifikasi dengan sebutan onomatope dut, dhung, tung, thut, tak, dan thang. Ketipung paralon dimainkan dengan cara memukul membran melalui tekanan dan teknik penjarian dari kedua tangan. Apabila dibandingkan dengan kendang dangdut, ketipung paralon mempunyai karakter akustik bunyi yang keras jika ditabuh, meskipun tanpa menggunakan alat pengeras suara. Instrumen ketipung paralon juga mudah dibawa dan dimainkan untuk berpindah-pindah tempat oleh para pengamen.
LAGU SETIA JANJIKU: BENTUK PEMBARUAN MUSIK KERONCONG GAYA ISMANTO Soladi Soladi; Wisnu Mintargo; Kiswanto Kiswanto
Sorai: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 13, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/sorai.v13i1.2841

Abstract

Songs that develop in keroncong music have been classified strictly based on their form, including the keroncong asli, langgam, stambul, and several other forms. The classification has become a very chain rule, as a result the creativity that emerges among keroncong musicians is often considered to be incompatible with the standards or parameters aesthetic of keroncong music by most keroncong music performers. These conditions do not always limit the composers and / or creators of keroncong songs to be creative in producing new products with different styles. One of them can be found in Ismanto's artworks around the 1960s. In one of his songs entitled Keroncong Setia Janjiku, Ismanto seems to have hit the boundaries that have been applied, but has a novelty with a strong character. The findings of this study indicate that the Song Setia Janjiku is a song keroncong asli  that nglanggami.
Transformasi Bentuk-Representasi dan Performativitas Gender dalam Seni Tradisi Topeng Ireng Kiswanto Kiswanto
Jurnal Kajian Seni Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Kajian Seni Vol 3 No 2 April 2017
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.531 KB) | DOI: 10.22146/jksks.22706

Abstract

Transformation of Topeng Ireng Traditional Arts into Topeng Ireng Gugur Gunung of Duta Seni Pelajar Boyolali in this paper was discourse through some theory perspective developed by Maruška Svašek, Judith Butler, and some related writers. Transformation is characterized by changes in objects that transit within the location or the new owner, that is the material or forms of traditional art patterns of Topeng Ireng that transit as the initial idea of the creator. The object changed because in the process has been adapted to the concept of Gugur Gunung, which then processed, combined, developed, transformed into new works of art. Transformation is also marked by transitions related to the shifting meaning, value, and benefi ts of the object. The changes show a transition in several aspects, including content represented through art forms and performativity of gender.
Gedrukan, Regeng, dan Pemicu Semangat Gerak: Makna Pemakaian Kelinthing dalam Pertunjukan Topeng Ireng Kiswanto Kiswanto; Bambang Sunarto
Jurnal Kajian Seni Vol 6, No 1 (2019): Jurnal Kajian Seni Vol 6 No 1 November 2019
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.227 KB) | DOI: 10.22146/jksks.47755

Abstract

The discussion of art is closely related to the issue of symbols and meanings  that has become the foundation on artistic buildings. This also clarifies the existence of art as one of the elements of the embodiment of culture in a society, such as the use of kelinthing in the Topeng Ireng performances. This paper uncovers and explains the forms of artistic expression symbols of the kelinthing and conception of the artist interpret as an element of the Topeng Ireng performances that developed and spread widely in Magelang and surrounding area. Ethnographic approach supported theories related, such as culture, philosophy, and aesthetics into a rationale as outlined by the scientific method in this paper. In this paper shows that the forms of artistic expression symbols of the kelinthing has various meanings associated with intrinsic value (form) and extrinsic value (content). The intrinsic value of kelinthing closely related to dance and music TopengIreng, while the extrinsic value of kelinthing closely related to sound in the show are interpreted regeng. In addition, kelinthing also be interpreted as a stimulus to the spirit of the motion of dancers. AbstrakPembahasan seni terkait erat dengan persoalan simbol dan muatan makna yang telah menjadi pondasi pada bangunan artistiknya. Hal ini sekaligus memperjelas keberadaan seni sebagai salah satu unsur perwujudan kebudayaan dalam suatu masyarakat, seperti pemakaian kelinthing dalam pertunjukan Topeng Ireng. Tulisan ini mengungkap dan menjelaskan bentuk simbol ungkap artistik kelinthing dan konsepsi seniman dalam memaknainya sebagai unsur pertunjukan Topeng Ireng yang berkembang dan tersebar secara luas di wilayah Magelang dan sekitarnya. Pendeketan etnografi dengan didukung teori-teori terkait, seperti kebudayaan, filsafat, dan estetika menjadi landasan pemikiran yang dituangkan dengan metode ilmiah dalam tulisan ini.  Pada tulisan ini menunjukkan bahwa bentuk simbol ungkap artistik kelinthing memiliki makna yang berhubungan dengan nilai intrinsik (bentuk) dan nilai ekstrinsik (isi). Nilai intrinsik kelinthing berkaitan erat dengan gerak tari dan musik Topeng Ireng, sedangkan nilai ekstrinsik kelinthing berkaitan erat dengan bunyinya dalam pertunjukan yang dimaknai regeng. Di samping itu, kelinthing juga dimaknai sebagai pemicu semangat gerak penari.
Transformasi Multipel dalam Pengembangan Seni Kuda Kepang Kiswanto Kiswanto
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 2, No 1 (2019): May 2019
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1596.278 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v2i1.3295

Abstract

This article aims to discourse the perspectives of multiple transformations in the practice of developing performing art of kuda kepang at Turonggo Seto Mardi Utomo group in Boyolali, Central Java. The study of multiple transformations has long been evolving in design and architecture research, but the perspective is rarely encountered in performing arts research which on average still views transformation as a linear or multi-linear process of change. Multiple transformations describe a condition of change made by multiplying or doubling the shape of the kuda kepang art (by taking the same essence, core, or fibre of its structure) into various kinds. The multiplication shows a process of creative development that is triggered by two factors, namely the development of aesthetic and market needs.Keywords: kuda kepang; multiple transformations; traditions; creativity; markets
PENGEMBANGAN VISUAL DRAMA TARI PANJI PADA VIDEO KLIP MUSIK METAL KELOMPOK DJIWOASTRA Bondan Aji Manggala; Kiswanto Kiswanto
Abdi Seni Vol. 14 No. 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/abdiseni.v14i2.4984

Abstract

Kegiatan pengembangan visual Drama Tari Panji bertujuan untuk merealisasikan konsep dan gagasan visual dalam pertunjukan musik (konser) kelompok Djiwoastra pada karya lagu terakhir yang berjudul “Panji”. Keterlibatan penulis dalam proyek ini adalah sebagai salah satu produser video klip musik, serta  berperan menjadi fasilitator gagasan visual Drama Tari Panji untuk pertunjukan musik kelompok Djiwoastra. Kegiatan dilakukan melalui metode partisipatoris yang berfokus pada upaya penemuan model pendekatan proses dan hasil (produk) kekaryaan seni pertunjukan yang berbasis pada internalisasi keberagaman pengalaman, selera, gaya, dan kompetensi dari para personil dan pendukung karya. Pengembangan visual Drama Tari Panji diharapkan dapat merepresentasikan musik metal Nusantara yang berwujud dalam simbol-simbol visual. Hasil dari kegiatan kekaryaan ini dapat membentuk pengalaman kreatif bagi penguatan ketrampilan kelompok Djiwoastra yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan dan tantangan kreativitas dalam pengembangan visual video klip pertunjukan musik metal Nusantara yang memperpadukan antara estetika Timur dan Barat.
Kajian Organologi Pembuatan Gitar Akustik Solid Steel String Model Dreadnought Produksi GuitarUs Klaten Dwi Setyawan; Kiswanto
Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik Vol 5 No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Pendidikan Musik FBS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/musikolastika.v5i2.131

Abstract

Purpose: This study aims to describe the process of making a solid steel string Dreadnought acoustic guitar produced by GuitarUs and describe the characteristics of this acoustic guitar based on three aspects of sound, playability and craftsmanship, which later this data can be used as a reference in choosing a good quality steel string acoustic guitar. Method: this research uses qualitative research with a grounded theory approach, namely valid, objective and reliable research results presented by researchers based on a combination of observational data extracted from several GuitarUs luthier partners with observational data obtained from GuitarUs. Results and Discussion: The results of the research obtained are that a good, quality Dreadnought solid steel string acoustic guitar must meet the requirements for the three aspects of sound, playability and craftsmanship, which requirements can be fulfilled if in carrying out the production process, a luthier must apply the knowledge of organology and steel string acoustic guitar acoustics.
ADAPTASI DAN PERKEMBANGAN KESENIAN EBEG BANYUMASAN PADA KOMUNITAS DIASPORA JAWA DI SUMATRA SELATAN Jantro, Gregorius Sukmambo Bilakso; Kiswanto, Kiswanto
Jurnal Kajian Seni Vol 10, No 1 (2023): Jurnal Kajian Seni Vol 10 No 1 November 2023
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jksks.84318

Abstract

Kesenian Ebeg Banyumasan merupakan salah satu kesenian Jawa yang dibawa oleh kelompok diaspora Jawa di Desa Tegal Sari, Kecamatan Belitang 2, Kabupaten Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya adaptasi dan perkembangan kesenian ebeg yang menjadikannya tetap diterima, tumbuh dan berkembang pada lingkungan sosial budaya yang baru. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini terdiri dari tahap identifikasi masalah, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis data beserta penarikan kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa aspek kebertahanan kesenian ebeg yang tetap tumbuh secara dinamis karena adanya proses adaptasi dari sisi musikal dan pertunjukan (performance). Upaya inovasi dan pengembangan juga terus dilakukan dalam rangka beradaptasi dengan situasi dan kondisi pada lingkungan sosio-kultural di daerah transmigran, antara lain dalam hal penyesuaian bentuk, ruang, dan waktu pertunjukan terhadap konteks kebutuhan acara atau event, hingga pembauran ragam ekspresi seni dari para anggotanya yang beranekaragam (latar belakang  sosial dan kultural) melalui wadah tradisi pergelaran kesenian ebeg. Seni dalam hal ini menjadi wadah interaksi budaya antar anggota masyarakat yang multi kultur dan multi etnis.
Kreasi Musik dalam Gaya Permainan Gitar Keroncong oleh Tukiyo Tjiptomartono Seto, Novan Daru Anggoro; Kiswanto, Kiswanto
PROMUSIKA Vol 12, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v12i1.10347

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan tentang kreasi musik dalam gaya permainan gitar keroncong Tukiyo Tjiptomartono. Tukiyo Tjiptomartono adalah seorang musisi keroncong yang lahir di Surakarta, 15 November 1948 dan wafat di Surakarta, 19 Oktober 2021. Kebiasaan dan kegemaran semasa hidupnya dalam melakukan eksplorasi dan eksperimen untuk mengulik teknik dan pola permainan gitar keroncong telah menjadikan dirinya memiliki gaya yang khas, sehingga banyak seniman dan penikmat musik keroncong yang mengakui dan mengagumi kepiawaiannya dalam membawakan permainan melodi gitar keroncong hingga saat ini. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tukiyo Tjiptomartono sebagai seniman musik keroncong, yang dikenal dan dikenang oleh seniman-seniman musik keroncong dengan ciri khas melodi gitarnya. Ciri khas yang muncul dapat diidentifikasi berdasarkan teknik permainan, pola permainan gitar keroncong, dan variasi atau pengembangan pola gitar gaya Tukiyo Tjiptomartono. Teknik permainan merupakan tata cara teknik dasar dalam permainan gitar keroncong, pola permainan yang dimaksud merupakan bentuk-bentuk melodi pada pola akor dalam struktur keroncong asli akor 1, 2, 4, dan 5. Variasi atau pengembangan merupakan hasil dari kreativitas Tukiyo Tjiptomartono dan dapat dianalisis melalui perpindahan akor, susunan not, dan improvisasi-improvisasi yang dilakukan oleh Tukiyo Tjiptomartono.Music Creation in Keroncong Guitar Playing Style by Tukiyo Tjiptomartono. AbstractThis research aims to identify and explain the musical creations in Tukiyo Tjiptomartono's keroncong guitar playing style. Tukiyo Tjiptomartono is a keroncong musician born in Surakarta on November 15, 1948, and died in Surakarta on October 19, 2021. His lifelong habit and passion for exploration and experimentation to explore the techniques and patterns of keroncong guitar playing have made him a distinctive style that many artists and keroncong music lovers recognize and admire his expertise in performing keroncong guitar melodies to this day. The findings of this study show that Tukiyo Tjiptomartono is a keroncong music artist known and remembered by keroncong music artists for his characteristic guitar melodies. Playing styles, keroncong guitar playing patterns, and modifications or advancements of Tukiyo Tjiptomartono-style guitar patterns can all used to identify the qualities. The playing technique is an essential technical procedure in playing the keroncong guitar. The playing pattern is the melody formed in the chord pattern in the original keroncong structure of chords 1, 2, 4, and 5. Variation or development results from Tukiyo Tjiptomartono's creativity and can be analyzed through chord switching, note arrangement, and improvisations made by Tukiyo Tjiptomartono.Keywords: music creation; playing style; Tukiyo Tjiptomartono; keroncong guitar; artistry